NovelToon NovelToon
Anak Pembantu Hamil Anak Duda Kaya

Anak Pembantu Hamil Anak Duda Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:25.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitren

Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.

Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.


Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Clara mengijinkan kembali Devan Pulang

Clara menuruni tangga rumahnya dengan langkah perlahan sembari melihat sekeliling mansion yang terlihat sepi.

Wanita hamil itu berhenti berjalan dan menghela nafas panjang, ia tidak suka dengan suasana mansion seperti ini. Ia merasa hanya hidup sendiri selama ini padahal di sini ada Mira dan Arga yang menemaninya dan kadang kala juga ada Tania.

"Sayang, kamu habis ngapain ke atas?" tanya Mira yang baru keluar dari dapur.

Clara melangkahkan kakinya kembali menuruni sekitar 7 pijakan lagi untuk menuju ujung tangga.

"Aku habis liat-liat pemandangan dari balkon mah," jawab Clara.

"Kamu lagi hamil besar ya nak, jangan keseringan naik turun tangga ya mamah ngeri liatnya. Kalau Devan di sini dia juga pasti akan menegurmu," ucap Liana.

Clara menunduk sedih setelah mendengar nama Devan.

"Aku jahat banget ya mah?" tanya Clara dengan suara lirih.

"Loh siapa yang jahat? Kamu nggak jahat kok sayang, kamu wanita hebat dan sangat baik."

"Tapi karna aku, Mas Devan adi jauh dari keluarga ini, jauh dari mamah, papah dan jauh dari Mba Tania. Kita juga nggak tau keadaan Mas Devan seperti apa sekarang, apakah Mas Devan suka sama makanan yang di buat dikampung aku. Kalau Mas Devan sakit siapa yang mengurus dia," cerocosnya.

Mira menggandeng tangan Clara dan menuntunnya untuk duduk di sofa.

"Nak, semua yang terjadi sama Devan itu adalah hasil yang dia perbuat sendiri selama ini pada kamu, dan mamah sama papah sengaja Devan tinggal disana biar anak nakal itu merasakan susah payahnya cari makan dan hidup sederhana."

"Mau dia suka atau tidak dengan makanan sederhana yang di buat oleh pak Doni atau Bu Siti itu udah jadi resiko dia, ini hukuman untuknya." lanjut Mira.

"Tapi apa ini tidak terlalu berlebihan mah?" tanya Clara.

"Nak, mamah tau kamu berbicara seperti ini karena kamu sudah begitu rindu pada Devan, benar kan? Rasa benci dan kecewa kamu pada Devan sudah sedikit terkikis makannya kamu mempunyai rasa kasian padanya. Padahal waktu itu kamu berbicara sendiri dengan Devan kalau kamu tidak mau bertemu dia selama 4 bulan, benar kan?"

Clara mengangguk pelan, sepertinya memang benar jika mengambil keputusan saat dalam kondisi marah maka pasti akan jadi penyesalan saat sudah tenang.

"Clara kalau kamu rindu sama Bang Devan, jangan di tahan. Kamu bisa memintanya untuk kembali, dan dia pasti sangat menunggu itu," ucap Tania yang datang dari dapur bersama putranya yang berada digendongannya.

Tania hanya ingin Abangnya itu kembali ke sini dan hidup bersama-sama dengan keluarganya, jujur ia begitu merindukan sosok Devan karena memang dari dulu Devan lah yang sudah menggantikan peran ayah kandungnya yang sudah meninggal.

"Maafin aku ya mbak," ucap Clara dengan air mata mengalir.

Clara merasa keluarga ini terpecah belah karena dirinya, ia tau Tania pasti merindukan Devan. Sedangkan Mira, ia juga tau jika Mira pasti begitu rindu pada anaknya tapi selama ini Mira tahan. Sedangkan Arga, tentu saja Arga pun sangat merindukan putra satu-satunya itu, meskipun putranya itu pernah membuat kesalahan yang membuatnya marah dan kecewa. Tapi sayang itu tidak akan pernah pudar untuk seorang anak dari ayahnya.

Tania merangkul pundak Clara kemudian mengelus perut Clara.

"Mereka sudah 8 bulan lebih kan di dalam perut? Beberapa minggu lagi mereka pasti akan lahir ke dunia, apa kamu tidak mau melahirkan di dampingi oleh suami kamu?" tanya Tania.

"Hiks aku mau mbak, aku mau Mas Devan di samping aku saat aku melahirkan nanti," jawab Clara dengan isakan pelan.

Tania tersenyum. "Maka dari itu ijinkan Bang Devan untuk kembali ya, maafkan kesalahan dia?" pintanya.

Clara menatap Mira yang tengah menyembunyikan wajah sedihnya dengan tidak menatap dirinya.

"Hukuman untuk mas Devan sudah cukup, aku gak boleh egois karena keluarga ini pasti sangat menunggu mas Devan kembali, aku juga udah kangen banget sama mas Devan," batin Clara.

"Mah," panggil Clara.

Miraa tampak menghapus air matanya terlebih dahulu sebelum menoleh ke arah Clara, menantunya.

"Iya, kenapa nak?" tanya Mira sembari tersenyum.

"Aku pengen Mas Devan kembali lagi ke sini, aku kangen sama mas Devan mah," jawab Clara.

Mira tampak tersenyum haru sembari meneteskan air mata bahagia.

"Kamu yakin dengan keputusan kamu ini sayang?" tanya Mira.

"Aku yakin mah," jawab Clara serius.

"Baiklah, mamah akan menyuruh Rey untuk menjemput Devan besok," ucap Mira, terlihat dari matanya tampak berseri-seri, pertanda jika Mira begitu merindukan anaknya itu. Selama ini Mira tidak pernah terpisah dengan anaknya lebih dari satu bulan, tapi ini sudah 2 bulan lebih ia terpisah dari anaknya tanpa komunikasi apapun. Biasanya setiap hari Mira selalu bertanya kabar putranya itu lewat Bu Siti. Dan selama ini ia tahu kabar Devan paling dari Pak Doni atau Bu Siti, tapi juga tidak setiap hari karena Mira merasa tidak enak.

***

Malam harinya Clara tengah membereskan kamarnya, karena besok kamar ini akan di tiduri oleh Devan dan juga dirinya. Clara tidak sabar menunggu Devan kembali lagi, Clara belum berbicara apapun dengan Devan karena Clara ingin berbicara dengan Devan secara langsung besok.

"Foto pernikahan mau di taruh dimana nyonya Clara?" tanya salah satu anak buah Devan yang membawa foto pernikahan mereka dengan ukuran yang besar.

Clara lalu melihat sekitar kamar, ia sedang mencari ruang yang pas untuk memasang foto itu.

"Em di tembok belakang ranjang itu kayaknya bagus, iya di sana aja pak, " ucap Cuma.

Anak buah Devan yang jumlahnya ada 3 orang itu langsung menuruti perintah Clara, mereka langsung memasang fotonya di sana.

"Tolong agak tinggi lagi pak," titah Clara.

Mira masuk ke dalam kamar, ia tersenyum melihat kamar sudah rapi dan terdapat banyak foto Clara maupun Devan di sini.

"Bagus nak, kamu pintar juga ya menata ruang." puji Mira.

Clara tersenyum mendapatkan pujian dari Mira, mertuanya.

"Mama udah bilang sama Rey untuk menjemput Devan. Kasian dia, padahal dia baru pulang tadi sore dari sana tapi di suruh balik lagi hehehe," ujar Mira diakhiri dengan kekehan.

"Iya kasian ya mah kak Rey," ucap Clara.

"Nggak apa-apa lah, dia nanti kan dibayar juga sama Devan."

"Aduh cucu oma bentar lagi mau ketemu ayah ya sayang," ucap Mira sambil mengelus perut Clara.

"Mereka aktif banget, pasti mereka nggak sabar mau ketemu ayahnya," lanjut Mira tersenyum bahagia.

Clara rsenyum manis. "Sabar ya sayang besok pasti ayah udah di sini."

Sementara di rumah didesa, saat ini Devan sedang berpakaian. Ia begitu bahagia setelah mendengar kabar dari Pak Doni dan Bu Siti jika Clara sudah memperbolehkannya untuk kembali.

"Nak Devan ini ada yang telepon, dari temen nak Devan yang kemarin ke sini," ucap pak Doni sembari menyerahkan ponselnya pada Devan. Pak Doni lalu keluar dari kamar.

"Halo Rey."

"Halo Van, istri lo benar-benar bikin gua capek tau gak. Kenapa sadarnya nggak dari kemarin waktu gua masih di situ sih, kalau kek gini kan gua jadi bolak-balik," gerutu Rey. Ini juga karena Ruo sedang keluar kota dan membuat dirinya sebagai penggantinya.

Devan terkekeh mendengar itu.

"Lo gak usah salahin istri gua ya, mending Lo buruan beliin gua mobil baru dan suruh antar kesini, gua bakal pulang sendiri aja dan Lo nggak perlu menjemput gua." ucap Devan.

"Lo yakin Van pulang sendiri?" tanya Devan.

"Iya gua yakin, malam ini harus udah sampai ya dan harus sudah beres semua surat-suratnya."

"Oke deh, gua bakal beliin mobil baru buat Lo, gua juga ada kenalan penjual mobil di daerah situ nanti bakal gua pesankan."

"Btw Lo mau mobil apa?" tanya Rey.

"Terserah. Gua cuma gunain mobil itu untuk pulang, setelah itu nggak akan gua pake lagi," jawab Devan.

"Yaudah. Nanti gua belikan."

"Malam ini harus sudah sampai ya, gua pengen pulang malam ini juga."

"Devan Lo jangan gila! Ini udah jam 12 malam, Lo yakin mau pulang malam-malam seperti ini?"

"Iya, karena gua udah nggak sabar pengen ketemu sama istri gua dan anak-anak gua," jawab Devan.

"Besok aja deh Van, bahaya kalau malam-malam gini, apalagi Lo sendiri diperjalanan, takutnya ada apa gitu di jalan," ucap Rey.

"Ck turuti saja! atau lo mau gua memutuskan kontrak kerjasama kita? Lagipula jalanan malam itu sepi dan mudah untuk gua ngebut."

"Oke, gua bakal pesanin sekarang, tapi ingat lo harus hati-hati di jalan," pesan Rey.

Devan lalu mematikan sambungan teleponnya.

Devan kemudian merapikan penampilannya kembali, malam ini ia mengenakan celana jeans dengan kaos yang di padukan dengan kemeja lengan pendek yang tidak di kancingkan, Devan juga membereskan baju-bajunya ke dalam tas terlebih dahulu, kemudian ia keluar dari kamar sembari membawa tas berisi pakaiannya itu.

"Kenapa kamu sudah rapi sekali nak?" tanya pak Doni yang melihat penampilan Devan.

"Iya pak, saya mau pulang sekarang," jawab Devan.

Pak Doni dan Bu Siti entu kaget mendengar itu. "Nak Devan yakin? Ini sudah malam loh, jarak dari sini ke kota itu lumayan jauh bisa memakan waktu 6 jam," ucap Bu Siti.

"Tidak apa-apa bu, saya sudah biasa perjalanan jauh," jawab Devan.

"Tidak! ibu tidak mengijinkan nak Devan pulang malam ini, besok pagi saja!" ucap ibu Bu Siti dengan tegas.

"Tapi bu saya ingin pulang malam ini agar besok pagi saya sudah sampai di rumah."

"Saya tau kamu begitu merindukan istri nak Devan kan?" tanya Pak Doni.

Devan mengangguk tegas.

"Baiklah kamu boleh pulang malam ini, tapi kamu harus hati-hati dan kamu harus selalu ingat bahwa di rumah istri kamu sangat menunggu kamu pulang jangan sampai kamu kenapa-kenapa di jalan. Saya nggak mau Clara menangis lagi karena kamu, Clara sudah saya anggap sebagai anak sendiri," ucap pak Doni.

"Iya pak saya janji, saya akan hati-hati."

"Ya sudah kamu duduk dulu dan minum kopi ini," ucap Bu Siti.

Devan menurut, ia lalu duduk dan meminum kopinya sembari menunggu mobil yang di belinya datang.

1 jam kemudian.

Tin...tin

Suara klakson mobil terdengar oleh mereka.

"Itu mobil siapa, apa kamu dijemput?" tanya Pak Doni.

"Tidak pak, saya beli mobil baru untuk pulang," jawab Devan.

Mereka lalu keluar rumah, terlihat mobil sedan berwarna hitam terparkir di halaman. Seperti biasa orang kampung jika ada tetangga membeli sesuatu pasti ramai seperti halnya sekarang banyak warga yang berbondong-bondong untuk melihat.

"Apa semua surat-suratnya sudah beres? Saya tidak ingin nanti terjadi masalah di jalan." tanya Devan kepada pegawai yang mengantarkan mobilnya.

"Sudah tuan, semuanya sudah beres dan siap pakai."

Devan mengangguk.

"Apa bapak dan ibu ingin mobil juga?" tanya Devan saat melihat pak Doni dan Bu Siti yang sudah membantu banyak dirinya dikampung ini tampak kagum dengan mobil barunya ini.

"Ck! saya tidak bisa menyetir, punya mobil buat apa?" ucap Pak Doni.

"Besok saya akan belikan untuk bapak sekaligus sopirnya," ucap Devan.

"Tidak usah repot-repot begitu nak Devan, kamu ini!" ucap Bu Siti.

"Nggak apa-apa bu, ini sebagai ucapan terima kasih saya karena sudah di ijinkan tinggal di sini."

"Ya sudah pak, bu, saya pulang dulu ya."

"Iya kamu hati-hati di jalan ya dan selalu ingat di rumah ada yang menunggu kamu pulang," ucap Bu Siti dengan perasaan cemas.

Sebelum memasuki mobil Devan menyalami tangan Bu Siti dan Pak Doni lalu ia memasuki mobilnya, dan mulai menyalakan mesinnya dan menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah Pak Doni dan Bu Siti.

1
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
akhirnya singa jantan mengamuk juga
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
bagus
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
seru lanju²
Cucu Suryamah
Siapa itu
Cucu Suryamah
seru banget plis
Cucu Suryamah
lucu banget Sagara🥰
Cucu Suryamah
aaa seru
Cucu Suryamah
seru banget plis ceritanya
Faidt Azzahra.
gimana istri g curiga Kalo suami g jujur di awal Salah devan juga
Nikma: Permisi kak Author ..

Halo kak reader, kalau berkenan mampir juga karya aku 'Kesayangan Tuan Sempurna' yaa
Terima kasih😊🙏
total 1 replies
yana
lnjt thor semangat
Anita Rahayu
buat devan lihan sifat busuk adeknya rio yg sesungguhnya thor ...
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
kayaknya bibit" pelakor nih
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
lanjuttt....
semangat author
Fuji Fitri
Iya ditambah bayi besar🤣
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
langsung dapet 3 bayiik
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
novel nya menarik...
disini kita belanja... menghargai seseorang
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
devan tuh kayaknya
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
semoga lekas dipertemukan deh... ikutan nyesek bacanya 😢😭
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
dasar devan manusia plin plan....

jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....

gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,


buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
𝕗𝕠𝕣𝕣𝕫𝕒𝟘𝟝𝟘𝟡
nah loh mama nya udah curiga...

pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!