Bagaimana jadinya kalau kita dijodohkan dengan orang yang kita cintai?
Pasti bahagia sekali bukan? Tapi, tidak untuk Nabila. Justru perjodohan inilah yang menjadi pintu awal penderitaannya.
Bagaimana tidak? Nadeo sang suami yang terang-terangan mengatakan tidak menginginkan pernikahan ini dan akan melakukan poligami. Parahnya lagi, nadeo membawa istri kedua tinggal satu atap bersama dengan Nabila. Wanita mana yang tidak sakit hati, melihat orang yang kita cintai bermesraan setiap hari didepan kita.
Bisakah Nabila bertahan dengan rumah tangganya? atau lebih memilih mundur dan kalah? Yuk baca selengkapnya di menepi (mencintai dalam sepi?)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon da alfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran Raya Dan Nadeo
Malam semakin dingin. Hujan baru saja reda membasahi bumi. Suara jarum jam seolah terasa semakin nyaring memecah kesunyian.
Nadeo masih setia duduk di ruang tamu menunggu seseorang pulang, walau malam semakin larut. Tepat pukul dua belas malam, baru terdengar suara pintu terbuka. Raya. Iya Raya. Perempuan yang ditunggunya sedari tadi. Bukan apa, Raya adalah istri yang sangat penurut. Tak pernah sekali pun Raya pulang selarut ini.
Raya masuk dan menyalakan lampu ruangan. Ia terkejut mendapati seseorang duduk di sofa ruang tamu, apalagi netranya yang penuh dengan tatapan mengintimidasi. Ada rasa takut yang menyeruak ke dalam diri Raya. Dengan mengumpulkan keberanian, akhirnya Raya membuka suara.
"Mas kok belum tidur?"
Nadeo bangkit dari sofa dan berjalan ke arah Raya, ekspresi yang ditunjukkannya sangat datar, tapi cenderung menakutkan. Apalagi mata elangnya.
"Dari mana saja kamu?" Tanya Nadeo tegas.
"A...a..ku dari kantor Mas." Jawab Raya terbata.
"Oh ya?" Alis Nadeo naik sebelah, "Kamu gak tahu ini jam berapa?"
"...."
"Ngapain kamu di kantor sampai selarut ini?"
"Tadi aku kejebak hujan Mas." Raya menunduk, tak berani menatap Nadeo. "Aku lagi ngurus surat kontrak aku ke paris, makanya sedikit telat dan... "
Dipotong Nadeo. "Siapa yang ngizinun kamu ke paris?"
"Mas... "
"Kamu gak izin sama sekali sama aku, ditambah kamu yang pulang selarut ini. Kamu masih anggap aku suami kamu gak?" Teriak Nadeo.
"Mas..., aku kan udah bilang tadi, kalau aku kejebak hujan."
Keduanya dian seaat.
"Pulang sama siapa kamu?"
"Sama Bos aku."
Nadeo tersenyum ketus. "Ck. Bos atau pelanggan kamu yang open B.O? Mana ada Bos yang nganterin karyawannta selarut ini, tanpa ada alasan."
PLAKK!!!
Sebuah tamparan resmi mendarat di pipi Nadeo.
"Hati-hati Mas kalau ngomong!" Tegas Raya dengan air mata yang meleleh.
"Kamu kan memang bekas pelacur. jadi tidak salah kalau aku berpikiran seperti itu. Bisa saja kan kamu kembali lagi. Kalau gak, wajar gak seorang perempuan yang sudah bersuami pulang selarut ini dengan laki-laki yang bukan mahramnya?"
Air mata makin membanjiri pipi Raya, ia tak menyangka suaminya bisa dengan mudah merendahkannya, dan membawa masa lalunya. Serendah itu kah harga dirinya?
"Dari tadi aku telpon kamu Mas, tapi kamu gak angkat-angkat. Aku sendirian di sana. Lalu aku diberi tumpangan. Apa aku salah? Sekarang kamu malah nyalahin aku, aku kecewa sama kamu Mas!" Lalu raya pergi begitu saja.
...****************...
Weekend kali ini Nabila dan Raya akan belanja perlengkapan rumah, shoping, mau pun ke salon. Kalau kalian ingin lihat madu yang akur, lihatlah Raya dan juga Nabila. Mareka lebih terlihat seperti sahabat atau kakak beradik.
Nabila dan Raya memilih-milih sayur, buah, ikan dan sebagainya. Sambil memilih, mareka juga mengobrol santai, hanya sekadar berbagi tentang skincare, atau kesibukan bekerja, sampai saat pada pertanyaan Nabila muncul.
"Mbak, kenapa sih mbak gak menikah dari dulu saja sama Mas Nadeo? Kan Mbak sama Mas Nadeo sama-sama cinta!"
Raya tertegun. Kenapa tiba-tiba Nabila bertanya seperti itu.
Menyadari Raya yang diam, Nabila jadi tak enak hati, takut pertanyaannya membuat Raya tersinggung. "Kenapa Mbak? Aku salah tanya ya? Maaf ya?"
Raya hanya tersenyum tipis saja sebagai respon.
"Mbak gak usah jawab kok, lupain aja!"
"Enggak kok!" Bantah Raya.
"Jadi?"
"Gimana tadi pertanyaannya?"
"Enggak Mbak, lupain aja!"
"Kamu tanya kenapa aku dan Mas Nadeo tidak dari duku saja menikah, padahal kami saling cinta, begitu kan?"
Nabila mengangguk ragu. "Mas Nadeo kan bisa menolak perjodohan dengan ku!"
Mareka terus berjalan sambil masih memilih barang belanjaan untuk dimasukkan ke dalam troli, yang di dorong Nabila.
"Keluarga Mas Nadeo gak suka sama aku Bil, mareka gak setuju aku dan Mas Nadeo menikah!" Ungkap Raya. Ada gurat sedih ketika ia mengatakannya tadi.
"Boleh gak aku tahu alasannya? Semua pasti ada alasannya kan Mbak?"
Raya menghela napas berat membayangi masa lalunya. Ia tak ingin lagi kembali ke sana.
"Kalau Mbak cerita, mungkin kamu juga gak akan suka lagi sama Mbak!"
"Maksudnya gimana Mbak? Aku gak ngerti." Tanya nabila. "Aku udah anggap Mbak seperti kakak ku sendiri."
"Mbak mantan PSK" Lirih Raya.
"Hah?" Reflekk saja Nabila menutup mulutnya dengan tangan. Ia tak menyangka dengan apa yang ia dengar sekarang.
"Makanya keluarga Mas Nadeo gak setuju kalau Mas Nadeo menikah dengan Mbak, dan itu adalah hal yang wajar kan?" Tanya Raya meminta pendapat. "Setiao irang tua mau yang terbaik untuk anaknya, tak terkecuali Mama Mas Nadeo. Dan dengan masa lalu Mbak yang kelam, bukan hanya tak di restui Bil, bahkan Mbak di jauhkan sama teman-teman Mbak sendiri. Dan setelah kamu tahu ini, bukan gak mungkin kalau kamu bakalan jauhin Mbak!"
Nabika segera memeluk madunya. Ia tahu penderitaan Raya lebih besar darinya.
"Aku gak akan jauhin Mbak." Tegas Nabila, "Aku salut sama Mbak, Mbak adalah wanita yang kuat. Aku gak nyangka ternyata masalah Mbak begitu besar." Imbuh Nabila sembari melepas pelukannya.
"Bil, kita gak tahu kedepannya gimana. Tapi jika suatu saat kamu berjodoh dengan orang lain. jangan pernah sekali-kalu menikah tanoa restu orang tua. Terlebih tanpa rwatu orang tua si lelaki." Pesan Raya pada adik madunya. "Percaya sama Mbak, rumah tangga gak akan bahagia!"
"Iya Mbak!"
n
🥰🥰😝
🥰🥰cegukan