Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chen Ling
Ling mendengar ketukan di pintu dan mengenali suara Paman Qian. Dia pun membuka pintu dengan santai, bersandar di dinding, dan berkata dengan nada malas, "Paman Qian, apakah kau memiliki uang?"
Paman Qian tampak sedikit bingung mendengar pertanyaan yang dilontarkan Ling. Meskipun penampilan pria di depannya tidak berbeda, ada sesuatu yang baru dalam diri Ling. Ia terlihat lebih berenergi, dan wajahnya pun tampak lebih tampan dibanding sebelumnya.
Setelah sejenak ragu, Paman Qian mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya dan bertanya, "Apakah ini cukup untukmu?"
Ling tersenyum lebar, "Tentu saja." Dia mengambil uang itu dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya tetap nyaman bersarang di saku celananya. "Aku akan kembali malam ini," ujarnya sambil melangkah pergi.
Ia melanjutkan langkahnya, melompati tangga dan langsung turun dengan cara yang sangat cekatan. Bagi Ling, menuruni tangga dengan cara biasa terasa seperti membuang-buang waktu. Gerakan yang ia lakukan begitu ringan dan elegan, bahkan terkesan sangat keren.
Di dalam hati, Paman Qian mulai bertanya-tanya, apakah Ling ini benar-benar Tuan Muda mereka?
Baru setelah beberapa langkah, Paman Qian terbangun dari lamunannya. Namun, Ling sudah cukup jauh darinya. Tanpa berpikir panjang, ia pun berteriak, "Tuan Muda, jangan bilang kau akan menemui nona Lu! Aku tahu kau pasti akan menyesal. Biarkan aku membantumu berbicara dengannya."
Ling hanya menjawab dengan malas, "Tidak," tanpa mengubah arah atau bahkan menoleh ke belakang. Melihat sikap Ling yang acuh tak acuh, Paman Qian menatapnya dengan penuh kekhawatiran dan menghela napas panjang.
Sementara itu, dengan uang yang kini ada di tangannya, Ling terus melangkah sambil mencoba merenungkan ingatannya yang samar. Dia merasa yakin bahwa dirinya sudah mati, tetapi kini ia terlahir kembali ke dalam tubuh pria muda yang memiliki nama yang sama. Perasaannya campur aduk, antara nostalgia dan harapan baru yang tiba-tiba muncul di benaknya.
Kehidupan pria ini memang cukup menarik.
Chen Ling yang asli merupakan satu-satunya pewaris Keluarga Chen yang terkenal di Kota Urban. Ia sangat dimanjakan oleh ibu dan kakeknya, sehingga hari-harinya dihabiskan hanya untuk makan dan bermain game. Kehidupannya yang santai ini membuatnya tumbuh menjadi sosok yang cenderung malas dan acuh tak acuh terhadap hal-hal di sekitarnya. Sedangkan Chen Ling yang sekarang adalah seorang Raja Legendaris di dalam Organisasi Tempur, di mana ia dikenal sebagai ahli dalam segala bidang.
Di tengah kehidupannya yang penuh kemewahan, Ling memiliki seorang tunangan. Tunangannya adalah seorang wanita yang sebelumnya memarahinya, yaitu Lu Yan, putri dari Keluarga Lu yang kaya raya.
Lu Yan adalah sosok yang tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki kekayaan melimpah serta berbagai bakat. Ia merupakan putri bungsu dari keluarga Lu yang terkemuka. Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, popularitas Lu Yan sering kali membuatnya terlihat sombong.
Sementara itu, Chen Ling yang asli sangat terpesona oleh Lu Yan hingga bisa dibilang tergila-gila. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana mungkin Lu Yan yang begitu berbakat bisa jatuh cinta kepada sampah seperti Chen Ling?
Apalagi ketika dibandingkan dengan Luo Wuzhou, adik angkatnya. Setelah orang tuanya menyadari bahwa mereka tidak bisa memiliki anak lagi, mereka memutuskan untuk mengadopsi seorang anak yang kemudian diberi nama Luo Wuzhou. Dalam pandangan keluarga, Ling hanyalah sampah yang tidak layak diperhitungkan.
Luo Wuzhou, di sisi lain, adalah siswa yang sangat berprestasi di sekolahnya. Meskipun usianya hanya berbeda beberapa bulan dari Chen Ling, ia selalu menduduki posisi tiga besar di kelas. Wuzhou juga sangat terampil dalam dunia bisnis, sering kali diajak menghadiri jamuan makan resmi dan selalu menunjukkan etika yang sangat baik.
Dengan segala keunggulannya, wajar saja jika ia lebih layak disebut sebagai tuan muda Keluarga Chen dibandingkan dengan Chen Ling.
Sebaliknya, Ling merupakan gambaran yang sangat bertolak belakang. Ia dikenal sebagai siswa yang bodoh dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Bukan hanya dalam dunia bisnis, tetapi untuk sekadar mendapatkan peringkat di sekolah pun, ia sering kali terjebak di posisi tiga terbawah. Di samping ketidakmampuannya, ia juga dikenal sebagai sosok yang suka membuat onar.
Setelah mengetahui bahwa Ling mengurung Wuzhou di dalam lemari pendingin, Lu Yan benar-benar murka. Ia tidak ragu untuk mendatangi kediaman Keluarga Chen hanya untuk memberi peringatan kepada Ling.
Menurut desas-desus yang beredar, Ling merasa sangat iri dengan Wuzhou, sehingga ia membius Wuzhou dan menempatkannya di lemari pendingin. Meskipun tidak ada yang tahu kebenaran dari kejadian tersebut, semua orang sepakat untuk menganggap Ling sebagai pelakunya.
Akibatnya, semua orang semakin membencinya, dan nama baik Ling semakin tercoreng.
Di masa lalu, hanya ada dua jenis orang yang berani mengganggu Chen Ling, yaitu mereka yang menuju kematian atau mereka yang sudah mati!
Ling kini telah sampai di salon, tempat yang pernah ia kunjungi untuk mewarnai rambutnya menjadi merah.
"Nona cantik, tolong warnai rambutku menjadi hitam," ujar Ling kepada wanita yang duduk tidak jauh dari pintu masuk.
Setelah mengucapkan permintaan tersebut, Ling duduk dengan santai dan menyilangkan kakinya. Senyumnya tampak hangat dan bersahabat, namun jika diperhatikan lebih seksama, ada aura kejahatan yang mengintai di balik senyumnya.
Wanita itu, jelas sekali, tersipu mendengar pujian Ling. Dengan nada yang agak gugup, ia menjawab, "Tuan Muda, aku juga berpendapat bahwa rambutmu akan terlihat lebih bagus jika berwarna hitam."
Ling menatapnya sejenak sambil tersenyum, dan wanita itu semakin tersipu. Sudah cukup lama Ling tidak menggoda wanita. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya, bersandar di kursi dengan mata terpejam, menikmati suasana sekitarnya.
Dalam keheningan tersebut, Ling mulai merenungkan ingatannya. Ia berusaha memahami bagaimana ia bisa terjebak dalam tubuh ini. Apa yang terjadi pada pemilik tubuh asli? Bahkan ingatan mengenai insiden saat ia mengurung Wuzhou terasa kabur dan tidak jelas.
Saat pikirannya melayang, ia tanpa sadar meraih liontin giok kuno yang tergantung di lehernya. Ia merasa heran, mengapa liontin giok kuno yang menjadi simbol masa lalunya ini ikut terbawa ke dalam kehidupannya yang baru? Apakah ada arti di balik kehadiran liontin ini?
Wanita yang sedang mewarnai rambut Ling memperhatikan bahwa ia telah tertidur, sehingga ia berusaha sangat hati-hati saat membilas rambutnya. Sembari bekerja, wanita itu memperhatikan wajah pria tampan di depannya. Rahangnya kokoh dan tegas, namun ekspresi wajahnya lembut. Ling bahkan tampak semakin tampan ketika tertidur.
Tiba-tiba, terdengar suara keras.
"Brak!"
Seseorang mendobrak pintu salon dengan kasar, lalu tanpa ragu mengambil kursi dan duduk tepat di samping Ling. Wanita itu terkejut, tetapi segera mengenali tamu tak terduga tersebut. "Tuan Zhuo," ucapnya sambil menundukkan kepala hormat.
Zhuo Liam adalah salah satu tuan muda yang terkenal di kota, dan biasanya ia dikenal ramah. Namun kali ini, tatapan marah terlihat jelas di matanya, membuat wanita salon itu merasa sedikit gugup.
Liam menatap Ling dengan sorot mata tajam. Awalnya, ia hendak mengunjungi Wuzhou yang sedang dirawat di rumah sakit. Namun, dari kejauhan, ia melihat seorang pria berambut merah yang tampak sangat mencolok. Hanya ada satu orang di Kota Urban yang berani tampil dengan warna rambut seperti itu, yaitu Chen Ling.
“Hei, sampah!” seru Liam dengan nada mengejek, mencoba memprovokasi Ling.
“Kau bahkan tidak punya sedikit pun rasa bersalah setelah mengurung Wuzhou di dalam lemari pendingin. Apa kau tidak merasa malu masih menyebut dirimu sebagai tuan muda Keluarga Chen? Seharusnya kau malu pada dirimu sendiri dan mengakui kesalahanmu. Kalau perlu, pergilah dan mengasingkan diri!" ucap Liam dengan nada penuh amarah, melampiaskan rasa muaknya terhadap Ling.
Melihat Ling yang tampaknya tidak menunjukkan reaksi, Liam semakin kesal dan melanjutkan ucapannya, “Tunggu saja, sebentar lagi Lu Yan pasti akan memutuskan pertunangan kalian. Kau akan menyesal selamanya!”
Ling tetap tidak bergerak sedikit pun, tetap diam dengan matanya yang tertutup, membuat Liam semakin bingung. Akhirnya, Liam berdiri dan memperhatikan wajah Ling dengan lebih saksama.
Namun, ada yang berbeda. Pria yang biasanya terlihat lemah dan tak berdaya kini memiliki aura yang sangat tegas dan kuat. Bahkan Liam merasa ada sesuatu yang mengintimidasi dan membuatnya sedikit gentar.
Ling, yang merasa terganggu oleh kebisingan itu, perlahan membuka matanya. Pandangannya masih terlihat mengantuk, dan matanya sedikit berair. Ia baru saja menikmati tidurnya yang lelap.
Kemudian, ia menyeringai dengan senyuman yang dingin dan kejam. "Kau membicarakan Tuan Muda Chen? Itu harusnya aku," ucapnya dengan nada santai.
Mendengar itu, tubuh Liam langsung membeku. Pria di depannya terasa begitu berbeda. Meski wajahnya masih sama, aura yang dipancarkannya sangatlah berbeda, membuat Liam merasa ditekan dan tidak nyaman.
Jika dulu, orang akan sangat malas melihat wajahnya. Namun apa ini? Pria tampan darimana ini? Bahkan Liam pun mengakui ketampanannya.
Liam tak percaya. Ini mungkin bukan Chen Ling. Chen Ling yang selama ini ia kenal adalah sosok yang malas, tidak berkarisma, sering berbuat onar, dan dianggap sebagai sampah. Lalu, bagaimana bisa dia memiliki kharisma seperti ini?
Dengan suara yang sedikit bergetar, Liam akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, “K-kau benar-benar Chen Ling?”
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.