NovelToon NovelToon
Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Perjodohan / Lari Saat Hamil / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Nikah Kontrak / Cerai
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Linda manik

Evan Dinata Dan Anggita sudah menikah satu tahun. Sesuai kesepakatan mereka akan bercerai jika kakek Martin kakek dari Evan meninggal. Kakek Martin masih hidup, Evan sudah tidak sabar untuk menjemput kebahagiaan dengan wanita lain.

Tidak ingin anaknya menjadi penghambat kebahagiaan suaminya akhirnya Anggita
rela mengorbankan anak dalam kandungan demi kebahagiaan suaminya dengan wanita lain. Anggita, wanita cantik itu melakukan hal itu dengan terpaksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesona Janda Muda

Di sebuah warung di ujung desa. Danny merasa bosan. Berkali kali dirinya melihat layar ponsel berharap Ada pesan yang mengarahkan dirinya ke rumah yang ditempati oleh Anggita. Sudah hampir dua jam dirinya menunggu. Tapi pesan yang masuk ke ponselnya. Satu pun tidak ada pesan dari Nia. Danny belum sadar jika di desa itu tidak ada jaringan internet.

Menunggu adalah hal yang sangat dibenci oleh orang pekerja keras seperti Danny. Andaikan dia mengetahui dimana letak rumah Anggita. Dia akan pasti langsung datang ke rumah itu. Danny menarik nafas panjang kemudian jari tangannya mengetuk bangku kayu yang dia duduki. Para pengunjung warung temannya mengobrol sudah pulang satu persatu. Kini tinggal hanya dirinya dan penjaga warung yang kini sudah tertidur di bangku panjang.

Danny bernafas lega setelah melihat pergerakan seorang gadis yang berjalan ke arahnya. Walau gadis itu masih jauh. Danny sudah bisa mengenali jika wanita itu adalah Nia. Dan benar saja. Nia semakin dekat dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin.

"Bagaimana. Apa dia bersedia berjumpa dengan aku?" tanya Danny setelah Nia berada di hadapannya.

"Maaf kak. Aku tidak berhasil membujuk Anggita. Dia marah besar dan kecewa kepada aku."

Danny menarik nafas panjang. Wajahnya sudah menunjukkan wajah kecewa. Dia sudah mengorbankan waktu dan tenaga untuk datang ke desa ini tapi sepertinya pengorbanannya sia sia.

"Berarti kita pulang ya," kata Danny pelan. Sebenarnya bisa saja Danny memaksa Nia untuk membawa dirinya ke rumah Anggita tapi Dia tidak ingin memaksa Anggita untuk bertemu dengan dirinya. Danny paham. Jika Anggita pasti menderita karena sikap kakak sepupunya.

"Tapi bohong," kata Nia kencang dan tersenyum bangga. Danny yang sebelumnya kecewa kini juga ikut tersenyum senang.

"Awas kamu. Berani beraninya kamu mengerjai aku," kata Danny sambil tersenyum. Nia sudah berhasil mengerjai dirinya. Dia meletakkan kedua tangannya di pinggang. Danny tidak marah.

"Ayo. jangan banyak bicara. Nanti Anggita berubah pikiran lagi," kata Nia sambil menarik tangan Danny. Tidak ada rasa kaku diantara keduanya. Nia yang mudah akrab dengan orang lain membuat keduanya seperti dua orang yang sudah lama mengenal.

"Sebentar, aku ambil tas dulu," kata Danny kemudian berbalik mengambil tasnya yang terletak di desa.

Sesampai di halaman rumah yang ditempati Anggita. Danny memperhatikan rumah itu dan sekeliling terlebih dahulu. Rumah yang sangat sederhana dengan pemandangan pohon pohon tinggi dan hijau. Sebuah motor besar berwarna merah yang terparkir di halaman itu menarik perhatiannya. Tapi Danny tidak bertanya kepada Nia tentang hal itu.

Danny membuka sepatunya setelah mendengar balasan salam dari dalam rumah.

"Anggita, apa kabar?" tanya Danny sambil mengulurkan tangannya.

"Kabar baik," balas Anggita menerima uluran tangan Danny.

Setelah Danny dan Anggita berjabat tangan. Danny melirik ke arah pria yang duduk di hadapan Anggita. Danny sangat yakin jika pria itu adalah pemilik motor besar yang terparkir di halaman tadi.

Sikap angkuh dan dingin yang ada di dalam diri Danny akhirnya muncul juga. Dia duduk di kursi rotan tanpa dipersilahkan yang empunya rumah untuk duduk. Di sebelah dirinya Nia juga sudah duduk. Nia memperhatikan pria yang duduk di hadapan Anggita. Dia tidak mengenal pria itu. Tapi jika dilihat dari seragamnya. Pria itu adalah seorang pegawai negeri sipil.

Danny duduk dengan kaki kanan menimpa kaki Kiri. Sikapnya yang tenang seakan menunjukkan bahwa dia bukan orang sembarangan. Bukan tanpa sebab dia melakukan itu. Danny sangat menyadari jika pria yang berseragam coklat itu tidak menyukai kedatangannya di rumah ini. Sejak tadi Bobby menatap dirinya dengan tajam

"Bobby, aku ada tamu," kata Anggita dengan wajah yang terlihat tidak enak dengan situasi itu. Dia berharap, pria yang bernama Bobby itu bisa mengerti dan secepatnya pulang dari rumah itu. Lagipula, Anggita sebenarnya tidak begitu suka jika Bobby datang ke rumahnya. Pria itu terlalu menyombongkan pekerjaan dan menganggap seragamnya sudah sangat hebat. Karena setiap berkunjung ke rumah ini, Bobby selalu datang dengan pakaian yang sama.

"Oke aku mengerti Gita. Aku pamit dulu. Jika kamu butuh bantuan jangan segan segan menghubungi aku ya. Aku siap membantu kamu 24 jam. Kamu cukup miss call saja ya. Aku pasti menghubungi kamu balik," kata pria itu sambil tersenyum. Perhatiannya kepada Anggita jelas bukan perhatian biasa.

"Terima kasih Bobby." Anggita hanya berterima kasih tanpa mengiyakan perkataan Bobby. Selama dua bulan di desa ini banyak pria yang perhatian dan menawarkan bantuan kepada dirinya. Tapi sampai sejauh ini. Anggita dan mama Feli bisa hidup mandiri tanpa bantuan siapapun.

"Aku yang berterima kasih Gita. Kamu mau menerima aku di rumah ini. Aku akan membawakan lebih banyak lagi buah kesukaan kamu." Bobby tersenyum bangga.

Danny langsung melihat kantong plastik berisi buah buahan yang terletak dia atas meja. Mendengar perkataan Bobby sudah jelas yang membawa buah buahan itu adalah pria itu. Bersamaaan dengan itu. Bobby melirik Danny sinis karena tidak membawakan apapun sebagai buah tangan untuk Anggita. Dia merasa lebih dibandingkan dengan Danny yang datang dengan tangan kosong. Bobby menilai dirinya lebih bermodal dibandingkan dengan Danny.

"Danny, untuk apa kamu menemui aku?" tanya Anggita setelah Bobby pergi dari rumah itu. Wajah Anggita yang terlihat datar sebagai pertanda dia tidak suka dengan kedatangan Danny. Lebih tepatnya jika Anggita merasa takut bertemu dengan salah satu keluarga kakek Martin. Takut jika kebohongan tentang kehamilan terbongkar. Anggita bersedia bertemu dengan Danny saat ini karena menghargai waktu yang dikorban pria itu untuk menemui dirinya. Dan yang paling penting bagi Anggita. Danny belum mengetahui tentang kehamilan dirinya.

Danny melipat tangannya dan menopang dagunya. Jika ditanya untuk apa dirinya menemui Anggita. Dia juga tidak tahu. Dia tidak tertarik dengan perjodohan yang disebutkan oleh nenek Rieta. Tapi jika dirinya mengingat Evan. Danny juga mengingat Anggita. Selain itu ketidak hadiran Anggita di pemakaman kakek Martin sebenarnya menimbulkan tanda tanya di hati Danny.

"Tidak tahu," jawab Danny jujur. Anggita dan Nia sama sama menatap Danny setelah mendengar jawaban konyol itu.

"Aku rasa kamu kurang waras ya. Aku mengorbankan banyak hal untuk menemani kamu ke mari. Tapi kamu tidak mempunyai tujuan," kata Nia kesal. Danny terkekeh.

"Sebenarnya aku hanya ingin memastikan jika Anggita baik baik saja," jawab Danny akhirnya. Jawaban asal yang baru terlintas di pikirannya.

"Kamu sudah melihat aku kan. Aku baik baik saja. Ada mama bersama aku. Kamu tidak perlu khawatir. Pulanglah," jawab Anggita datar. Caranya memberlakukan Danny jelas kurang sopan. Dia sengaja berkata seperti itu supaya Danny malas melihat dirinya dan tidak ingin tahu tentang kehidupannya. Anggita sudah berjanji dalam hati jika dia dan mama Feli akan segera pindah dari desa ini. Selain keberadaan dirinya sudah diketahui oleh Danny sebenarnya Anggita kurang suka tinggal di desa ini. Para gadis gadis banyak tidak menyukai Anggita karena kecantikan Anggita lebih menonjol dibandingkan gadis gadis yang ada di desa ini. Dan Para pria dewasa banyak yang menaruh hati kepada Anggita.

Baru saja, Danny ingin menjawab perkataan Anggita. Seseorang memanggil nama Anggita dari luar rumah.

"Maaf, ternyata kamu ada tamu Anggita," kata pria yang baru saja muncul di pintu.

"Iya kak. Sebenarnya ada keperluan apa kakak datang ke rumah ini?" tanya Anggita sopan. Caranya memberlakukan pria ini sangat berbeda dengan memberlakukan Bobby. Anggita sepertinya lebih menghargai pria ini.

"Kakak hanya ingin mengantarkan ini Anggita," kata pria itu sambil menyodorkan rantang susun.

"Apa ini kak?.

"Kakak masak rendang tadi. Jadi aku bagi ke kamu supaya kamu tidak perlu repot untuk memasak menu makan malam. Apalagi kamu ada tamu," kata pria itu sambil tersenyum ke arah Danny dan Nia.

"Seharusnya tidak perlu repot repot begini kak. Kami juga sudah memasak menu makan malam." kata Anggita sungkan. Sungguh dia tidak enak hati diperlakukan seperti ini oleh pria yang menyukainya. Jujur, Anggita sebenarnya merasa seperti makan buah simalakama karena perlakuan pria pria yang menyukai dirinya di desa ini. Menerima pemberian salah takut dibilang sombong dan tidak menerima takut si pemberi tersinggung.

Danny menatap pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Penampilannya lebih keren dari pria berseragam coklat tadi. Dan terlihat lebih tampan juga. Tapi perkataan pria itu yang memasak rendang terasa geli di pendengarannya.

"Makasih kak." Akhirnya Anggita menerima rantang susun itu dengan tersenyum.

"Ibu Feli Mana?" tanya pria itu lagi. Yang ditanya tanya langsung muncul dari arah dapur dengan membawa baki di tangannya.

"Aku disini nak Heri. Silahkan duduk dulu," jawab mama Feli.

"Makasih ibu. Aku masih Ada kerjaan," kata pria itu. Heri adalah peternak sapi terbanyak di desa ini. Heri merupakan sosok yang disegani karena kesuksesannya sebagai peternak sapi yang berhasil di usia yang masih tergolong muda. Sebenarnya Heri ingin juga berlama lama di rumah itu. Tapi menyadari waktu yang tidak tepat pria itu memilih pamit pulang.

"Makasih bu. Aku pamit dulu," kata Heri. Dia pamit kepada Anggita dan menganggukkan kepalanya hormat kepada Danny dan Nia. Dibandingkan dengan Bobby. Heri jauh lebih sopan dan tampan. Danny membalas Heri dengan anggukan kepala juga.

"Setelah pria yang bernama Heri itu. Masih adakah pria yang akan mengantarkan makanan untuk kamu Anggita. Kalau seperti ini setiap hari bisa bisa kamu cepat kaya karena tidak mengeluarkan uang untuk belanja," kata Nia bercanda tapi bernada mengejek.

"Sepertinya masih Ada nak. Karena Joko juga belum datang. Biasanya pria itu juga akan setiap hari mengisi absen untuk melihat wajah Anggita," jawab mama Feli membuat Nia tertawa terbahak bahak. Sedangkan Danny pura pura serius menyimak siapa saja orang yang berbicara.

"Seperti anak sekolahan saja mengisi absen. Ternyata pesona Janda Muda membuat pria pria di desa ini mencari perhatian kamu Anggita. Jangan sampai si kakek tukang kawin itu juga tertarik kepada kamu."

Anggita terdiam. Dia mengetahui tentang si kakek tua yang dimaksudkan oleh Nia. Kakek tukang kawin itu juga sudah pernah datang ke rumah ini dan meminta Anggita untuk menjadi istrinya. Tapi mama Feli menolak dengan tegas permintaan kakek tua itu.

Sedangkan Danny. Setelah mendengar perkataan Nia. Pandangannya juga tidak terlepas dari wajah Anggita. Dia menatap Anggita. Dan dia menyadari jika ternyata Anggita sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari mantan istrinya Clara.

Wajah putih alami dengan mata bulat. Hidung mancung dengan sepasang bibir yang mungil yang memerah tanpa pewarna bibir. Bentuk wajah yang tirus itu terlihat sempurna dengan rambut sebahu yang berwarna hitam tebal.

"Cantik," gumam Danny pelan. Kemudian Danny pura pura melihat jam tangannya supaya tidak begitu terlihat jika dirinya baru memperhatikan kecantikan mantan kakak iparnya.

"Nak Danny. Nia. Silahkan diminum tehnya," kata mama Feli.

"Ah Iya bu. Terima kasih," jawab Danny sedikit gugup. Sebelum mengambil gelas dia memperhatikan sekilas wajah Anggita lagi.

Tidak salah jika para pria terpesona dengan kecantikan Anggita. Wajahnya yang terlihat seperti selalu tersenyum membuat siapa saja ingin melihat wajah itu terus. Hal itu berlaku bagi Danny. Setelah meneguk teh itu sedikit. Danny kembali menatap wajah Anggita sebelum meletakkan gelas di atas meja. Caranya seperti curi curi pandang bisa dilihat oleh Nia. Tapi wanita itu pura pura tidak memperhatikan Danny.

"Betah tinggal disini ibu?" tanya Danny kepada mama Feli. Semakin dia memperhatikan wajah Anggita semakin dirinya ingin menatap wajah itu. Danny memilih bertanya kepada mama Feli supaya tidak ketahuan jika dirinya suka memperhatikan wajah manis mantan kakak iparnya itu.

"Tidak terlalu betah. Orang orang disini terlalu ingin tahu kehidupan orang lain," kata mama Feli jujur.

Bukan maksudnya menjelekkan masyarakat di desa ini. Itu memang benar adanya. Tidak jarang mama Feli mendengar bisik bisik para tetangga mempertanyakan status dirinya dan status Anggita. Satu hal yang dikhawatirkan mama Feli adalah jika perut Anggita nantinya sudah membuncit. Pasti akan ada gunjingan tetangga yang negatif terhadap Anggita.

Sebenarnya bukan hanya gadis gadis yang tidak menyukai Anggita. Para ibu juga tidak begitu menyukai Anggita. Kecantikan wajah Anggita membuat para ibu takut jika pacar dari putri mereka menyukai Anggita.

"Kalau tidak betah. Pindah saja," jawab Danny tenang.

"Tapi aku betah. Suasana desa ini sangat asri dan udaranya masih bersih," kata Anggita membantah perkataan mama Feli. Dia tidak ingin Danny menawarkan atau mengusulkan mereka sebuah tempat tinggal.

"Jangan hanya memikirkan dirimu Anggita. Di tempat ini sepertinya banyak pria yang menyukai dan menarik perhatian kamu. Jangan sampai pria pria itu bertengkar karena memperebutkan dirimu. Pesona janda muda memang selalu di depan. Tapi jangan terlalu menikmati perhatian para pria itu."

Anggita menatap Danny dengan kesal. Pria itu asal bicara tapi sedikit pun tidak merasa bersalah. Sedangkan yang ditatap tersenyum manis kemudian mengangkat gelas dan meletakkan gelas itu ke ujung bibirnya. Lagi lagi pria itu menatap wajah Anggita sebelum meneguk teh itu.

"Ternyata kamu sangat cantik mantan kakak ipar. Evan pasti menyesali perbuatannya karena tidak sadar akan kecantikan dan kebaikan dirimu," kata Danny dalam hati.

1
Desi Oppo
bjo edan 😤
Janah Husna Ugy
Rico gk ada jodoh nya thor
Janah Husna Ugy
permainan ranjang nya hot nia dan Danny, timbang evan sama anggita
Janah Husna Ugy
kayaknya prank dech
Janah Husna Ugy
karma dibayar lgsg
#ayu.kurniaa_
.
echa purin
/Good//Good/
Ruzita Ismail
Luar biasa
Lala Al Fadholi
nia bodoh
Trisna
jangan hanya manis di awal yah Lex.
tapi di ending bikin Sad
Trisna
e Tah lah Nia sok jadi pahlawan banget.
Trisna
salsa ting-ting nih mah
senggol dong
Trisna
astaga Danny😂😂
Trisna
pak Rendra semakin di depan
Trisna
nah gitu dong Nia... berani berbuat, berani juga dalam bersikap. Lo memang salah
tapi mengemis no.
Trisna
Hot duda kaya raya
Trisna
Lo sendiri yang menciptakan penderitaan mu Nia😏😏
menjengkelkan
Trisna
Entah gimana perasaan Nia....
iri benci enggak yah dia nantinya sama Anggita🤔
Trisna
air mata mu tak berarti Nia.
💯%lo secara sengaja menjebak Danny. Lo menykiti pa Rendra.
tapi lo nenangis seakan-akan Lo yang tersakiti.
Trisna
gue curiga deh dama dokter itu di balik sifatnya yang tenang bisa saja dia bisa menghanyutkan.

sayang sih sayang tapi privasi bayi itu ada....
walaupun di bilang masih bayi
tidak mengerti apa-apa.
pada hal dokter itu orang luar tapi udah berani mandiin.
gue pikir yang agak bodoh itu adalah Anggita demi rasa nyaman
dia melupakan privasi putri mungilnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!