TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EMPAT BELAS
Bandara SH, tempat Snowy dan Mahesa bernaung. Masa bulan madu telah selesai, Mahesa dan Snowy sudah harus kembali pulang ke Jakarta.
Koper merah muda besar yang Mahesa tarik juga diduduki Snowy White Rain. Keduanya akan pulang dengan mobil jemputan yang disiapkan Rega Rain.
Di sepanjang perjalanan tak cukup banyak obrolan, Snowy dan Mahesa sibuk dengan masing-masing ponselnya. Sampai tiba di penthouse, mereka masih diam-diaman.
Snowy mandi berendam aromaterapi di bathtub sambil terpejam dan mendengarkan musik dari headset bluetooth-nya, sedang Mahesa mandi di bawah kucuran shower.
Satu kamar mandi, tapi mereka hanya sibuk dengan masing-masing aktivitas. Pertama, sudah cukup lelah, dua mereka sengaja tak mau saling menunjukkan ketertarikannya.
Tak mau saling intip walau dalam batin ingin sekali melirik. Snowy cukup gengsi, Mahesa lebih gengsi lagi.
Selesai mandi dan mengenakan pakaian rapi, Snowy menyatroni Mbak Nar; asisten bersih- bersih yang dikirim keluarga Snowy. "Malam, Mbak...," ucapnya.
"Malam."
Snowy duduk di sofa, ingin menyalakan televisi, lalu Mbak Nar datang membawa paper bag kecil.
"Oya, Nona, kemarin ada paket datang," sodor-nya.
Snowy memindai tas kertas coklat berisi obat-obatan. "Dokter Miska?" gumamnya.
Ada tulisan di tasnya. Mbak Nar langsung pergi, wanita itu hanya menyampaikan paket saja kemudian kembali membereskan sesuatu di mesin cucinya.
Maklum, pakaian kotor Snowy dan Mahesa sedang banyak-banyak-nya, sebab baru saja selesai bulan madu dari Bali.
Snowy yang masih dalam keadaan bingung, dia segera menghubungi Dokter perempuan yang sudah dia kenal cukup lama.
📞 "Nona..." Tak butuh waktu lama untuk Dokter Miska menjawab panggilan telepon Snowy.
"Dokter kirim Snowy obat?" Snowy langsung pada pokoknya. "Obat siapa?" Dia takut jika sampai Mahesa yang sedang sakit serius.
📞 "Vitamin, vitamin penambah nafsu makan sesuai pesanan, Tuan Esa kemarin."
"Untuk?" Sontak Snowy mengernyit. Untuk apa Mahesa membutuhkan vitamin ini? Perasaan, nafsu makan Mahesa cukup baik.
📞 "Untuk Nona. Bukankah, Anda sendiri yang meminta vitamin ini untuk menambah nafsu makan dan berat badan Anda?"
"Hah?"
Snowy ternganga terkejut. Jadi selama ini, secara diam diam Mahesa memesan vitamin penambah nafsu makan dari dokter Miska.
Otak Snowy berkelana, kembali dia mengingat ingat waktu yang berlalu. Selama ini Mahesa yang selalu membuatkan minuman untuknya, dan yah, nafsu makan dia bertambah setelah menikah.
"Teganya, kamu Kak!" Snowy menutup panggilan teleponnya secara sepihak. Dia berdiri arogan dan merasa perlu mendatangi suaminya.
Mati-matian dia ingin kurus, dulu tubuhnya gemuk dan pipinya chubby. Snowy tidak mau seperti Flory yang dikhianati karena itu.
Lalu dengan teganya, Mahesa membuatnya gagal untuk diet. Bahkan, sebelum putus, Rick dan Prabu protes terhadap berat badannya.
"Kak!" Snowy melempar paper bag berisi botol botol kecil dari Dokter Miska. Bibirnya mulai bergetar, karena kekecewaannya. "Ini apa?!"
Mahesa terdiam menatap tas kecil yang Snowy tunjuk. Sebelum Snowy masuk ke sini, pria itu tampak sibuk dengan ponselnya.
"Kamu mau buat aku gemuk?" tukas Snowy.
Mahesa menggeleng. "Ini, nggak seperti yang kamu pikirin, Snow..."
"Hiks, hiks!"
Mahesa tak punya kesempatan bicara selama Snowy bertubi-tubi memukuli dada bidangnya dengan sangat garam. "Kamu monster!"
Snowy masuk ke dalam selimut, dia mengeram dirinya sambil terisak. Insiden ini benar-benar tidak lucu sama sekali, yang dilakukan Mahesa benar-benar egois.
Bagaimana kalau Snowy terus mengonsumsi vitamin itu dalam jangka panjang. Mungkin dia akan lebih gendut dari sekarang.
Mahesa menelungkup di atas selimut yang membungkus istrinya. "Maaf...," ucapnya.
Snowy diam tak menjawab, Snowy masih sangat amat kecewa, mereka bukan suami istri yang saling mencintai. Seharusnya Mahesa tidak perlu bertindak seolah-olah sayang padanya.
Sikap itu yang membuat Snowy pernah yakin jika Mahesa menyukainya. Sebelum nyata membangunkan tidurnya yang dihiasi mimpi.
Kenyataan sesungguhnya adalah, Mahesa tak pernah mau suka padanya. Mahesa hanya makhluk hidup yang tak mau mengenal cinta.
🏔️🏔️🏔️🏔️
^^^🏔️🏔️🏔️🏔️^^^
Waktu berlalu, detik, menit, jam, hingga matahari pagi terbit, Snowy masih dalam mode senyap. Dan jujur saja, Mahesa tak nyaman sama sekali dengan suasana ini, dia lebih suka diteriaki dari pada didiami.
Sesuai agenda, mulai hari ini Snowy harus masuk ke kantor X-meria. Setelah sarapan pagi bersama dengan salad, Mahesa sendiri yang antarkan gadis itu menggunakan motor kesayangannya.
Sempat Mahesa ingin mengantar Snowy sampai ke dalam gedung. Namun, sayangnya Snowy berlari lebih dulu dan terkesan masih mengacuhkan dirinya.
Sadar akan kesalahannya yang cukup sulit dimaafkan, Mahesa pun beranjak pergi dari gedung X-meria.
Dia masih harus datangi rumah ibunya yang tinggal sendirian. Sedari pulang ke Jakarta, Mahesa sama sekali belum berkunjung.
Tiba di rumah utama, Selena menyambut dengan senyuman. "Sayang..." Selena juga memeluk Mahesa yang rikuh pelukannya.
"Gimana bulan madunya?"
"Biasa." Mahesa cukup melihat ibunya sudah tenang, pemuda itu menaiki anak tangga, dia perlu mengambil sesuatu dari kamarnya.
Malam ini, dia sudah aktif kembali mengurus bar miliknya. Selain aktif di dunia fotografi, Mahesa suka meracik minuman di barnya.
"Jangan biasa biasa gitu dong, kamu harus bisa hamilin Snowy, Sayang," saran Selena.
Mahesa diam tak menyahut, langkahnya memasuki ruangan lain di kamarnya. Banyak laci-laci yang berjajar di sana, dia meraih kamera, jam tangan, dompet, dan banyak barang- barang miliknya yang lupa dia bawa ke penthouse.
"Rega butuh cucu pewaris, dan kita butuh bar supaya kembali ke tangan kita lagi!" Selena mengedik bahunya dengan enteng. "Jadi kita saling menguntungkan bukan?" lanjutnya.
Mahesa menoleh seketika karena tak habis pikir pada ibunya, sungguh, sebelum ini ibunya mengambil keputusan tanpa bicara terlebih dahulu. "Mama pikir pernikahan Mahesa dan Snowy hanya sebuah aliansi?!"
"Bukan hanya aliansi, harusnya nggak ada kata aliansi kalo kamu mau coba buka hati kamu. Memang apa kurangnya Snowy sih?"
"Nggak ada!" sanggah Mahesa secara pasti dan lugas. "Dia sempurna seperti Mama! Dan itu yang buat Esa berpikir ribuan kali untuk jatuh cinta sama dia!"
"Esa." Selena menghela napas, pria tampan yang dia lahirkan dan sangat mirip dengan suaminya ini cukup membuatnya kesal.
"Jangan bodoh, Esa! Dari kecil Snowy cinta sama kamu, Sayang. Apa salahnya sih nikah sama Snowy? Please, sekali saja manfaatkan ketampanan kamu?!"
Mahesa bergeming.
"Kamu bukan Papa, iya mamang kamu tidak sebodoh Papa! Maka dari itu Mama percaya kamu bisa rebut kepemilikan bar kita lagi dari tangan Rega!" Selena berapi-api.
"Hanya pura-pura mencintai tidak sulit, Esa Sayang. Bersikap lah lebih manis, setidaknya sampai bar kita kembali!" saran Selena.