NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mahluk Putih

Pov Dudung

Setelah tidak ada pembicaraan lagi yang terdengar, dan rasa penasaran Sudah terobati. Mbah Diding mencolek Jaya untuk segera pergi meninggalkan rumah Mang salah, sehingga Kami berempat pun mulai berjalan kembali menyusuri Jalan Gang yang nantinya tembus ke arah Masjid.

Trong.....! Trong.....! trong.....!

Aku mulai kembali memukul kentongan untuk mengingatkan warga, supaya mereka tidak terlalu lelap tertidur karena Kejahatan sering datang di malam hari yang sangat sunyi

"Kayaknya mang Salah baru saja mendapat rezeki yang besar, mungkin kerbaunya yang di hutang sudah dibayar." ujar Uwa Jaya mulai kembali membuka pembicaraan setelah jauh meninggalkan rumah yang tadi di intip.

"Iya dia sangat pintar mencari uang, tidak seperti Abah yang selalu ditiban kesialan, tidak pernah membuahkan hasil sedikitpun. belajar menjual rokok daripada habis dibeli oleh pelanggan, malah habis dibakar sendiri. belajar ternak ikan bukannya berkembang malah habis dimakan berang-berang." Timpal Mbah Diding yang sedang di Tiban cobaan yang begitu berat dalam kehidupannya.

"Alhamdulillah kalau saya sedang dapat rezeki, Kemarin saya berhasil menjual daging Kijang lumayan buat tambah-tambah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari."

"Iya kamu sedang beruntung, Abah juga ketiban keberuntungannya. Abah makan daging Kijang yang sangat empuk dan gurih, terima kasih Jaya Sudah ingat sama orang tua, semoga kamu bisa mendapatkan lagi hewan buruan."

"Doakan saja, supaya saya bisa berburu lagi."

Ketika sedang menyusuri Jalan Gang, tiba-tiba tercium bau bangkai yang menusuk hidung, sehingga kami menutup indra penciuman tidak kuat menahan baunya.

"Aduh ini Bau apa, Kok sangat menyengat?" tanya Uwa Jaya dengan suara yang bindeng.

"Ini bau bangkai wa." jawabku menjelaskan.

"Iya tapi Bau bangke dari mana asalnya?" tanya Mbah diding sambil melepas penutup hidungnya karena bau bangkai itu sudah menghilang.

Mungkin ada bangkai tikus yang mati di selokan. Ya sudah ayo kita lanjutkan lagi perjalanannya!" ajak Uwak Jaya yang berjalan mendahului.

Baru saja beberapa langkah, terdengar suara gemuruh angin yang begitu kencang diikuti dengan bau kemenyan yang dibakar dan bau kembang kamboja. perasaanku tidak enak mengingat kembali ke kejadian Dua Malam yang lalu, bulukunduku terasa merinding, Jantungku terasa berdetak dengan cepat, mataku menoleh ke arah orang-orang yang berdiri kebingungan.

"Wak, apa jangan-jangan ini?" ujarku tidak melangsungkan pembicaraan namun sudah bisa ditebak ke mana Arah tujuannya.

"Jangan banyak pikiran, Ayo kita lanjutkan lagi perjalanannya!"

Kami pun melanjutkan kembali perjalanan, namun baru saja beberapa langkah tercium kembali bau bangkai yang begitu menyengat, bahkan sekarang lebih menakutkan karena terdengar suara anjing yang menggonggong, dari arah atas terdengar suara kepakan sayap kelelawar besar yang lewat. namun itu tidak terlalu lama karena keadaan pun menjadi sunyi kembali bahkan bau bangkai menghilang seketika.

"Jangan lewat jalan sini, mendingan kita lewat jalan besar." ujarku sambil mendahului berbelok menuju ke arah jalan yang besar, senter dipegang dengan erat sedangkan Kentungan dipikul di pundak.

Uwak Jaya dan Mbah diding tidak protes, Mereka pun berjalan mengikutiku di belakang, sampai akhirnya tiba di jalan besar. Kemudian kami menyusuri ke sebelah Selatan kembali ke jalan yang sebelumnya. Ketika melewati jalan gang yang menuju ke rumah Mang salah terlihatlah ada sosok bayangan putih persis seperti mayat yang dibungkus oleh kain kafan, bahkan terlihat dengan jelas ikatan yang berada di atas kepala.

Ada hantu Uwa ada hantu hantu dari aku yang berjalan paling depan dengan membalikkan tubuh lalu loncat memeluk gua Jaya Kentungan dan center aku lepaskan begitu saja

Orang yang dipeluk terlihat terkejut, hanya mulutnya saja yang menganga, namun tidak mengeluarkan suara. sedangkan Mbah Diding terlihat mundur beberapa langkah dengan tubuh yang bergetar, Ari berteriak begitu kencang memecah heningnya suasana.

"Ada hantu..... ada pocong.....!" teriak Ari sambil memeluk Embah Diding.

"Kurang ajar kamu Ari, Kenapa kamu menginjak kakiku. sudah lepaskan! Abah tidak bisa bernafas." bentak Mbah Diding sambil melepaskan pelukan Ari yang begitu kuat.

Dengan susah payah Abah diding terus melepaskan pelukan Ari, kemudian menyuruhnya untuk berdiri dengan tenang. Begitu juga dengan Uwak Jaya yang melepaskan pelukanku kemudian dia menyuruhku untuk berdiri di belakang, aku yang masih ketakutan tetap memegang sarung milik Wak Jaya takut ditinggal berlari sendirian.

"Apa kita tidak salah melihat? makhluk itu seperti mayat yang berjalan." ujar Abah diding masih bisa menguasai diri.

"Iya benar, apa kita tidak salah penglihatan?" tanggap Jaya sambil menatap ke arah makhluk putih yang menyeramkan.

"Kayaknya kita tidak salah penglihatan karena kita semua melihat makhluk yang sama, makhluk putih yang memiliki Kuncung di kepalanya. tapi dia mau pergi ke mana Kok menghilang begitu saja." Jawab Mbah Diding yang terlihat menunjuk ke arah menghilangnya makhluk itu.

"Pantesan aja bulu kundukku merinding, ternyata ada hantu......," ujarku tidak melanjutkan pembicaraan.

"Jangan takut! kepalang tanggung, kita harus mengikutinya. apa sebenarnya yang sedang dia lakukan?" ujar Mbah diding meskipun terlihat ketakutan, namun dia bisa menguasai diri karena mungkin sudah tua.

"Setuju bah, mendingan kita ikuti, kepalang kita sudah ditakuti." Uwa Jaya membenarkan.

"Bagus kalau setuju. Ya sudah ayo durung kita intip setan pocong itu!"

"Yah ayo! Tapi nanti kalau ada apa-apa aku jangan ditinggal sendirian."

"Aku tidak setuju Mbah, aku takut.....!" ujar Ari dengan meringis.

"Kalau tidak setuju, Ya sudah kamu tunggu di sini."

"Yah jangan ditinggal juga Kang Jaya, terus aku di sini sama siapa?"

"Kalau kamu Penakut, ya sudah ikuti perintah yang pemberani."

Akhirnya Uwa Jaya dan Mbah Diding pun melanjutkan perjalanan, diikuti olehku dan Ari yang tetap memegang sarungnya, takut ditinggalkan ketika ada kejadian yang menakutkan.

Keadaan waktu itu terasa sangat sunyi, menambah suasana kengerian yang ditebarkan oleh kemunculan setan pocong.terdengar suara gemuruh angin yang begitu kencang di sautui oleh suara anjing yang menggonggong dari kejauhan.

Kami berempat menyusuri kembali jalan Gang yang tadi kami lalui, dengan keadaan gelap tidak menghidupkan cahaya senter, takut mengganggu atas kehadiran setan pocong.

Ketika kita melewati rumah Pak RT, tercium kembali bau bangkai yang begitu menyengat membuat langkah kami terhenti. Tanganku memegang erat sarung Wak Jaya, Begitu juga dengan Ari yang memegang sarung Abah Diding, bahkan terdengar suara yang keluar dari bagian belakangnya.

"Jangan ditarik sarungnya Ari! nanti Abah kecekek." gerutu Abah diding sambil menarik sarungnya.

"Aku takut setan pocong itu muncul kembali, karena tadi saja setelah tercium bau bangkai setan itu datang tiba-tiba."

Ini bukan bau bangkai, tapi ini bau kentut kamu kurang ajar."

"Bukan Mbah, bukan bau kentutku. tapi kentut pocong." jawab Ari yang membuat Uwak Jaya mengulum senyum.

Sebelum bibir Uwak tertutup, dari arah rumpun pisang terlihat kembali bayangan putih yang tadi menghilang. membuat Ari berteriak dengan kencang sedangkan aku memegang semakin erat sarung Wak Jaya.

"Diam kamu Ari nanti makhluk itu menghilang kembali!" bentak wak Jaya dengan suara tertahan merasa kesal dengan tingkah laku hari yang seperti anak kecil.

"Takut.....!" ujar Ari dengan suara yang bergetar.

Benar saja apa yang dikhawatirkan oleh Wak Jaya, hantu pocong yang baru saja menampakan diri tiba-tiba menghilang dari pandangan, entah ke mana perginya? membuat kami memindai keadaan sekitar mencari keberadaan hantu pocong.

Setelah lama mencari pocong itu tidak ditemukan, Hanya keadaan saja yang semakin terasa sunyi semakin terasa menakutkan.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!