Dewi Eka Arshila, seorang gadis cantik yang sangat berperangai buruk.
Perangainya yang seperti ini terjadi karena ulah sang kekasih yang sudah mengkhianatinya. Ditambah pula ia yang baru kehilangan sosok ayah yang tega meninggalkan sang ibu dan juga dirinya. Suatu hari, Arshilla bertemu dengan Bima, pria tampan yang selalu memperhatikan dirinya. Berkat usaha gigih Bima dalam meraih cinta gadis pujaannya, Arshilla menerima lamaran Bima dengan setulus hati. Namun sesuatu terjadi yang membuat hati Arshilla terguncang. Kejadian apa yang membuat hati Arshilla seperti ini? Lalu bagaimana kelanjutan kehidupan Arshilla selanjutnya?
Terus ikuti The End Of Our Love.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Agustiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Di pagi hari cuacanya sama seperti semalam masih diguyur hujan deras, kegiatan mereka pun akhirnya ditunda hingga hujan reda.
Riyan, Bima, Adi dan David sedang bermain game yang dibawa oleh David, mereka serius memainkan game yang mereka mainkan.
Riyan melihat Arshilla melintas dan ia langsung menyenggol lengan Bima
"Cewek lo tuh!" bisik Riyan. Bima mengedarkan pandangannya melihat Arshilla yang habis mandi, dengan indah Arshilla menggosok rambutnya dengan handuk kecil yang ia pegang
Riyan meraup wajah Bima agar menghentikan ekspresinya "Muka lo, tolong!"
"Sialan!" umpat Bima
Arshilla tak sengaja melihat Bima yang tersenyum ke arahnya dan lagi Arshilla hanya cuek saja lalu kembali ke kamarnya
"Gila tuh cewek makin hari makin cantik aja!" puji David. Ucapan itu membuat Bima menatap tajam David.
"Mau gue cincang badan lo!" gertak Bima. David tertawa lebar karena merasa lucu dengan ekspresi Bima.
Dari jauh Arshilla sedang duduk dengan memegang cangkir, secara tiba-tiba Fitri duduk di samping Arshilla.
"Lo hebat banget ya bisa dapetin Bima!" ucap Fitri
Arshilla hanya diam saja menikmati secangkir teh hangat yang ia buat.
"Gue lagi ngomong sama lo ya!" ucap Fitri ketus
"Oh lo lagi ngomong sama gue! Kirain lo lagi ngomong sama angin," ucap Arshilla
"Sialan!" umpat Fitri dalam hati.
Arshilla meletakkan cangkir teh itu di meja "Lo marah sama gue gara-gara Bima ngejar-ngejar gue gitu?" tanya Arshilla
"Gue nggak suka ya Bima deket-deket sama lo!" gertak Fitri
Arshilla hanya diam saja menanggapi ocehan Fitri. Wanita itu semakin kesal, ia meraih cangkir teh itu dan menyiramnya ke tubuh Arshilla. Arshilla memekik karena kepanasan
"Aww!!" pekiknya
"Mampus!" ucap Fitri
Arshilla menatap Fitri dengan tajam lalu menjambak rambutnya
"Brengsek! Berani lo sama gue!" bentak Arshilla dan itu menarik perhatian mereka.
"Lepas! Lepasin gue!" bentak Fitri
"Minta maaf baru gue lepasin lo!" bentak Arshilla
"Gue nggak akan minta maaf. Itu semua salah lo!" ucap Fitri
Arshilla melayangkan tamparan pada pipi Fitri.
"Kurang ajar!" bentaknya. Arshilla menarik rambut Fitri hingga membuatnya mengeluh kesakitan.
Bima langsung memegang tangan Arshilla, memintanya melepaskan Fitri
"Cukup! Cukup! Apa yang terjadi?" tanya Bima
"Dia nyiram gue dengan teh panas!" bentak Arshilla. Ia bahkan lupa berhadapan dengan siapa
"Gue udah bilang Fit, berhenti gangguin gue dan Arshilla. Gue cuma cinta sama Arshilla!" ucap Bima
Bima meminta Arshilla melepaskan Fitri,
"Udah ya lepasin," ucap Bima
"Gue nggak terima ya dia nyiram gue! badan gue panas gara-gara dia!" bentak Arshilla
"Ya udah nanti diobatin, sekarang lo lepasin dia dulu,"
"Nggak!"
"Arshilla!"
"Nggak Bima!"
"Sayang!" bentak Bima. Tentu itu membuat mereka semua terkejut. Bahkan Arshilla pun ikut terkejut, bukan karena Bima memanggilnya sayang namun bentakan itu yang membuat Arshilla terkejut
"Kamu belain dia?" tanya Arshilla
Bima mengusap wajahnya dengan kasar "Nggak sayang, bukan gitu. Aku cuma nggak mau kamu ribut-ribut,"
Mereka terkejut dua kali karena percakapan itu
"Aku, kamu, sayang?" gumam mereka
"Pasti udah jadian!" bisik Melati
Arshilla melepaskan jambakan rambut Fitri dan mendorongnya hingga terjatuh.
"Sayang, nggak gitu sayang!" ucap Bima, Arshilla pergi begitu saja.
"Sayang!" teriak Bima. Bima mengusap wajahnya dengan kasar
"Ini peringatan buat lo untuk terakhir kalinya! Gue sama dia udah tunangan dan kita akan menikah jadi lo akan sia-sia mengganggu hubungan gue dan Arshilla! Sekali lagi gue liat lo gangguin dia maupun gue, gue nggak akan pernah maafin lo!" ucap Bima dan pergi begitu saja. Mereka menatap Fitri dengan tatapan kesal.
******
Sudah malam hari Arshilla tak membukakan pintu kamar, bahkan Kirana juga ikut membujuk Arshilla.
"Bim mending lo lewat jendela aja deh! Gue juga khawatir dia kenapa-kenapa!" ucap Riyan.
Bima segera berlari mencari jendela yang tepat di kamar Arshilla. Setelah beberapa menit mencari ia menemukan jendela itu, Bima mencongkel jendela itu hingga terbuka dan langsung masuk ke kamar itu. Hal yang ia lihat adalah Arshilla yang sedang menangis, perlahan Bima mendekati Arshilla
"Sayang," lirihnya sambil mengusap kepala Arshilla
Arshilla terkejut, bagaimana bisa Bima masuk ke kamarnya
"Lo ngapain ke sini? Pergi aja sana!" usirnya
"Hei, jangan begitu sayang," ucapnya
Arshilla pun bangun dan menyeret Bima agar keluar dari kamar
"Pergi Bima!" ucapnya sambil membuka kunci pintu kamar.
Bima merapatkan tubuhnya hingga keduanya menempel tanpa jarak sedikitpun. Bima kembali mengunci pintu kamar lalu meraih dagu Arshilla.
Bima menatap intens wanita yang ia cintai itu, sedangkan Arshilla hanya menatap ke arah lain.
"Liat aku sayang!" pintanya. Arshilla hanya memutar bola matanya. Bima menggeleng pelan, ia pun menggigit kecil leher Arshilla
"Ah sakit Bima!" ucapnya.
"Aku nggak belaian dia, sayang. Aku cuma nggak mau kamu ribut-ribut lagi," ucap Bima
"Udah deh kalo lo suka sama dia, ya udah sama dia aja!" ucap Arshilla.
Bima menghela nafasnya berat "Aku harus gimana biar kamu percaya sayang!"
"Buktikan ucapan kamu!" ucap Arshilla sambil menatap tajam mata Bima.
Entah godaan dari mana, Bima terdorong untuk melakukan hal lebih untuk membuktikan cintanya pada wanita keras kepala ini.
"Baik!" ucapnya, Bima mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Arshilla dengan rakus. Arshilla kelabakan karena tak bisa mengimbangi ciuman Bima.
"Ah Bima," lirihnya
Bima mendorong tubuh Arshilla dan menindihnya, ia melanjutkan ciumannya hingga ke gunung kembar Arshilla.
"Bimaa,"
Bima semakin turun menciumi perut mulus itu, tangannya bergerak mengusap lembut milik Arshilla yang masih menggunakan celana
"Cukup Bima, ah,"
"Aku akan membuktikan jika aku hanya mencintaimu!" serunya. Bima melancarkan aksinya dengan membobol milik wanita pujaan hatinya.
Teriakan Arshilla bersamaan dengan petir dan gemuruh yang hebat hingga suara itu tak terdengar oleh siapapun.
"Sakit Bima, ah,"
"Tahan sebentar sayang,"
Bima melakukan dengan pelan karena ia tau ini pertama kali untuk Arshilla dan dirinya.
"Ahh Bima,"
Bima mulai bergerak cepat Arshilla pun menikmati permainan Bima
"Bimaa aahhh," keduanya pelepasan dan Bima mengeluarkan cairan itu ke perut Arshilla
"Aku akan menikahi mu setelah kita pulang sayang! Aku mencintaimu," Bima memeluk erat tubuh polos Arshilla.
Bima memberi tahu Riyan jika ia akan sekamar dengan Arshilla dan memintanya agar tak memberitahu siapapun.
Riyan membaca pesan itu dan menggeleng "Wah udah gue duga!" serunya. Ia pun tersenyum tipis lalu memasukkan ponselnya.
"Kirana, Lo bisa tidur di kamar yang lain kan? Arshilla tadi chat gue katanya dia hanya mau sendirian," ucap Riyan
Kirana mengangguk "Ya udah nggak apa kok."