NovelToon NovelToon
PENGASUH TUAN LUMPUH

PENGASUH TUAN LUMPUH

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Raya Syakila harus menerima nasib buruk saat ia pulang ke Indonesia. Rumah mewah orangtuanya telah di sita dan keluarganya jatuh miskin seketika.

Dia harus bekerja sebagai pengasuh seorang pria tampan yang lumpuh bernama Nevan, semata-mata karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33 - Keputusan Nenek

Nenek

Ia bahkan tak berselera untuk memulai kegiatan makannya, karena ketidakhadiran Nev di meja makan malam ini.

Rasa penasarannya menjadi bertambah tatkala mengetahui dari Feli bahwa cucunya itu telah lebih dulu pergi bersama pengasuhnya dan entah menuju kemana.

"Feli sudah mengajak Nev makan malam bersama tadi, tapi kenapa Nev justru pergi bersama Raya." ucap Feli, membuat ia semakin berpikir.

Feli terdengar berdecak lidah,

"Nenek 'kan sedang berada disini. Tidak seharusnya Nev pergi bersama Raya," celetuk Feli kemudian.

Dan ia hanya bisa meneguk air putih-- berharap air yang diminumnya bisa mendinginkan pikiran yang semakin kacau karena ucapan Feli itu.

"Nenek lihat, kan ulah Nev ini? Apa Nenek percaya sekarang? Feli yakin Nev dan Raya ada hubungan. Ck, mereka itu ... bisa-bisanya mengabaikan kehadiran Nenek dirumah ini." ucap Feli bersungut-sungut.

Ia hanya bisa tersenyum kecil tanpa menyahuti segala ucapan yang Feli lontarkan.

Ia tahu, bahkan sangat tahu bahwa, siapa yang lebih banyak bicara sebenarnya dialah yang paling banyak kesalahan.

Seperti yang tengah Feli lakukan didepan matanya saat ini.

Mungkin yang dikatakan Feli ada benarnya, bahwa Nev dan Raya seperti tak menghiraukan kehadirannya dirumah ini.

Tapi, bukan itu yang menjadi pokok utama dalam analisanya sekarang.

Yang justru menjadi pusat perhatian dalam pengamatannya adalah sikap Feli dan semua tatanan bahasanya.

Jikalau wanita yang duduk disebelahnya ini benar-benar memiliki hubungan yang baik dengan Nev maka, seharusnya sikap dan ucapan Feli tidak demikian.

Katakanlah Feli memang istri yang baik untuk Nev, bukankah seharusnya Feli menutupi kesalahan sang suami saat didepan Neneknya, ataupun meminimalisir kesalahan Nev, agar suaminya itu tidak dicap buruk oleh Neneknya sendiri?

Kenapa justru Feli terlihat sangat menjelekkan Nev didepannya? Seolah-olah membuktikan bahwa Nev benar-benar memiliki kesalahan?

Ia tidak memampik kemungkinan yang dikatakan Feli bemar adanya tentang hubungan Nev dan Raya-- itu mungkin saja terjadi.

Tapi, ia juga tak bisa mengabaikan sikap Feli yang jelas-jelas menjelek-jelekkan suaminya sendiri.

Ia pernah menjadi seorang istri dan yang ia tahu bahwa seharusnya istri menjadi pakaian suaminya. Setidaknya menutupi kesalahan suami untuk tidak mempermalukannya. Tapi yang Feli lakukan sekarang, justru sebaliknya. Feli jelas-jelas menguliti Nev dihadapannya.

"Fel, masuklah ke kamar. Biar Nenek yang kembali bicara pada Nev." ucapnya tenang dan Feli pun mengangguk.

Feli pergi dari hadapannya menuju kamar yang selama ini ia ketahui sebagai kamar mereka berdua, Nev dan Feli.

Samar-samar masih terdengar suara Feli yang mengeluarkan kekesalannya terhadap Nev dan pengasuhnya itu--di sepanjang jalan menuju ke lantai atas.

Seperginya Feli, ia pun memutuskan untuk duduk di kursi kayu yang ada disisi ruang keluarga. Sambil menonton berita ditelevisi yang menanyangkan tentang problematika di Negara sendiri.

Suara Anchor yang membacakan berita mulai terdengar, namun pendengarannya yang masih tajam diusia senja-- masih bisa menangkap sayup-sayup suara yang lain dan ia bisa memastikan jika itu adalah suara kekehan yang terdengar renyah dan sangat akrab.

Bersamaan dengan itu pula, ia melihat sepasang manusia yang memasuki rumah melalui pintu yang terhubung langsung dari basement tempat penyimpanan mobil.

Ia bangkit dari duduknya, melipat tangan didada, lalu tersenyum kecil demi menyambut kedatangan Nev beserta sang pengasuh.

Mereka berdua terlihat sangat asyik bercerita-- yang entah membicarakan hal konyol apa sehingga tak menyadari kehadirannya yang sudah didepan keduanya.

"Nenek ..." sapa Nev yang langsung menghentikan tawa seketika.

Ia menyempatkan melirik pengasuh cucunya itu dan perempuan muda itu segera menunduk takzim tanpa berani menatapnya.

"Nev, kamu dari mana? Kenapa tidak makan malam dirumah?" tanyanya lembut.

"Nev tadi makan diluar." jawab cucunya itu, sekenanya saja tanpa memperjelas kemana perginya mereka.

"Padahal Nenek menunggu untuk makan malam bersama dengan cucu Nenek." ucapnya jujur.

"Maafkan, Nev, Nek ... Tapi Nev memang sudah lupa bagaimana rasanya makan malam di meja makan rumah." jawab Nev yang membuatnya cukup terkejut.

Ia buru-buru memasang wajah biasa, karena meminta penjelasan Nev tidak akan ada gunanya, ia tahu bahwa Nev akan menutup mulut rapat-rapat perihal permasalahan rumah tangganya yang diambang perpisahan.

Nev memang mengakui akan berpisah dari Feli, tapi cucunya itu tidak pernah memberi penjelasan detail -- tentang hal apa yang menjadi pemicu karamnya rumah tangga yang dia bina bersama Feli.

"Ya sudah, kalau begitu istirahatlah ..." ucapnya tetap tenang.

Nev tampak mengangguk, kemudian meminta Raya mengantarkannya ke kamar.

"Ayo, Raya ..." ucap Nev pada sang pengasuh.

Wanita yang ia ketahui bernama Raya itu pun mengangguk, namun langkah Raya yang mendorong kursi roda Nev harus ia hentikan.

Ia menggeleng pada keduanya.

"Biar Feli yang mengurus Nev." katanya lembut pada pengasuh Nev itu.

Nev mengadah padanya, "Nek..." kata Nev.

Ia tahu pasti, kalau Nev sedang mencoba protes akan ucapannya.

"Kamu masih punya istri, kan? Biar dia yang membantumu." ucapnya tegas dan tak mau dibantah.

Nev tampak terdiam, wajah tampan itu menunjukkan ketidaksenangan yang terlihat jelas. Tapi Ia membiarkan itu.

Ia pun segera meminta Roro untuk memanggilkan Feli di lantai atas.

Tak berapa lama, istri dari cucunya itu turun dengan wajah semringah-- tak lagi ditekuk seperti saat makan malam tadi.

"Nah, Feli ... bantu suamimu kembali ke kamar kalian." ucapnya.

Ia masih mendengar dengkusan sang cucu, ia juga masih melihat jelas senyuman terkembang yang Feli tunjukkan.

Tapi, semuanya belum usai. Pengamatannya tidak berakhir sampai disini, karena ia akan memastikan sesuatu setelah semua ini.

Seperginya Nev dan Feli, ia pun melihat Raya yang ingin beranjak dari sana.

Ia harus memulai analisa awalnya-- melalui wanita muda yang mengasuh cucunya ini.

"Kamu, Raya?" tanyanya pelan.

Wanita muda itu mengangguk.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Raya kembali menganggukkan kepala, diausul dengan jawabannya. "Bisa, Nyonya." kata Raya.

"Panggil saja Nenek seperti mereka semua memanggil saya." katanya menjelaskan.

"Iya, Nek." jawab Raya menurut.

"Kita bicara di beranda samping saja, ya." ucapnya dan langsung berjalan ke tujuan yang ia sebutkan.

Raya berjalan dibelakang, mengikuti langkahnya-- sampai mereka berdua tiba di Beranda.

Hari memang sudah malam, tapi belum terlalu larut. Suasana hening tercipta seketika karena hanya mereka berdualah yang berada diluar rumah pada jam ini. Angin berhembus pelan, bagai menggelitik dipermukaan kulit, seolah ikut serta untuk mendinginkan suasana.

Ia menatap Raya yang banyak tertunduk, meminta wanita itu untuk duduk dan mereka pun duduk berhadap-hadapan, dengan sebuah meja kaca yang menjadi pembatasnya.

"Raya, saya tidak suka berbasa-basi. Tapi sebelumnya, Saya minta maaf jika ini akan menyinggung sedikit perasaan kamu." ia memulai kalimatnya.

Raya mengangguki kalimatnya itu.

"Begini..." ia menghela nafas berat, sebenarnya sulit untuk melakukan ini, tapi ia harus, karena ia ingin melihat seberapa berpengaruhkah pengasuh ini terhadap kehidupan Nev, cucunya.

"Saya mau kamu mengundurkan diri hari ini juga." ucapnya tanpa tedeng aling-aling.

Wajah Raya yang sedari tadi banyak tertunduk pun tiba-tiba mengadah untuk menatapnya.

Disaat itulah ia baru bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang menjadi pengasuh sang cucu. Ia baru sadar jika Raya memang gadis yang cantik dan memiliki pesona yang kuat.

Ternyata dia memang gadis yang cantik, apa karena kecantikannya Nev menjadi tertarik? Bisikan hatinya menilai Raya dalam diam.

"Tapi saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, Nek." jawab Raya dengan suaranya yang lembut, ada nada kecewa yang tertangkap jelas olehnya disuara itu.

Ia kembali menghela nafas panjang.

"Begini Raya, saya bukan ingin memutus rezeki kamu. Saya hanya ingin menyelamatkan rumah tangga Nev dan Feli. Mungkin kamu sudah mendengar jika Nev menggugat Feli ke pengadilan..."

Raya terlihay sedikit terkejut mendengar itu, lalu Raya menggeleng kuat-kuat.

"Saya tidak tahu itu, Nek." sanggah Raya.

Ia tersenyum kecil. "Benarkah? Apa Nev tidak cerita pada kamu?" tanyanya memastikan.

Raya menggeleng lagi.

"Tuan Nev tidak pernah menceritakan hal tentang rumah tangganya." jawab Raya dengan nada yakin.

"Tapi kamu tahu jika mereka bermasalah?"

"Saya tahu, tapi itu berdasarkan apa yang saya lihat saja, saya tidak tahu pasti apa penyebabnya." kata Raya.

"Maka dari itu, saya meminta kamu berhenti bekerja. Selain untuk menyelamatkan pernikahan Nev dan Feli, saya juga ingin melindungi nama baik kamu."

"Maksudnya?" tanya Raya dengan mata membulat.

"Saya tidak tahu usaha saya akan berhasil atau tidak untuk menyatukan mereka lagi. Tapi, yang saya dengar ... kamu menjadi salah satu penyebab perubahan sikap Nev pada Feli. Jadi, kamu paham kan apa yang saya maksud dengan melindungi nama baik kamu?" tanyanya panjang lebar.

Raya mengangguk dengan wajah sendunya yang memerah.

"Maafkan saya, Raya. Saya akan tetap membayar gaji kamu full untuk bulan ini. Anggap saja ini permintaan maaf saya, katakan pada saya total gaji kamu."

Raya tetap diam, membuatnya semakin merasa bersalah. Tapi ini harus dilakukannya karena ia ingin menganalisa situasi yang terjadi setelah ini.

"Satu lagi, saya harap kamu juga memutus kontak dengan Nev. Paling tidak, sampai masalahnya dengan Feli benar-benar selesai. Saya berharap mereka tidak berpisah, tapi jodoh tidak ada yang tahu."

...Bersambung ......

1
Asih S Yekti
sampai episod ini kok masih konflik terus ya , harusnya deket end sudah tanda tanda bahagia dong
Mas Tista
anaknya jimi dan nimas lbh tua dari si triplet kan ?
Victoria Neka
luar biasa ya Arthor benar benar hebat
Asih S Yekti
ceritanya kok terlalu kejam ya
Mas Tista
semoga hukuman untuk feli sesuai dgn kejahatannya
Mas Tista
miris yaaaa....
Victoria Neka
sungguh karya yg sangat bagus
Mas Tista
ads....aku
Mas Tista
kagum sama raya
Chyntia Rizky 🖋️: makasih sudah mampir di novel ini ya kak. baca karya saya yg lain ya setelah ini🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Selvy Anton
Luar biasa
Arie Chrisdiana
maaf thor terpaksa aq bacanya lompat2 coz 1 bab aja isinya buanyak skl dan terlalu bertele2 jd nya bosan, utk ke depannya usulan ku tlg jgn bertele2 ya thor biar yg baca ndak cpt bosan,,, tetap semangat thor 💪💪🙏🙏🙏
Arie Chrisdiana
Mmgnya Nevan ndak punya asisten pribadi atau sekretaris ta kok ndak ada yg dampingi
Arie Chrisdiana
sdh mulai ada kemajuan tuch 👏👏👏👏
Rain
👍
Iin Karmini
ga asyik ya nev klo bogemnya msh mentah...bogem matang lbh syedaap
Iin Karmini
knapa nenek nev yg slh?? othor laah..itu nenek nev nurut mau othor lho😜😜
Iin Karmini
tul bgt...
anita
jgn2 nev gk lumpuh,itu cm buat ngetes feli aja
Iin Karmini
ampyun dah...
Iin Karmini
gaskn...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!