PENGASUH TUAN LUMPUH
Raya Syakila harus menerima nasib buruk saat ia pulang ke Indonesia. Rumah mewah orangtuanya telah di sita. Begitupula dengan perusahaan milik Ayahnya, semua habis tidak tersisa.
Sang Ayah harus mendekam di penjara karena kasus korupsi. Sedangkan Mamanya harus dirawat di Rumah Sakit karena terkena serangan jantung mendadak.
Raya ingin mencari pekerjaan untuk membiayai Rumah Sakit Mama dan untuk menyewa Pengacara agar bisa membela sang Ayah di pengadilan.
Tapi, mencari pekerjaan memang tidak mudah. Terlebih Raya tidak memiliki teman dan relasi di Indonesia karena sejak SMA dia sudah sekolah di Luar Negeri.
Semua saudara yang dia miliki juga seperti menjaga jarak darinya sejak dia jatuh miskin.
Ijazah S2-nya memang tamatan Luar Negeri, tapi itu semua seakan sia-sia karena lamaran pekerjaannya selalu ditolak saat pihak perusahaan mengetahui latar belakangnya yang seorang anak koruptor.
Berita tentang Ayahnya sedang santer dibicarakan, sehingga nama Ayahnya sangat terkenal beberapa hari kebelakang, membuatnya sulit untuk menghindari penolakan dari berbagai pihak.
Disaat terpuruk, Raya dipertemukan dengan Feli. Feli adalah teman kecilnya, atau lebih tepatnya dulu Feli adalah anak dari pembantunya. Feli memanfaatkan keadaan Raya dan menawarinya sebuah pekerjaan untuk menjadi seorang pengasuh.
Raya jelas menolak tawaran itu mentah-mentah. Tapi, Feli menawarkan gaji empat kali lipat untuknya, membuat Raya akhirnya menerima tawaran itu meski dengan berat hati.
Saat Raya mengira dia akan mengasuh anak Feli, ternyata semua diluar dugaannya. Raya dipekerjakan untuk mengasuh suami Feli yang lumpuh.
Raya memasuki Rumah Feli yang ternyata lebih besar-- melebihi kediaman milik orangtuanya-dulu.
"Raya, perkenalkan, ini suamiku. Pekerjaanmu disini adalah merawat suamiku." Kata Feli tenang seraya menatap Raya bergantian dengan pria yang dia maksud sebagai suaminya.
Raya mengangkat kepalanya yang tertunduk sejak kedatangannya ke Rumah ini. Dia melihat dan menilai dalam hatinya tentang pria yang adalah suami Feli.
Dilihat dari sudut pandangnya sebagai seorang wanita, dia harus mengakui jika suami Feli itu memang tampan dan menarik, meski hanya dengan penampilan rumahannya.
Pria itu bermata coklat, seperti ada Gen campuran dari garis wajahnya. Dia pasti setengah indo, nyaris kebarat-baratan. Rahangnya tegas dengan hidung yang mancung.
Pria itu mengenakan kaos oblong berwarna abu-abu, dipadukan dengan celana pendek yang memiliki banyak kantong dikiri-kanannya.
Lutut pria itu tertekuk, karena posisinya yang tengah duduk di sebuah kursi roda, ia mengenakan sandal rumahan--yang Raya tahu jelas jika itu adalah salah satu sendal dengan brand ternama yang dibandrol dengan harga terbilang mahal.
Tidak disangka, ternyata Raya menatapi pria itu dari wajah hingga ujung kakinya. Oh God!
"Sayang, dia adalah Raya. Mulai hari ini, dia yang akan merawatmu dan membantu apapun keperluanmu." Kata Feli memperkenalkan Raya pada suaminya.
Pria itu mengadah untuk melihat keberadaan Raya, entah apa yang ada dipikirannya sekarang, tapi Raya lebih memilih untuk kembali tertunduk saat mata coklat tegas itu menatapinya, dia tidak berani membalas tatap pria yang tengah duduk di kursi roda itu. Dia merasa grogi-entah kenapa.
Raya sudah terbiasa melihat Pria tampan, mulai dari yang asli Indonesia, campuran, bahkan kebarat-baratan. Apalagi dia berada di Negara asing selama bertahun-tahun, tapi kenapa melihat suami Feli membuatnya gugup?
Ah, perasaan apa ini? dia bukan wanita yang menyukai milik orang lain!
Pria itu pun hanya diam, tidak bersuara sama sekali untuk menyahuti ucapan istrinya atau untuk memperkenalkan diri sedikitpun pada Raya. Pria itu, tidak bersikap ramah-tamah sama sekali.
"Silahkan bekerja dengan baik, Raya! Jika ada yang ingin kau tanyakan, tanyakanlah sekarang!" Kata Feli dengan nada angkuhnya. Sesungguhnya, dia mempunyai iri hati yang besar terhadap kehidupan Raya selama ini.
Sekarang roda telah berputar, Feli yang berada diatas dan Raya berada dibawahnya.
Ini adalah waktu dan keadaan yang tepat untuknya-batin Feli tertawa senang.
"Apa pekerjaanku termasuk membereskan rumah ini selayaknya Asisten Rumah Tangga?" Tanya Raya pada Feli sembari melirik sekilas kearah pria dikursi roda.
Feli menggeleng. "Disini sudah ada enam orang yang mengatur soal Rumah. Kau adalah orang yang ketujuh, tapi kau hanya perlu fokus pada keperluan suamiku."
"Baik, Feli..."
Feli menggeleng kecil secara berulang. "Panggil aku Nyonya muda." Titahnya.
Raya memutar bola matanya, kemudian menghembuskan nafas pelan. "Baiklah, Nyonya muda Feli." Katanya mengalah dan malas berdebat.
"Ya, begitu bagus. Bicaralah secara formal padaku dan pada suamiku." Jawab Feli semringah. Lalu, dia pergi begitu saja meninggalkan Raya yang kikuk dihadapan pria yang diakui Feli sebagai suaminya itu.
Raya masih terdiam kaku ditempatnya, sampai suara pria itu berhasil membuatnya terkesiap.
"Mau sampai kapan berdiri disana?" Ucap pria itu dengan suaranya yang serak.
"Aku harus makan siang sekarang, antarkan makananku ke kamar." Titahnya sambil lalu, kemudian mendorong kursi rodanya sendiri menuju ke arah lain.
"I-iya, Tuan." Ucap Raya gugup sembari menatap punggung pria itu yang sudah mulai menjauh.
...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...
"Aku tidak suka asparagus. Lain kali jangan berikan ini di makananku." Ucap suami Feli, yang sampai sekarang pun Raya tidak mengetahui siapa nama pria itu.
"Maaf, Tuan. Lain kali saya tidak akan mengulanginya."
"Hemm..." Pria itu berdehem seraya melanjutkan makannya di balkon kamar.
Hanya beberapa menit pria itu diam, kemudian dia kembali mengoceh. "Kau harus tahu semua yang tidak ku sukai!" Ucapnya lagi.
"Ba-baik, Tuan." Jawab Raya sembari mengangguk patuh.
Suasana kembali hening dan Raya hanya menatapi aspal diujung jalan dari atas balkon kamar yang sedang dia pijaki sekarang.
"Apa kau tidak punya mulut?" Tiba-tiba pria itu kembali bersuara, membuat Raya terkesiap karena ucapannya yang mendadak.
"A-apa, Tuan?" Tanya Raya mengernyit heran.
"Aku sudah bilang tadi, kau harus tahu semua yang tidak ku sukai. Apa kau tidak punya mulut untuk bertanya hal apa yang tidak ku sukai itu?" Uhuk...uhukk.." pria itu berbicara cepat, sehingga makanan yang masih ada ditenggorokannya justru membuatnya tersedak secara tiba-tiba.
"Astaga..." Gumam Raya seraya bertindak cepat mengambil segelas air diatas meja. Dia memberikan air putih itu pada sang pria agar pria itu meminumnya.
"Ini Tuan." Ucapnya.
Pria yang belum diketahui namanya oleh Raya itu menyambar gelas berisi air secara cepat dan meneguk airnya hingga tandas dengan tak kalah cepatnya.
Secara refleks dan tanpa disadari, Raya menepuk pelan punggung Pria itu--semata-mata untuk meringankan rasa sakit akibat tersedak tadi.
"Apa-apaan, Kau!" Hardik pria itu seraya tubuhnya menghindari sentuhan tangan Raya. Disaat yang sama, Raya pun seakan tersadar tentang perbuatannya.
"Maaf, Tuan. Saya refleks," ungkapnya jujur.
Pria itu mendengkus sesaat dan meletakkan gelas ke atas meja dengan kasar. Sepersekian detik berikutnya, dia meninggalkan Raya di balkon untuk kembali masuk ke kamarnya.
Pria itu sama sekali tidak mengucapkan kata-kata lagi pada Raya, membuat Raya menjadi tidak enak hati karena perbuatannya yang telah lancang-- menepuk pelan punggung pria itu.
...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...
Raya kembali ke dapur setelah membereskan sisa makanan suami Feli di Balkon kamar tadi. Di dapur, dia berkenalan dengan para Asisten Rumah tangga yang berjumlah empat orang.
Bi Asih, Nimas, Roro dan Yana. Mereka berempat adalah yang mengatur seluruh isi Rumah. Sedangkan yang mengatur taman dan kawasan luar Rumah ada dua orang lagi yaitu Pak Karno dan Mang Deden. Jadi totalnya, ada enam orang untuk mengurus rumah, pas seperti yang Feli jelaskan padanya diawal tadi.
"Kamu harus betah disini, Ray. Meskipun Tuan Nevan kadang sedikit pemarah." Kelakar Nimas disaat Raya mencuci piring bekas makan Pria itu. Disaat yang sama pulalah, dia mengetahui nama pria itu adalah Nevan
Jadi namanya Nevan.
"Sebenarnya Tuan Nev adalah laki-laki yang baik. Dia begitu semenjak dia mengalami kelumpuhan." Ucap Roro menimpali.
Raya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kamu pasti betah disini, Ray. Asal jangan sampai berurusan sama Nyonya Muda saja." Kata Bi Asih, dia adalah ART yang paling tua diantara semua yang bekerja dirumah ini dan cukup disegani oleh pekerja lainnya.
"Nyonya muda? Maksudnya Feli?" Tanya Raya dengan alis tertaut.
"Husss... Jangan langsung sebut namanya, kalau orangnya denger bisa ngamuk." Ucap Bi Asih lagi yang disahuti dengan suara tawa yang lain.
Raya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
"Kamu sebelumnya udah kenal sama Nyonya muda, ya, Ray?" Kini giliran Yana yang menanyainya.
Raya mengelap tangannya yang basah dengan serbet yang tergantung disebelah tempat cucian piring. "Ya, dia dulu teman kecilku." Jawab Raya jujur.
Roro maju selangkah lebih dekat padanya. "Serius, kamu?" Tanya wanita itu cepat.
"Iya, Mbak." Raya melirik kekiri dan kanan sejenak. "Dia itu, anaknya orang yang dulu kerja dirumahku." Sambungnya sambil berbisik yang membuat perhatian keempat orang itu tertuju fokus padanya.
Nimas terkesiap mendengar itu, "Ah, yang bener kamu?" Tanyanya dengan nada syok.
"Huum.." Raya mengangguk cepat.
"Jadi ceritanya sekarang kebalik, nih?" Timpal Roro sambil terkekeh kecil.
"Begitulah, Mbak."
Mereka semua terdiam saat suara orang yang mereka bicarakan tengah menjerit meneriaki nama Raya.
"Raya ...." Suara panggilan yang ketiga kalinya untuk Raya, membuat Raya buru- buru meninggalkan area dapur dan berlari kecil menuju tempat dimana Feli berada yaitu ruang tamu.
"Aku mau pergi, kemungkinan pulangnya malam. Kamu urus Nev, ya. Kalau dia tanya aku dimana, bilang aja aku shopping." Ujar Feli dengan nada tak acuh.
"Iya," jawab Raya singkat. Walau dalam hatinya dongkol melihat tingkah Feli, tapi mau tidak mau dia harus menerima semua ini.
Padahal Raya tidak pernah memperlakukan Feli seperti anak pembantu saat mereka sama-sama masih kecil dulu, justru Raya menganggap Feli seperti saudaranya sendiri. Sayangnya, sekarang Feli membalasnya dengan sikap angkuh seperti ini. Apa harta yang sekarang Feli miliki membuatnya buta dan lupa diri?
Feli segera berlalu meninggalkan Raya yang masih terdiam dengan lamunannya mengenai sikap Arrogant Feli.
Tiba-tiba suara yang kini menjadi familiar terdengar sangat dekat dengannya.
"Apa dia pergi lagi?" Tanya suara itu, yang tak lain adalah Nevan, suami Feli.
Raya terkejut sampai memegangi dadanya sendiri. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan yang Nevan berikan padanya.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
🌹Devitha anggraini🌹
baru mampir.. izin baca satu-satu ya kak.... sambil bergadang
2023-01-03
2
..
langsung mampir kesini ☺
2022-10-09
0
Nuraini
maraton kesini Thor 💃 wkwkwk
aku kecanduan sama novelmu
2022-08-29
2