Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33, Mencari pekerjaan
Setelah menolong tapi masih saja mendapatkan hinaan membuat Sifa yang menyaksikannya menggerutu. Ia tak terima perbuatan baik Vin tidak di hargai padahal jelas-jelas karena Vin nyawa lelaki tua itu terselamatkan.
"Sudah lah Sifa, gak usah marah-marah. Aku gak papa kok, lagian kalau kita memang ikhlas membantu tidak perlu berharap mendapatkan balasan. Tapi terimakasih kamu sudah mau membantuku dengan membelaku. Aku pikir kamu hanya akan melihat saja tanpa mau membela," ucap Vin sambil tersenyum merasa senang melihat sikap istrinya.
"Aku, eeemmm tadi cuma refleks aja melakukan itu. Aku tidak mau kamu di rendahkan wanita lain di depanku." jawab sifa, namun wajahnya memerah menahan malu.
Setelah obrolan panjang lebar selama di perjalanan, mereka pun akhirnya tiba di rumah.
"Aku langsung pergi mandi dan istirahat, aku sangat lelah hari ini," ucap Vin sesampainya di kamar.
"Tunggu. Biar aku siapkan air hangat dulu untuk mandi. Kamu di sini dulu. Nanti aku akan beritahu kalau sudah siap." Tak seperti biasa dan Vin merasa seperti mimpi. Untuk pertama kalinya, Sifa mau melayani dirinya, ya walaupun hanya sekedar menyiapkan air hangat. Setidaknya itu permulaan yang baik untuk hubungannya agar membaik.
Setelah menunggu, Sifa pun akhirnya selesai menyiapkan air hangat untuknya.
"Airnya sudah siap. Mandilah aku akan siapkan piyamanya baru kamu istirahat." Jelas Sifa dan Vin pun mengangguk lalu bergegas untuk segera mandi.
Saat sedang menyiapkan piyama, Ponselnya tiba-tiba berdering dan saat Sifa melihatnya ternyata Medina yang merupakan sepupu Sifa melakukan panggilan video call.
"Hai Sifa apa kabar? Aku merindukanmu. Apa aku mengganggumu?" tanya Medina.
"Aku baik Din. Aku baru selesai menyiapkan piyama untuk Vin."
"Apa? apa kamu masih berhubungan dengan Vin miskin itu? Sifa buat apa sih kamu masih mempertahankan laki-laki itu. Ingat Sifa kak Fendi masih berharap padamu." ungkap Medina.
Vin yang selesai mandi dan berpakaian, segera merebahkan tubuhnya di samping Sifa. Tak ingin mengganggu obrolan mereka Vin pun pura-pura memejamkan matanya, tapi telinganya tak bisa ia tutupi dan masih bisa mendengar apa yang mereka obrolkan.
Medina melihat Vin tidur di sebelah Sifa, terkejut dan baru mengetahui jika Sifa dan Vin masih tidur satu ranjang. Karena sebelumnya Medina berfikir jika keduanya pisah ranjang.
"Sifa, yang aku lihat ini benar kah? Kalian masih tidur satu ranjang? Ya ampun, aku pikir kalian sudah pisah ranjang. Jangan sampai kak Fendi tau, dia pasti akan sangat cemburu. Kenapa sih tidak kamu ceraikan saja dia, laki-laki tidak berguna, parasit seperti itu masih kamu pertahankan. Lebih baik ceraikan saja dia dan menikah dengan kak Fendi, dia masih menunggumu."
"Jangan ngomong begitu Din. Aku dan kak Fendi tidak bisa bersama. Aku tau dia mencintaiku, tapi aku tidak bisa membalasnya. Sebagai saudara itu akan lebih baik. Sudahlah Din jangan di bahas lagi." Sifa pun segera mematikan teleponnya. Ia tidak nyaman saat Medina mulai merendahkan Vin.
"Kenapa di matikan? bukankah pembicaraan kalian belum selesai."Saut Vin sambil membuka mata dan duduk bersandar.
"Vin jangan mulai, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Vin aku ingin bicara serius denganmu dan aku harap kamu mendengarkan perkataan ku kali ini. Jika kamu masih mengabaikan maka aku tidak akan pernah mau bicara padamu lagi." Ancam Sifa.
"Sepertinya sangat serius. Baiklah aku akan mendengarkan. Katakan apa yang ingin kamu bicarakan, aku akan mendengarkan sebelum aku tertidur."
"Vin Kamu selalu begitu. Baiklah aku langsung pada intinya saja. Aku ingin kamu mencari pekerjaan, Aku tidak mau kamu di rendahkan orang lagi. Setidaknya kalau kamu punya pekerjaan ada hal yang bisa di banggakan. Aku tak butuh uangmu, karena aku juga bekerja, ya walaupun saat ini perusahaan dalam kesulitan, tapi aku memintamu bekerja untuk kebaikanmu sendiri, agar tidak di rendahkan orang. Kamu juga boleh menolong orang lain yang butuh bantuan, tapi ingat Vin jangan sembarangan, kamu harus bisa menjaga diri dan tau mana yang layak di bantu dan mana yang tidak. Aku tidak mau kejadian seperti tadi terulang lagi," Ucap Sifa panjang lebar.
Vin berfikir sejenak, dan mencerna setiap kata-kata Sifa yang mulai memperdulikan dirinya.
"Baiklah, aku akan mencari pekerjaan nanti, Aku juga sadar dan malu jika terus menerus membiarkan kamu yang menopang hidupku. Tapi kamu tahu sendiri kan dulu banyak sekali yang memandang rendah diriku. Untuk mencari pekerjaan saja susah. Dan kamu memintaku untuk tinggal di rumah dan jangan bekerja. Kamu ingat kan. Mulai besok aku akan mencari pekerjaan, dan aku harap aku bisa mendapatkannya,"ucap Vin lalu merebahkan tubuhnya dan segera tidur begitu saja.
Sifa hanya bisa menghela nafas lalu segera menyusul Vin tidur. Mereka tidur satu ranjang, tapi terhalang oleh guling yang selalu berada di tengah dan memisahkan keduanya untuk tidak tidur berdekatan.
Sifa segera mematikan lampu tidur miliknya dan membiarkan lampu tidur milik Vin yang tetap menyala.
Setelah Sifa tidur, Vin kembali membuka mata. Sebenarnya Vin sangat sulit bisa tidur dengan nyenyak, bahkan terkadang ia hanya bisa tidur beberapa jam saja. Sebagai seorang lelaki dan juga suami Vin memikul beban yang tak mungkin para wanita tahu. Karena laki-laki tidak pernah mengeluh tentang apapun pada istrinya.
'Apa yang kamu katakan benar Sifa, semua orang memandang rendah diriku karena aku miskin, dan hidup bergantung pada keluarga istrinya. Aku juga tidak mau menghadapi keadaan seperti ini. Tapi kenyataan yang memaksaku. Aku janji mulai sekarang akan membuktikan pada semua orang kalau aku bukanlah orang yang pantas untuk di hina, mereka yang dulu menghina akan membungkukkan badannya memberi hormat padaku, itulah yang ingin aku lakukan sekarang. Dan aku juga janji akan giat bekerja, untuk membantu krisis keuangan perusahaan mu yang sekarang kamu hadapi. pegang kata-kata ku Sifa, aku akan membuatmu bangga dengan caraku sendiri. Tidak perlu aku tunjukkan kepada orang lain, hanya perlu kamu merasakannya nanti.' Gumam Vin sambil kembali berusaha memejamkan mata dan berharap besok ada perubahan dalam hidupnya.
Kira-kira, pekerjaan apa yang bisa Vin dapatkan?
To be continued ☺️ ☺️☺️☺️