*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Makan Malam
Setelah membujuk ibunya, Yudha masuk ke kamar. Dilihatnya Vira yang tidur dengan tubuh yang ditutupi selimut.
Yudha duduk di tepi ranjang, menatap istrinya yang masih memejamkan mata. Pria itu melihat mata istrinya bengkak. Diusapnya kepala Vira. Yudha mengecup dahi istrinya.
Vira membuka matanya. Yudha tersenyum dengan istrinya. Dia tahu, pasti wanita itu belum makan seharian.
"Aku lapar. Kita makan yuk!" ajak Yudha.
Vira bangun dari tidurnya. Menatap suaminya dengan mata sembabnya itu. Apa ibu mertuanya tidak mengatakan jika dia tidak masak?
"Aku belum masak, Mas," ucap Vira pelan.
"Kita makan di luar. Sudah lama kita tidak makan malam berdua," ucap Yudha dengan senyuman.
"Ibu bagaimana?" tanya Vira.
"Aku akan pesankan makanan buat ibu. Kamu mandi dan berdandan yang cantik. Aku ingin kita mengulang saat awal pernikahan."
Vira menganggukkan kepalanya tanda setuju. Semenjak ibu mertuanya tinggal bersama mereka, memang Vira dan Yudha tidak pernah lagi makan malam berdua dengan romantis seperti saat pacaran dan baru menikah dulu.
Vira juga ingin menanyakan keinginan mertuanya tadi. Apakah itu benar. Jika makan malam berdua mungkin mereka akan lebih terbuka.
Pernah mereka telah berpakaian rapi untuk pergi makan malam, ibu Desy melarang. Alasannya semua itu hanya buang uang saja. Lebih baik makan di rumah saja.
Satu jam kemudian keduanya telah berpakaian rapi. Yudha yang tampan sangat tampan dengan kemeja hitamnya dan Vira yang cantik dengan dress merah muda.
Yudha memeluk pinggang istrinya saat wanita itu memantaskan diri di depan cermin. Dikecupnya rambut Vira.
"Kamu cantik banget. Tidak berubah dari awal kita bertemu," puji Yudha.
"Kamu juga masih sama tampannya seperti saat pertama kita berkenalan," balas Vira.
Vira membalikkan badan menghadap suaminya dan melingkarkan kedua tangan di leher pria itu. Dengan berjinjit wanita itu mengecup bibir Yudha.
Yudha dan Vira berkenalan saat perusahaan mereka mengadakan kerjasama. Pandangan pertama keduanya sudah saling suka. Enam bulan pacaran Yudha mengutarakan niatnya untuk menikah dengan wanita itu.
Vira yang hanya sebatang kara, dibesarkan di panti asuhan. Yudha mengatakan niatnya pada kedua orang tuanya. Ayah Yudha menyerahkan semua pada pilihan putranya. Berbeda dengan ibu Yudha, yang sangat menentang pernikahan dengan alasan asal usul Vira yang tidak jelas.
Namun, keinginan Yudha yang besar untuk menjadikan Vira istrinya, membuat ibu Desy akhirnya memberikan restu. Walau semua dengan terpaksa dia lakukan, karena tidak ingin putranya menikah diam-diam.
Keduanya keluar dari kamar dengan bergandengan tangan. Ibu Desy yang sedang duduk di sofa ruang keluarga menatap tajam ke arah Vira.
"Mau kemana kalian?" tanya ibu dengan suara ketus.
Yudha menghampiri ibunya dan mengecup pipi wanita yang telah melahirkan dirinya itu. Vira mengikuti dari belakang.
"Aku dan Vira mau makan malam. Sudah lama banget kami tidak makan berdua di luar. Ibu telah aku pesankan makanan. Jika ibu mengantuk tidurlah terlebih dahulu," ucap Yudha.
"Aku ingin bicara mengenai permintaan ibu dengan Vira," bisik Yudha lagi.
Setelah mendengar bisikan dari putranya itu, barulah ibu mertua Vira itu tampak tersenyum. Setelah Yudha menyalami tangan ibunya, Vira juga ikut menyalami.
Yudha mengendarai mobil dengan satu tangan yang terus menggenggam tangan kanan Vira. Wanita itu merasa sudah lama sekali mereka tidak melakukan hal seperti ini.
Semenjak Ibu Desy tinggal bersama, Vira dan Yudha selalu pergi bertiga. Dan yang duduk di samping Yudha, bukan Vira tapi ibunya Desy. Wanita itu duduk di bangku belakang sendirian.
Sepanjang jalan senyum tampak terukir di bibir tipis Vira. Perlakuan manis sang suami yang sesekali mengecup tangannya membuat Vira lupa akan kesedihannya.
Vira yakin jika di hati pria itu masih tersemat namanya. Dia yakin masih ada banyak cinta untuknya.
Memasuki sebuah restoran langganan mereka, setelah parkirkan mobilnya Yudha segera keluar dari mobil. Membukakan pintu untuk sang istri. Kembali senyum manis tersungging di bibir wanita itu.
Yudha telah memesan ruangan VIP agar mereka tidak terganggu dengan pengunjung lainnya. Pria itu menarik kursi dan mempersilakan Vira duduk.
Meja yang dihiasi dengan lilin menambah suasana romantis. Yudha duduk dihadapan Vira. Pria itu memesan makanan yang Vira suka.
Saat semua pesanan telah dihidangkan, Yudha mengambilkan buat Vira. Dan meminta istrinya segera menyantap makanan.
"Makanlah, Sayang. Pasti kamu lapar. Ibu mengatakan jika kamu belum makan dari pagi," ucap Yudha.
Vira tersenyum mendengar perhatian suaminya. Dia merasa seperti saat pacaran dulu.
...****************...