Astrid Githa Ardana Siswa kelas 3 SMA terpaksa harus menikah muda dengan cucu dari sahabat kakeknya. Sebelumnya, Astrid memang tak mengetahui bahwa ia akan di jodohkan dengan cucu dari sahabat kakeknya itu.
Perjanjian yang telah lama di rencanakan harus segera di percepat, ketika sahabat kakeknya di agnosa memiliki penyakit parah dan umurnya kemungkinan tidak akan lama lagi.
Astrid pun terpaksa harus menerima perjodohan tersebut. Astrid memang sempat menolak, karena pria yang akan menikah dengannya ialah guru baru di sekolahnya yang bernama Janus Geo sayuda.
Janus merupakan guru yang tegas dan galak, oleh sebab itu Astrid sangat tidak menyukainya. Walaupun Janus galak, akan tetapi banyak murid perempuan yang tergila-gila padanya, karena rupanya yang tampan. Janus juga di kenal sangat pintar karena di usianya yang ke 20 tahun ia sudah lulus sarjana pendidikan matematika. Setelah kelulusnya ia langsung mendapatkan pekerjaan sebagai guru di SMA.
IG~~ @hesti_novia10
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Noviani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. My Memory (Lukaku Yang Semakin Hari Semakin bertambah)
Janus di buat syok dengan apa yang di ucapkan Luna. Meminta hubungannya di akhiri lewat telepon, membuat Janus tak percaya dengan apa yang di dengarnya itu. Janus pun bergegas pergi ke rumah Luna. Hatinya terlampau gelisah, Janus tak menerima kenyataan bahwa hubungannya harus berakhir begitu saja.
Sesampainya di depan rumah, Janus langsung saja menekan bel berulang kali. Dan tak lama bel di tekannya, pintu gerbang terbuka. Luna berdiri di hadapan Janus dengan matanya yang sembab seperti sehabis menangis. Janus pun langsung saja mendekap erat tubuh kekasihnya itu.
"Yang kamu ucapkan bohong kan," ucap Janus.
"Tidak," tegas Luna dengan ekspresi datar.
"Bukankah hubungan kita baik-baik saja. Kenapa kamu ingin mengakhiri hubungan kita?"
Luna melepaskan dekapan Janus. "Karena kamu anak dari wanita simpanan. Ayahku tak menyetujui hubungan kita, dia lebih memilih Bayu untuk di jodohkan denganku."
Janus di buat tak berkutik sedikipun, ia tak menyangka dengan apa yang di dengarnya itu. Anak dari wanita simpanan, kalimat terlarang yang tak ingin di dengarnya terucap dari mulut manis wanita yang sangat ia cintai selama ini. Kini luka di hatinya bertambah, wanita yang di anggapnya sebagai obat. Kini telah menjadi duri yang menancap tajam. Luna merupakan wanita kedua yang meninggalkan Janus setelah ibunya.
Janus pun pergi dari hadapan Luna, ia berjalan pulang dengan tubuhnya yang seketika merasa lemas. Di saat ia sampai rumah, hari itu langit sudah gelap. Adit mungkin sudah pulang dari kantor, Janus pun terburu-buru pergi ke ruang kerja ayahnya.
"Ada perlu apa kamu kesini?" tanya Adit.
"Apa benar kak Bayu akan di jodohkan dengan Luna? tanya balik Janus.
"Iya."
"Aku dan Luna sudah tiga tahun menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Kenapa hubunganku harus di hancurkan begitu saja," ucap Janus yang seketika menitikan air mata.
"Kalau begitu lupakan dia." Adit pergi dari ruangan kerjanya. Meninggalkan Janus yang tengah menitikan air matanya itu.
Satu bulan sudah hubungan Janus dan Luna berakhir. Selama satu bulan itu, penyakit psikisnya kembali muncul. Post-traumatic stress disorder, merupakan penyakit yang di derita Janus. Penyakit yang mungkin terjadi akibat trauma di masa lalunya yang terlampau menyakitkan bagi Janus. Gangguan kecemasan serta insomnia terus di rasakan Janus selama berhari-hari. Janus pun harus kembali rutin pergi ke psikiater untuk mengobati penyakitnya itu.
Tiga bulan kemudian, Bayu dan Luna bertunangan. Janus lebih memilih pergi ke klub malam di bandingkan pergi ke acara tunangan kakak dan mantan kekasihnya itu. Terlalu sakit jika harus menyaksikan jari manis dari wanita yang sangat di cintainya di ikat oleh sebuah cincin.
Sepulang dari klub malam, untuk pertama kalinya Janus mendapati tamparan keras dari ayahnya.
"Plak...
"Bukannya hadir di acara pertunangan kakakmu, kamu malah pergi mabuk-mabukan," bentak Adit.
"Kakak? aku tak pernah memiliki seorang kakak. Dia hanya ku anggap sebagai orang yang sudah merebut apa yang berharga di hidupku. Termasuk seorang ayah," ucap Janus meninggikan suaranya.
Pertengkaran termasuk tamparan dari seorang ayah merupakan kali pertama bagi Janus. Hatinya kini sudah terluka bertubi-tubi. Janus melangkah pergi memasuki kamarnya dengan kepala yang tertunduk. Kemudian ia duduk di balik pintu kamarnya. Terjaga semalaman dan berpikir panjang, setelah di tinggal untuk kedua kalinya oleh wanita yang di sayanginya. Janus dengan tegas akan menutup rapat pintu hatinya bagi wanita manapun.
Janus hanya akan fokus pada kuliahnya, yang sudah satu tahun ia jalani. Pendidikan yang di ambilnya merupakan jurusan matematika. Seorang anak dari keluarga pembisnis, bukannya mengambil jurusan Bisnis Manajemen. Janus malah lebih memilih pendidikan matematika. Awalnya kakek dan ayahnya sempat menentang dengan keputusan Janus yang memilih jurusan tersebut. Mungkin juga karena ancaman dari ibu sambung dan kakaknya, Janus lebih memilih pendidikan yang tidak menyangkut dengan hal apapun yang berurusan dengan perusahaan.
Sudah bertahun-tahun lamanya Janus merasa tertekan dan tak bahagia. Ke esokan harinya Janus pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Ia memutuskan tinggal seorang diri di salah satu unit apartemen milik kakeknya.
Baskara tampak sedih ketika cucu keduanya memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Namun, lain halnya dengan Bayu dan Yeni, yang tersenyum bahagia dengan keputusan yang di ambil Janus tersebut. Sementara Adit masih dengan ekspresi datarnya, bersikap dingin tanpa berucap sepatah katapun. Mengabaikan dan tampak tak peduli dengan apa yang di putuskan oleh putra bungsunya itu.
Sudah sangat terbiasa, di abaikan oleh ayahnya. Membuat Janus tak terlalu merasa bersedih dengan sikap ayahnya.
Tiga tahun berlalu, Janus yang terlampau pintar telah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi, termasuk satu tahun menyelesaikan Profesi Pendidikan Guru. Dan di usianya yang ke 20 tahun Janus telah memiliki profesi sebagai pengajar di salah satu Sekolah Menengah Atas terkemuka. Hasil yang di capai dengan jerih payahnya membuat Baskara sangat bangga terhadap cucu keduanya itu.
Namun, di hari pertamanya mengajar, Janus malah mendapati sebuah kabar buruk. Sebuah kabar yang membuatnya syok setengah mati. Ia terlampau gelisah ketika mendapati kabar bahwa Baskara Sayuda di agnosa kanker darah stadium akhir. keluarga satu-satunya yang sangat ia sayangi, kemungkinan umurnya tidak akan lama lagi. Bagaimana bisa seseorang yang paling berharga di hidupnya, kemungkinan besar akan pergi meninggalkannya.
...***************...
Tiga puluh menit sudah Janus menceritakan tentang masa lalunya. Ia sedikit lebih tenang setelah berbincang panjang dengan Astrid. Tangannya masih memegang erat tangan istrinya itu.
"Bagaimana jika suatu saat aku jatuh cinta padamu?" tanya Astrid.
"Jangan pernah menaruh hati padaku. Karena bagaimanapun aku tak akan pernah membuka pintu hatiku untuk siapapun. Saat dua tahun mendatang, kamu pergilah tanpa meninggalkan jejak di hatiku," jawab Janus. Yang kemudian ia bersandar di bahu Astrid, lalu memejamkan kedua matanya yang sudah berat akibat kantuknya.
Kalimat yang di lontarkan Janus, membuat hati Astrid terasa sakit. Tanganya semakin erat menggenggam kedua tangan suaminya, dengan kedua sudut mata yang perlahan mengeluarkan bulir air. Pikirannya kacau, entah perasaan apa yang di rasakannya itu. Astrid tak mengerti dengan hatinya. Mengapa ia bisa merasa takut kehilangan Janus, sementara selama ini ia tak pernah sedikitpun menaruh hati pada suaminya.
"Aku hanya berharap bahwa perasaan ini hanya singgah sesaat di hatiku," gumam Astrid.
Tak lama kemudian pemadaman listrik telah berakhir. Namun, Astrid tak sedikit pun berniat pergi ke kamarnya. Ia terus menggengam erat kedua tangan Janus yang tengah tertidur lelap sembari bersandar di pundaknya. Suamianya sudah tertidur lelap, kini Astrid pun ikut memejamkan kedua matanya dengan kepala yang saling bersandar.
"Hanya untuk saat ini saja, aku ingin berada di dekatmu."
dari karya dan novel kita bisa lihat munafik dan tidak bermoral nya wanita, (authornya dan reader nya wanita) mereka membenarkan perselingkuhan mereka tapi suami salah sikit dia sudah merasa paling tersakiti