Melvin Prabu Wijaya terpaksa menikahi Hana Agista guna menggantikan Arya Kakaknya menikah dan itu terjadi atasan permintaan terakhir Arya Prabu Wijaya.
Seharusnya Arya lah yang menikahi Hana Agista hari itu tapi kecelakaan malah menimpa Arya hingga merenggut nyawanya.
Membangun bahtera rumah tangga tanpa ikatan cinta, membuat Melvin dan Hana cukup sulit menyesuaikan diri.
Mungkinkah Cinta akan hadir diantara keduanya meski ada orang ketiga di dalam pernikahan mereka?
Yuk Simak kisahnya hanya di
MENIKAHI ISTRI AMANAH KAKAK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sobri Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part_33 Gara-Gara Dafa dan Rindy
Tok! Tok! Tok!
"Permisi!" Sapa seseorang dari luar.
Melvin yang belum berpindah dari tempatnya berdiri segera membuka pintu.
"Selamat malam , Pak Melvin. Ini dua buah baju tidur yang Bapak pesan tempo hari!" jasa pengantar barang itu menyerahkan satu bungkus paper bag.
Melvin menerimanya.
"Oke, uangnya aku akan tranfer segera." Melvin membuka banking bank di ponselnya yang langsung bertuliskan berhasil.
"Oke, sudah kami terima, terima kasih, Pak."
Melvin mengangguk dan masuk lagi.
Ia menuju ke kamar mandi di mana Hana tengah mandi.
"Hana!" panggilnya.
"Ada apa? aku belum selesai?" sahut Hana.
"Buka sebentar pintunya.
Hana menganga.
"Apa maksudnya?" gumam Hana.
Hana kemudian turun dari buthtup dan membuka sedikit dengan memunculkan kepalanya saja.
"Kenapa?" ketusnya.
Melvin berbalik dan menyodorkan paper bag tersebut.
"Apa ini?" Hana mengintip tas itu sedikit.
"Pakai saja, itu lebih nyaman untukmu."Usai menjawab Melvin melenggang pergi dan duduk di sofa. Seperti biasa menyentuh alat bercahaya itu, yang sudah seperti istri untuknya. Mengalahkan seorang Hana.
Hana membuka baju tidur berbahan sutra itu.
"Ha?" Hana membulatkan mata melihat baju tidur sekksi tersebut. "Apa maksudnya ini? jangan-jangan dia_?" Hana berpikir konyol lalu mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Mana mungkin itu, dia kan punya kekasih? mikir apa sih Hana?" Hana memukul pelan keningnya.
Dafa dan asisten Melvin berulah, Mereka ada ide mengerjai Bos kaku nya itu. Agar bisa mendekatkan Melvin dan Hana lebih jauh. Dengan begitu mereka tidak akan punya alasan untuk berpisah.
"Rin, mana obatnya? dapat gak? Inikan acara bulan madu mereka masak melempeng aja?" tanya Dafa.
"Ini, aku dapat," jawan Rindy.
"Dari mana? aman kan?" bisik Dafa
"Siip." Rindy membuat bulatan O pada ibu jari dan telunjuknya.
"Ayo, mulai!" ajak Dafa.
"Oke, Pak."
Keduanya mengetuk pintu.
"Masuk!" jawab Melvin.
Dafa dan Rindy menghampiri Melvin.
"Ada apa?" tanya Melvin datar.
"Eeem... anu Bos? kita mau ngajak Bos sama Mbak Hana minum koffee bareng," jawab Rindy.
"Ya udah Rin, cepetan sono!" Dafa mendorong punggung Rindy agar segera pergi ke dapur.
"Oke, Pak."
Dafa cengengesan sendiri, Ia mendaratkan bokongnya di sofa.
"Bos!" ucap Dafa.
"Kenapa?" agak enggan Melvin menjawab.
"Gimana sih, Bos. Rasanya malam pertama?" tanya Dafa sok ye.
Melvin menghentikan kesibukan jari tangan nya dan mengangkat wajah.
"Mana aku tahu?" jawab Melvin.
Dafa tercengang.
"Apa? Kok gak tau, Bos? Jangan bilang Bos gak pernah main sama Nona Hana?"
"Apa masalahmu?" cuek Melvin.
"Fiks, ni. Sudah benar aku dan Rindy merencanakan ini."
Rindy sibuk memasak air dengan empat gelas yang sudah dibubuhi koffee Mocca.
Hana Memakai baju tidur itu dengan dua lapis rompinya. Tidak nyaman jika memakai bagian dalam yang terlalu minim.
Rindy telah memasukan kesalah satu bubuk yang ada disakunya kedalam gelas yang rencananya akan Ia berikan pada Melvin sesuai petunjuk Dafa.
Hana mendatangi Rindy yang sudah mulai melarutkan koffee itu dengan sendok.
"Wah, enak ni." Dari tadi Rin?" tanya Hana.
"Oh.. iya,gak terlalu lama, Mbak," jawab Rindy.
Rindy hendak mengangkat nampannya.
"Tunggu, biar aku. Kamu ambil saja makanan ringan di laci itu buat nyemil biar aku yang bawa," tukas Hana menunjuk kesebuah laci.
"A.. he? I.. iya mbak." Rindy nampak bingung.
Hana mengambil alih nampan itu dan membawanya kedepan.
"Hey, Daf. Kalian belum ngantuk kok malah ngajak ngopi?" tanya Hana. Malam itu menunjukkan pukul sembilan malam.
"Nanti mau lembur, Nona?" jawab Dafa. Dafa mengamati keempat gelas tersebut.
"Yang mana ni, jadi gak sih si Rindy ngejalanin tugas, malah ngilang lagi?"
Dafa memanjang kan leher nya mengarah ke Rindy yang baru muncul dengan dua buah cemilan.
Dafa mengangkat alisnya berulang-ulang memberi kode pada Rindy gelas mana yang sudah tercampur.
Rindy balas mengangkat bahu tanda telah lupa.
Dafa memukul jidatnya jadi serba salah.
Hana yang melihat ulah Dafa mengernyit heran.
"Ciye.. mulai kode2an ni?" goda Hana. Hana pikir mereka mulai kasmaran.
"Nona Hana bisa aja," elak Dafa.
Hana membagikan keempat gelas itu kehadapan mereka.
Dafa dan Rindy jadi takut meminumnya. Takut kalau malah mereka yang meminum isi gelas yang sudah tercampur bahan infotand tersebut.
"Ayo minum!" tukas Hana.
"Hehehe.. iya Mbak, Nona," jawab Dafa dan Rindy bersamaan.
Hana yang notabennya tidak tahu apa-apa meminum miliknya lebih dulu seusai mandi dimalam hari untuk akan memberikan rasa hangat di kerongkongan ya guna membuang rasa kesuhnya pada Pak Gany tadi.
Dafa dan Rindy ragu-ragu tapi jika tidak minum pasti akan mencurigakan pastinya.
Baru setengah gelas terminum Dafa bergegas pamit, Ia khawatir jadi gila nanti jika Ia yang minum.
"Bos, Nona. Aku pergi dulu mau ngerjain tugas negara!"
"Ekh, kok aku gak diajak. Aku juga," tukas Rindy.
"Ayok!" ajak Dafa.
"Kok jadi sweet begitu sih," canda Hana.
Keduanya hanya cengengesan.
Hana menutup pintu dan menguncinya karena hari mulai malam. Ia mengamati lelaki yang sama sekali tidak mau menoleh kearahnya masih tetao sibuk. Bahkan Coffee nya saja belum tersentuh.
Hana merebahkan tubuhnya diranjang, tidak peduli jika harus menanti Melvin bangkit dari sofa itu terlalu lama menurutnya.
Hana merasa ada yang aneh, Ia merasa kepanasan. Padahal AC masih menyala disana. Hana bangkit dan mencari sesuatu untuk mengipas tubuhnya guna mengurangi rasa gerah tersebut.
Tidak ada, Hana akhirnya membuka balutan rompi tidur itu.
"Ada apa dengan ku? Ini sangat panas, apa hujan akan turun lagi?"
Hana membuka jendela, bulan dan bintang bersinar cerah.
"Ada apa ini?" Hana tampak gusar.
Rasanya ingin sekali Ia buang semuanya baju yang membungkus tubuhnya tapi mana mungkin ada Melvin disana.
Hana menenangkan diri dengan duduk ditepi ranjang dan menoleh kearah Melvin. Hana tersenyum sendiri, Ia terpesona menatap Melvin terlihat cool dan sangat Handsome didepan matanya.
Terus, Ia amati pemuda itu sambil bertopang dagu.
"Ahk, pangeran dari mana dia? kok hatiku deg-degan jadinya.
Melvin melirik Hana, Melvin menangkap keanehan pada diri Hana yang kesemsem melihat dirinya tapi Melvin membuang perasaan itu dan kembali pokus.
Entah apa yang membawa Hana turun dan melangkahkan kaki kearah Punggung Melvin dengan lancang melingkar kedua tanganya.
Melvin menunduk melihat tangan Hana.
"Lepas!" tegas Melvin.
Hana malah membelai pipinya.
"Ada apa denganmu?" Bola mata Melvin mengikuti gerakan jari jemari Hana di sekitaran wajahnya.
"Hihihi.. kamu tampan. Kenapa aku baru menyadarinya," tutur Hana.
Melvin jadi begidik mendengarnya.
"Kau kesambet ya?" kesal Melvin.
"Iya, aku jatuh cinta pada mu," jawab Hana masih sambil cekikikan.
Melvin masih diam ditempat.
"Jangan mencoba merayuku itu tidak akan mempan," kesal Melvin.
Cup!
Hana mendaratkan kecupan dipipi Melvin.
Melvin menganga tak percaya.
...🌾🌾🌾...
Jangan lupa kalau like sertakan komennya' ya,😆😆😆
smga mba hana cpt puli dede bayi shat sll🥰🥰