Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 015. Suasana Berkabung yang Ternoda
Andreas sudah memindahkan data-data penting dari laptop lamanya ke dalam laptop barunya yang canggih, termasuk menginput semua data-data penting Andre yang tentu masih dia ingat.
Karena, ingat..., dalam jasad Andreas Grayden ada jiwa Andre Barnett juga di situ, bahkan jiwa itu lebih dominan.
Dia juga sudah menyusun langkah-langkah tentang apa yang harus dia lakukan beberapa waktu ke depannya, termasuk akan menemui Kaysha Barnett, kakak perempuan Andre Barnett.
Dia berencana akan menyuruh Kaysha pulang ke rumah orang tuanya, demi untuk membantu Pak Anderson, papanya dalam mengelola perusahaan. Karena Andre Barnett, adiknya sudah meninggal.
Sedangkan adik Andre Barnett yang bernama Natasha Barnett masih bersekolah. Tentu Natasha belum bisa membantu orang tuanya dalam mengelola perusahaan bukan?
Di samping itu juga Andre Barnett telah mengetahui kalau Kaysha sudah tak bersuami lagi, lebih tepatnya suaminya sudah meninggal. Dia kini menghidupi putri kecilnya seorang diri.
Andreas amat mengetahui itu semua. Karena dalam diri Andreas Grayden ada jiwa Andre Barnett yang mendominasi. Tentu saja dia masih mengingat tentang diri Andre Barnett bukan?
Tentu saja Andreas belum berencana atau tidak ingin dulu untuk bertemu dengan Pak Anderson Barnett dan Nyonya Heliana, kedua orang tua Andre Barnett dalam dekat ini.
Dia perlu menyelesaikan urusannya terlebih dahulu, merampungkan orderan melukis yang setelah itu dia menghentikannya dulu. Demi melaksanakan proyek berikut yang lebih penting.
Apakah itu?
Pak Darian menawarkan pada Andreas untuk bekerja di perusahaannya yang nantinya akan mengelola perusahaan baru bersama Julian. Sebagaimana hal itu Julian telah menawarkan kepadanya sebelumnya.
Namun Andreas belum berminat untuk bekerja di kantoran dengan alasan yang bisa diterima oleh Pak Darian. Tapi dia bersedia membantu Julian dalam mengelola perusahaan baru tersebut, termasuk mengerjakan proyek desain interior yang nanti akan diajukan dalam tender.
Setelah acara sarapan berakhir, Pak Darian langsung ke perusahaan cabang yang baru bersama Julian yang mana nantinya Julian akan menjadi CEO di perusahaan tersebut.
Sedang Nyonya Monika memilih jalan-jalan bersama Andreas dengan mobil Andreas yang masih baru, hadiah dari Pak Darian.
Nyonya Monika yang mengatur agenda jalan-jalan, dan Andreas cuma mengikut saja. Pertama mereka akan ke rumah teman Nyonya Monika dalam rangka melayat.
Katanya ada anak teman Nyonya Monika yang meninggal disebabkan karena kanker otak stadium akhir.
Andreas tidak mau dulu berpikir ke mana-mana tentang siapa yang meninggal itu. Dia malah sibuk memikirkan tentang agenda jalan-jalan Nyonya Monika berikutnya.
"Tante, nggak perlu lah beli jam tangan dan pakaian lagi, aku masih punya," tolak Andreas diungkapkan dengan halus, berkesan sopan meski bernada santai. "Bahkan pakaianku sebagian besarnya dari tante semua...."
"Kamu sudah lulus kuliah, sementara tante belum memberimu hadiah," celoteh Nyonya Monika bernada lemah lembut, "'kan nggak lucu, sayang."
"Atau kamu kepingin minta hadiah lain, yang lebih istimewa lagi?" Nyonya Monika menoleh pada Andreas sambil tersenyum.
"Nggak, Tante, nggak usah," Andreas langsung menolak dengan cepat. "Dua itu aja sudah cukup."
Nyonya Monika seketika tertawa pelan melihat tingkah pemuda yang sudah dianggap anak dan berharap mengangkatnya menjadi anaknya.
"Ndre, seharusnya kamu tuh terima saja tawaran oom kamu mengelola perusahaan barunya bersama Lian...."
Wanita paruh baya yang masih tampak cantik yang sepertinya tak bisa diam untuk tidak berbicara itu terus saja mengajak Andre ngobrol. Dan Andre alias Andreas tetap meladeni obrolan dengan masih bersikap hormat meski dengan gaya santai.
Dan entah kenapa, Andreas jadi lupa menanyakan siapa anak teman Nyonya Monika yang meninggal itu.
Akan tetapi....
Ketika mobil Andreas sudah sampai di gerbang kediaman sebuah rumah yang cukup besar dan megah, dia langsung merasa familiar dengan kediaman itu.
Benar saja, begitu mobil sedan mewah Andre sudah utuh memasuki halaman depan rumah itu, Andreas langsung tahu kalau kediaman yang mereka datangi adalah rumah Pak Anderson Barnett.
Itu artinya anaknya yang katanya telah meninggal itu adalah Andre Barnett.
Tidak usah dibilang lagi, Andreas amat kaget bukan main, tidak menyangka anak teman Nyonya Monika yang meninggal itu ternyata Andre Barnett. Itu berarti dirinya sendiri.
Tidak menyangka Andre yang dalam jasad Andreas bakal melayat jasadnya sendiri. Sungguh dia tidak menginginkan hal itu, sebenarnya. Dia tidak ingin bertemu dengan keluarga Barnett secepat itu, apalagi sampai melayat jasadnya sendiri.
Namun takdir tidak sejalan dengan keinginannya bukan?
Tapi untuk meninggalkan kediaman yang selama hidupnya dia tempati itu rasanya tidak mungkin dan tidak etis. Terpaksa dia mengikuti saja Nyonya Monika membawanya masuk ke dalam rumah.
★☆★☆
Kediaman yang cukup besar dan megah itu memang milik keluarga Barnett, tepatnya salah satu keluarga Barnett, yaitu Anderson Barnett.
Anaknya yang ke dua yang bernama Andre Barnett, seorang CEO di perusahaannya, telah meninggal kemarin sore karena kanker otak stadium akhir.
Pak Anderson beserta keluarga tentu amat berduka atas meninggalnya Andre Barnett, sang putra tercinta tersebut. Dia sendiri, meski tidak mengeluarkan air mata, tapi kedukaan yang mendalam amat kentara di wajah gagahnya.
Sementara istrinya, Nyonya Heliana belum reda isak tangisnya, meski sudah dibujuk sebagian temannya serta keluarga lainnya.
Juga tak ketinggalan putri bungsunya, Natasha yang seperti memiliki stock air mata berlebih, hingga kini masih saja tak bosan menangis meski sudah dibujuk oleh sepupunya.
Yang tidak ada di tengah-tengah suasana duka itu cuma Kaysha Barnett, anak sulung Pak Anderson. Dia sudah meninggalkan keluarga Barnett sejak delapan tahun lebih yang lalu, mengikut suaminya.
Dia tidak pernah lagi datang ke rumah ini hingga sekarang. Maka, jadilah wanita cantik beranak satu itu seperti sudah terusir dari keluarga Barnett.
Tentu ada kisah pahit yang melatar belakangi kejadian itu bukan?
Entah Kaysha tahu atau tidak kalau adiknya, Andre sudah meninggal, namun hingga sekarang belum juga muncul di kediaman megah ini.
Sementara keluarga Barnett lainnya juga sudah berada di rumah duka tentunya dalam rangka melayat, termasuk William Barnett beserta keluarga, yang ternyata adalah kakak Pak Anderson.
Tentu saja Nayshilla juga ada di situ. Wajah cantiknya sudah terselubung mendung kesedihan. Mata lentiknya menatap diam peti jasad Andre dengan sorotan duka.
Gadis cantik itu bisa dibilang cukup akrab dengan Andre, sepupunya. Otomatis dia cukup tahu tentang kehidupan Andre, berikut penyakit apa yang diidap hingga membawa pada kematiannya. Makanya dia amat berduka atas kematian Andre, sepupunya itu.
Sebagian karyawan perusahaan juga sudah ada. Pula rekan-rekan bisnis Pak Anderson maupun Andre Barnett yang tampak masih muda-muda, meski ada juga berusia di atas empat puluh-lima puluhan.
Dan ternyata keluarga Grayden juga ada di rumah duka, termasuk Stephanie yang kini sudah bersama sang tunangan, Kenan Barnett.
Perlu diketahui, Pak Hendrick bukan rekan bisnis Pak Anderson, apalagi mendiang Andre Barnett, bahkan dia merupakan pesaing bisnis Pak Anderson.
Dia sekeluarga datang ke rumah duka dalam rangka menghargai rekan bisnisnya, yaitu Pak William yang notabene juga termasuk keluarga Barnett.
Termasuk orang yang tak luput hadir di situ adalah si licik Leonard Grayden yang tampak melangkah menuju Nayshilla ketika belum lama Pak Hendrick sekeluarga datang ke rumah duka.
Perlu diketahui bahwa Leonard belum begitu akrab dengan Nayshilla, meski sudah sedikit mengenalnya. Sepertinya tindakan menghampirinya dia pada gadis yang akrab dipanggil Nayla itu dalam rangka untuk mengenal lebih dekat.
Entah apa maksudnya? Sepertinya sudah bisa diduga-duga bukan?
Sementara suasana ruangan yang luas yang seperti aula itu masih berselimut kedukaan. Meski ada yang saling berbincang tapi tidak terdengar adanya suara tawa.
Tampaknya orang-orang benar-benar menghargai kalau saat ini dalam keadaan berkabung. Sepertinya....
Tapi apakah benar demikian...?
Sepertinya tidak begitu. Karena selanjutnya Pak William dan Pak Hendrick seperti hendak mengajak ribut dalam berkabung begitu dengan ucapan mereka.
"Anderson, putramu yang kamu banggakan akan kehebatannya itu sudah meninggalkanmu untuk selamanya," kata Pak William bernada sinis penuh peremehan. "Jadi, kamu sudah tidak punya kekuatan lagi untuk mempertahankan perusahaanmu yang tidak seberapa kuat itu...."
"Sekarang kamu tidak bisa lagi menang melawanku, Anderson," kata Pak Hendrick bernada sinis sambil tersenyum penuh penghinaan. "Perusahaanmu tinggal menunggu waktu saja akan segera hancur...."
★☆★☆★