Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemegang rahasia
Mela mampir ke minimarket sebelum pulang ke rumahnya. Dia berencana membeli stok cemilan dan beberapa makanan lain untuk ibu dan juga adiknya. Mela berdiri di depan showcase yang memajang aneka susu dan yogurt ketika sebuah suara yang ingin dihindarinya menyapa telinganya
"Wah wah, gak nyangka bisa ketemu disini" ujar Lina bardi membuat Mela ingin memakinya. Mela hanya melirik sebentar ke arahnya dengan malas. Tak mau banyak berinteraksi.
"Kamu dapat duit banyak dariku, tapi pasti habis karena orang tuamu. Yakin gak mau dapat tambahan" ujar Lina membuat Mela makin meradang. Tapi dia berusaha tenang tak mau menunjukkan emosi pada Lina
"No, thanks" jawabnya singkat
"Ayolah, kamu tinggal curi beberapa data yang mungkin dimiliki Roby sekali lagi. Akan kuberikan nominal yang besar" ujar Lina bardi pelan membuat Mela tambah muak. Apalagi Mela yakin Lina sudah punya sekutu lain di kantornya, yang sayangnya tidak Mela ketahui orangnya.
"Bapaku sudah dipenjara, ibuku sudah pasrah dengan penyakitnya. Aku tak butuh lagi uang selain buat bertahan hidup. Lagipula nyonya, saya cuma staf legal biasa yang tak punya akses kemanapun. Lebih sempit dibanding saat magang dulu yang dilempar bantu sana sini. Jadi takan ada gunanya. Kalau nekat ada cctv 24 jam, akan langsung terbongkar. Resiko buat anda nyonya" ujar Mela berusaha menolkan segala kemungkinan bagi Lina untuk mengintimidasinya.
Lina mendengus dan memperhatikan Mela dengan seksama. Lina tak berhasil membaca emosinya dan menjadi kesal sendiri.
"Ok, tapi kalau kamu punya informasi lain, kamu tahu kan kemana menghubungiku" ujar Lina sebelum akhirnya pergi. Mela hanya diam dan kembali mengisi keranjangnya dengan berbagai makanan dan barang yang dia perlukan. Tapi dengan ekor matanya Mela mengikuti arah Lina Bardi. Setelah dilihatnya Lina ke kasir membayar belanjaannya yang sedikit dan keluar barulah Mela merasa tenang.
"Bisa-bisanya ketemu disini" ujarnya pada diri sendiri. Dia harus tetap berhati-hati. Mela tahu Lina bisa menekannya seperti sebelumnya karena kondisi keluarganya. Jadi dengan ucapannya tadi dia harap Lina tahu kalau tak ada lagi yang membuatnya terpaksa menerima permintaannya. Mela menyelesaikan belanjanya, membayar di kasir lalu duduk di meja sambil minum dan menunggu taksi online yang dia pesan untuk pulang ke rumah
****************
Di dalam mobilnya yang melaju Lina menghubungi seseorang yang selama setahun ini menjadi salah satu sumber informasnya. Cukup lama ponselnya berdering sebelum sebuah suara menyapanya
"Ya Bu" jawab suara pria yang agak cempreng
"Lama banget angkatnya" ujar Lina marah "Kamu tahu teman kerjamu si Mela?" tanya Lina to the point
"ya bu, ada apa dengan Mela?" tanyanya bingung dan waspada
"Apa benar dia cuma staf legal biasa? Bukannya pernah jadi asisten Roby"
"Iya bu, dia hanya bertugas membuat dan mereview kontrak milik perusahaan klien. Dulu waktu magang sering diminta bantuan langsung Pak Roby. Tapi setelah lulus kuliah dan jadi kartap dia hanya mengurusi kontrak saja" jawab si lawan bicara di telpon
"Oke, tolong perhatikan gerak -geriknya dan laporkan kalau ada yang mencurigakan" ujar Lina dan tanpa menunggu jawaban langsung memutuskan Panggilan
Sementara lawan bicaranya kaget dan merasa aneh. Untuk apa Lina meminta memata-matai Mela. Dia jarang sekali bersosialisasi kalau tidak ada perlunya. Kalau tidak di mejanya, dia hanya ke pantry, toilet dan sesekali dia melihatnya dan papasan di mushola kantor. Bahkan dalam beberapa acara gathering kantor sekalipun dia tak terlalu bergaul. Paling sering juga bareng temen seruangannya yang mana cuma tiga orang dan yang satu juga anak magang. Lainnya? sepertinya kalau bukan temen kampusnya juga hampir tak pernah melihatnya ngobrol apalagi nongkrong bareng. Pokoknya dia hanya akan berinteraksi jika perlu, dan jika papasan hanya say hi saja tak pernah ngobrol. Yang aneh dan mencurigakan dari dia apa? Lalu kenapa Lina bardi menaruh perhatian padanya? Apa mereka kenal secara pribadi? Pikirnya. Tapi kemudian dia memilih tak menghiraukannya. Iyakan sajalah tak perlu benar-benar dikerjakan. Mela orangnya monoton begitu saja di kantor, apa yang mau dilakukan. Yang penting tugas utama yang sudah berbulan-bulan ini belum mampu dia selesaikan harus segera beres. Dia membutuhkan uangnya
...****************...
Sementara Mela sudah sampai di rumahnya dan menata belanjaannya bersama sang adik, Nani sedang berada di KRL malam menuju Bogor. Tadinya dia berencana besok berangkat ke Bogor menengok mang Burhan dan Bi Inah lalu menginap sampai hari Senin sore. Tapi mengingat pembicaraan dengan Mela dan rencana mereka untuk bertemu lagi, Nani memajukan rencananya. Nani belum tahu sejauh apa Mela mengetahui perihal Ayumi, dan apakah Hanif tahu jika Mela mencari tahu keberadaan Ayumi, apalagi menurut Mela dia dapat informasi ini kan langsung dari Hanif. Ya meskipun informasi tersebut bukan diperuntukan buat dirinya.
Sejujurnya Nani sedikit kagum dan takut dengan keberanian dan keuletan Mela. Tak disangka Mela yang terlihat tenang dan sebenarnya sedikit introvert serta memberikan kesan tak peduli dengan sekitarnya ternyata begitu pintar dan punya resource yang bagus. Apalagi adiknya punya skill yang gak main-main, sampai bisa mengetahui keberadaan ibunya di Solo.
Nani cukup penasaran bagaimana adiknya Mela bisa menemukan keberadaan ibunya. Mungkin nanti dia harus bertanya. Ada hal lain yang lebih penting yang harus dia bahas bersama kedua paman dan bibinya. Teringat mereka Nani membuka ponselnya lalu menghubungi pamannya mengabarkan dia sedang dalam perjalanan ke rumah mereka. Sengaja Nani telpon karena kalau pesan kemungkinan besar tidak akan langsung dibaca.
Sejam kemudian dia sudah sampai di rumah Bi Inah dan mang Burhan yang dianggap sebagai orang tuanya. Bi inah menyambutnya dengan sukacita, menyuruhnya mandi sebelum makan.
Bi inah dan mang Burhan memang sangat menyayangi Nani. Keponakan yang menjadi anaknya dan dia rawat serta disekolahkan dari usia 6 tahun. Apalagi mereka tidak dikaruniai anak sampai usia pernikahan mereka lebih dari 25 tahun. Mereka adalah orang pertama yang akan membelanya setiap kali keluarga baru ibunya merongrongnya. Makanya meskipun minta izin Nani tidak selalu mengatakan bahwa dia mengirimkan uang yang cukup untuk keluarga ibunya dulu dan sering diminta paksa, karena pasti mang Burhan akan murka. Mereka saja yang merawatnya tak pernah minta. Itu sebabnya Nani tak memberitahukan soal ibunya yang dia pindahkan ke Solo. Setahu mereka Nani hanya sempat membawanya ke Jakarta dan menyuruhnya kembali pulang ke Sukabumi. Padahal Nani mengirimkannya ke Solo dan saat pertama berangkat didampingi Irna bukan dirinya yang sengaja baru menyusul tiga hari kemudian.
"Eh ayo makan heula Nan" ujar Bi Inah menyeretnya ke meja makan. Disana sudah ada mang Burhan yang minun kopi. Ada banyak makanan terhidang.
"Mang teu makan" tanya Nani melihat pamannya hanya minum kopi
"mamang tadi makan sebelum kamu telpon" jawabnya.
"Hayoh sok kamu makan heula. Yang banyak biar kenyang" kata bi Inah mengambilkan nasi dan berbagai lauk ke piring yang disodorkan padanya. Nani meringis melihatnya, penuh banget mirip porsi kuli. Salah satu penyebab timbangan badannya naik setiap habis pulang dari Bogor. Meski begitu Nani tetap memakannya. Selain enak rasanya juga tentu saja untuk membuat keduanya senang
Selesai makan mereka bertiga duduk di ruang tv yang cukup luas dan membicarakan tentang kehidupan dan rutinitas mereka. Tak lupa wejangan-wejangan yang diberikan untuk Nani. Setelah dirasa obrolan santai mereka cukup, Nani langsung membuka topik yang memang dia rencanakan untuk memberi tahu keduanya.
"Bi, Mang ada yang harus Nani bilang dan ini penting" ujar Nani hati-hati
"Naon Nan, kamu mau nikah?" tanya Mang Burhan.
"Bukan mang ih, masih jauh atuh, ini masalah non Ayumi" ujar Nani pelan tapi membuat kedua orang tua tersebut langsung diam dan kaget.
"tak perlu dibahas Nan, lebih baik kita diam dan tunggu sampai dia muncul" jawab Bi Inah
"Nani juga maunya gitu tapi ternyata ada yang tahu soal Ayumi ini, dan Nani rasa mamang dan Bibi harus tahu" ucapnya membuat mang Burhan dan Bi Inah benar-benar kaget
"Siapa yang tahu Nan? Kamu tidak cerita ke orang lain kan? Kalau Hanif dan sahabatnya jelas tahu." Tanya Bi Inah memastikan
"Bukan mereka bi, dan bukan Nani juga yang memberitahukannya. Justru orang ini tahu sengaja dan tidak sengaja dari Hanif. Kalau Hanif kurang tahu apakah dia mengetahui kalau Nani juga tahu masalah ini"
"Lalu siapa dia, dan kenapa tahu dari Hanif.Temannya?" Tanya Bi inah lagi, sementara mang Burhan masih diam menyimak
"Bukan Bi, namanya Mela jadi...." lalu Nani menceritakan tentang Mela, mulai bagaimana dia mengenal Mela dan hubungannya dengan Hanif serta bagaimana dan sejauh mana Mela mengetahui soal Ayumi
"Kita harus kasih tahu den Hanif" ujar Mang Burhan setelah mendengar cerita Nani
"Mungkin ya mang, tapi menurut Nani tunggu dulu"
"Kenapa Nan, ini bahaya" ujar Bi Inah tak tenang
"Bi, mang, Mela ini kan sebenarnya tidak ada urusan langsung, dan dia cerita pada Nani setelah memastikan Nani kenal baik Kak Hana. Dia malah berpesan supaya Nani hati-hati agar tidak ada pihak keluarga Pak Bardi yang mengendus kedekatan Nani dan Kak Hana. Cukup mereka tahu Nani pernah kerja bantu Bu Hana karena Nani keponakan mamang dan Bibi" jelas Nani
"Tapi Nan Hanif harus tahu supaya lebih berhati-hati" ujar mang Burhan masih keukeuh karena hawatir
"Iya mang, tapi tunggu sampai Nani kasih izin ya...mamang jangan protes dulu"ucap Nani saat dilihatnya Mang Burhan hampir menyela ucapannya
"Mela kan juga secara tidak langsung tahu Ayumi dari Hanif, dan Nani rasa Hanif juga pasti tidak heran kalau Mela tahu. Mungkin Hanif hanya tidak tahu sejauh mana Mela mencari i tahu tentang Ayumi" jelas Nani
"Ya tetap saja Nan, den Hanif harus tahu" keukeuh mang Burhan
"Iya mang, tapi sabar dulu. Besok rencananya Mela akan bertemu lagi dengan Nani, jadi tunggu sampai Nani benar-benar tahu apa saja yang diketahui Mela" pinta Nani
"Ya sudah Nan kalau begitu. Bagaimana kalau temanmu itu disuruh menemui kamu disini?" Masih libur kan sampai Senin?" ujar Bi Inah akhirnya mencoba mengikuti saran keponakannya
"Oh ya Bi, coba nanti Nani kirim pesan supaya bertemu disini saja"
"Iya Nan biar aman tak ada Cicak putih" sahut mang Burhan yang disetujui istri dan keponakannya