AREA DEWASA+
"Sudah ku bilang, kalau memang jodoh ku pasti tidak akan kemana!" ucap Marvel sambil memandang wanita yang selama ini menghilang entah kemana.
Sejak sekolah menengah atas, Kiran tidak pernah menduga jika ia akan di sukai oleh seorang pria yang terpaut usia dua belas tahun darinya.
Kiran sangat risih, gadis ini tidak suka dengan tatapan Marvel yang suka melihat dirinya dengan penuh nafsu.
Marvel, seorang pria tampan yang harus rela pernikahannya kandas di saat usia pernikahannya baru berjalan satu hari. Bukan tanpa alasan, semua itu di karenakan mantan istri Marvel tiba-tiba menggugat cerai dan lebih memilih pergi bersama laki-laki lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
"Ehem,...!" Desi mendekati Hasan, "suami ku, aku ingin bicara pada mu."
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Hasan setelah menyeruput teh paginya. Entah kenapa pria bodoh ini merasa tenang dan damai setelah Kiran pergi dari rumah.
"Mengenai rumah ini, apa kau tidak ada niatan untuk membalik nama atas nama ku atau nama Sika, anak kesayangan mu?"
Hasan meletakkan cangkirnya lalu mengambil sebatang rokok lalu menyumatnya. Asap tebal keluar dari hidung lelaki ini.
"Rumah ini milik almarhum ibu dan nenek Kiran. Aku tidak bisa melakukan pembalikan nama kecuali atas persetujuan Kiran. Kau pasti paham maksud ku."
Wajah Desi berubah masam, sudah muak ia mendengar hal seperti ini.
"Aku tidak mau di anggap menumpang di rumah ini sementara kau sendiri sudah mengusir Kiran. Setidaknya beri aku hak atas rumah ini agar aku tidak di cibir orang terus."
Asap rokok terus mengepul, Hasan mulai pusing jika di desak Desi seperti ini.
"Lagian, kok bisa rumah ini atas nama istri mu yang sudah mati itu. Kenapa kau tidak memintanya dulu?"
"Kau pikir segampang itu kah?" tanya Hasan menoleh ke arah Desi.
"Kau sama sekali tidak kasihan dengan aku dan Sika yang selalu di cibir tetangga jika kami menumpang di sini."
"Jangan dengarkan omongan orang lain. Selama kalian bahagia, lakukan saja yang menurut kalian benar!" ujar Hasan.
Obrolan pagi mereka terhenti saat Hasan melihat dua buah mobil memasuki halaman rumah Hasan. Hasan penasaran siapa tamu di pagi ini yang menggunakan mobil mewah dan mahal seperti ini.
Desi bergegas memanggil Sika yang baru selesai mandi saat ia melihat Marvel turun dari dalam mobil.
"Astaga, dia sangat tampan. Marvel cocok jadi menantu kita, dia sepadan dengan Sika," bisik Desi pada suaminya.
Dengan wajah dingin penuh dengan aura kemarahan, Marvel berjalan santai menghampiri Hasan, Desi dan Sika yang terlihat sedang menebar pesona.
"Bu, dia sangat tampan!" bisik Sika.
Desi hanya mengiyakan, ia menyuruh Sika untuk diam agar terlihat lebih anggun.
"Selamat pagi," sapa Marvel dingin.
"Pagi juga," balas keluarga aneh itu.
Marvel menatap tajam ke arah Sika dan Desi. Tentu saja hal tersebut membuat Ibu dan anak tersebut takut.
"Maaf, ada yang bisa ku bantu?" tanya Hasan.
"Di mana Kiran sekarang?" tanya Marvel dengan suara datar.
Hasan mengerutkan keningnya, sedangkan Sika langsung membuang wajah masamnya.
"Kiran sudah tidak tinggal di rumah ini lagi," jawab Hasan tanpa merasa bersalah pada anak kandungnya.
"Kenapa?" tanya Marvel yang ingin mendengarkan sendiri penjelasan Hasan.
Hasan kemudian menceritakan apa yang sudah terjadi pada malam itu. Tentu saja Desi dan Sika ikut menimpali sebagai bumbu pemanasnya agar Marvel percaya jika Kiran adalah gadis kotor.
"Kau yakin jika anak mu berbuat seperti itu?" tanya Marvel membuat Hasan terdiam sejenak.
"Suami ku melihat dengan mata kepalanya sendiri. Semua itu benar adanya!" Desi menjawab.
"Dan kau,...!" Marvel kembali menoleh ke arah Desi, "apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu?"
"Apa yang harus aku katakan?" tanya Desi bingung.
Marvel geram, sejak tadi Desi banyak bicara. Dengan satu lentikan jari, Marvel memerintahkan anak buahnya keluar.
Desi dan Sika panik, wajah mereka terlihat sangat gugup pada saat tiga orang pria suruhan di seret keluar lalu berlutut di hadapan Hasan.
"Siapa mereka?" tanya Hasan bingung.
"Ada baiknya kau tanyakan siapa mereka pada istri dan anak tiri mu. Mereka sangat tahu jawabannya," jawab Marvel dengan senyum sinisnya.
"A-apa yang kau maksud hah? aku tidak mengerti...!" Desi gugup.
"Oh, biar aku jelaskan!" ujar Marvel, "mereka adalah orang-orang suruhan anak dan istri mu untuk menculik Kiran lalu membuat drama seolah Kiran menjual diri selama ini. Begitu singkatnya!"
Mata Hasan melebar, ia tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Marvel.
"Dia bohong!" seru Sika ketakutan.
"T-tuan Marvel tidak bohong pak. Kami di bayar ibu ini untuk menculik dan merekayasa kejadian malam itu," ucap salah seorang pesuruh Desi.
Hasan mengepalkan kedua tangannya, ia tidak terima telah di bohongi mentah-mentah oleh Desi dan Sika.
Plak,.....
Dengan perasaan marah Hasan memukul wajah Desi. Keributan mulai terjadi, suara keras Hasan menimbulkan kebisingan yang membuat para tetangga berkumpul di depan halaman ingin mengetahui kejadian yang sebenarnya.
"Biadab...!" umpat Hasan, "kau sudah memfitnah anak ku!"
"Maafkan aku mas, aku khilaf!" ucap Desi memohon di bawah kaki Hasan. Sedangkan Sika hanya terduduk diam sambil menahan rasa takutnya.
"Makanya pak Hasan, apa-apa itu percaya sama anak. Ini lebih membela istri sama anak tiri," teriak salah seorang ibu-ibu.
"Anak kandung di terlantarkan, anak tiri di manja. Ya gak salah kalau seandainya Kiran menjual diri, ayahnya aja gak peduli."
"Malu gak tuh, sekarang anak kandung udah di usir. Eh yang nyari kebenaran malah orang lain. Pak Hasan gak malu?"
"Lagian bu Desi juga, jahat banget sama anak yang sejak kecil udah di tinggal ibunya. Bukannya menjadi ibu sambung yang baik malah banyak tingkah!"
"Iya tuh, gak kasihan sama anak tiap pulang sekolah sampai malam harus kerja banting tulang?"
Hasan terduduk lemas, suara-suara tetangga mulai menghakiminya di tambah lagi dengan Marvel yang terus menyalahkan Hasan. Semakin pusing saat Desi memohon di bawah kaki Hasan untuk meminta maaf begitu juga dengan Sika.
"Di mana-mana anak yang durhaka sama orang tua, eh ini malah kebalikannya. Orang tua yang durhaka sama anak!" celetuk salah seorang tetangga.
Mereka bubar sendiri sambil mengumpat pada Hasan dan Desi. Cukuplah pagi ini wajah Hasan seperti di lempar kotoran.
"Cepat katakan pada ku, di mana Kiran?" tanya Marvel yang hanya ingin tahu di mana istri masa depannya itu.
"Aku juga tidak tahu!" jawab Hasan lesu.
"Oh, baiklah. Jangan coba-coba bermain dengan ku!" kata Marvel mengancam, "kau sudah membuat Kiran menderita, aku akan membuat hidup kalian lebih menderita!"
Marvel kemudian pergi begitu saja, entah apa lagi yang akan di lakukan pria ini.
Belum ada sepuluh menit Marvel pergi, Hasan tiba-tiba saja mendapatkan pesan dari perusahaan tempat ia bekerja jika Hasan di pecat secara sepihak dan tidak terhormat.
"Apa....? aku di pecat!" Hasan syok.
"Itu tidak mungkin!" sahur Desi.
"Semua gara-gara kalian. Pergi dari rumah ini,...!" usir Hasan pada Desi dan Sika.
Sekali lagi Desi dan Sika memohon di bawah kaki Hasan. Tapi, Hasan yang sudah emosi tidak menanggapi keduanya. Hasan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, mengunci diri di dalam kamar.
hhhh ayah macam apa itu, kok lah sama kyk ayah q..
😓
gitu lihat sinopsis nya sama kyk aq sama suami yg jarak umur 12th..
langsung penasaran sama ceritanya 🤭..
tp bagus juga loh, unik malah orang bisa jd hafal..