Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Judul yang tepat!!!
Aminah duduk terdiam diantara lantai keramik serta tanah yang kering tanpa tersentuh air hujan dalam beberapa hari. Kedua mata nya tertuju pada rembulan di malam hari, bintang ikut serta menemani pandangan Aminah yang penuh cerita.
Sesekali ia teringat soal Mami Maher yang turun dari mobil mewah, dalam hati nya menduga kekasih nya seorang keturunan konglomerat. Lalu, Ia berusaha membuang prasangka nya. Namun, lagi-lagi hadir kembali.
"Apa benar ya Maher anak orang kaya?" Batin nya seraya menatap rembulan yang indah.
"Ah, sudah lah! Tidak penting juga, lagi pula kan yang aku cari bukan kekayaan Maher" sambung nya seorang diri.
"Treng, treng, treng ..." suara kenalpot terdengar dari kejauhan dan semakin mendekat.
Sekumpulan Vespa serta motor jadul tiba di depan kontrakan Aminah. Mereka adalah teman Band Arumi. Andri, Alex serta Somad dengan gaya amburadul dan konyol.
"Halo Minah cantik" kata Andri.
"Hus, dia udah punya cowo tau" jelas Somad.
"Oh ya?" balas Andri.
"Hmm .., pasukan bekicot datang" keluh Aminah.
"Set dah, di kira kita beracun kali ya"
"Kalian mau apa datang kesini?" Tanya Aminah dengan wajah masam.
"Arumi di mana ya? Mau ngeband nih" ujar Alex.
"Mana ku tau"
"Yah, gimana dong bro, Aminah aja gak tau" kata Alex.
"Ya sudah, gatot ini mah" keluh somad.
"Hhmm ..., cabut aja deh" ujar Andri.
Mereka bertiga lekas pergi dengan wajah lesu, karena Arumi tidak ada entah kemana. Padahal malam ini jadwal band mereka setiap seminggu sekali.
Kata Aminah, "gak jelas, datang tanpa undangan, pulang tanpa pamit!" Sambil melihat kepergian mereka.
Aminah kembali terdiam tanpa suara, ia hanya sibuk menenggelamkan pandangannya terhadap rembulan di langit malam. Namun, kali ini ia kesulitan mengurai pikiran nya, karena ke tiga sahabat Arumi mengganggu nya.
"Hhmm ..., sampe mana tadi ya mikirin Maher sama Mami nya!" Keluh Aminah tiba-tiba lupa dengan apa yang dipikirkan nya tadi.
"Hmm ..." gumamnya kesulitan untuk mengingatkannya kembali. "Mereka sih segala datang di saat seperti ini, jadi berantakan deh" sambung nya kembali.
Aminah berusaha tenang untuk mencerna yang terjadi dalam pikiran nya. Namun, yang terjadi malah membuat nya pusing hingga akhirnya menyerah dan memilih masuk ke dalam Kontrakan nya untuk beristirahat.
Kediaman keluarga Maher.
Maher menenggelamkan kedua mata nya terhadap malam di balik jendela kamar nya. Ia terperangkap oleh sunyi nya malam yang begitu dingin. Sesekali memainkan jari di antara wajah nya dengan santai. Jari itu seolah menandakan ada sesuatu hal yang di pikirkan begitu dalam dan terasa berat.
Suara langkah terdengar di belakang Maher, langkah itu milik Papi nya yang masuk kamar tanpa permisi. Maher menyadari, ia pun menoleh nya untuk melihat siapa yang masuk kamar nya malam ini.
"Papi?"
"Kamu belum tidur?" Tanya Papi.
"Belum Pi .."
Papi nya tersenyum tenang seraya memperbaiki kaca mata yang di pakainya terasa tidak nyaman. Maher memperhatikan gerak gerik wajah Papi nya yang keriput, ia merasakan ada yang ingin di bicarakan nya dari hati ke hati.
Tanya Maher, "Papi mau bicara?"
"Mmm ..., apa kamu baik-baik saja?" jawab Papi sambil duduk di kasur empuk.
"Sepertinya kurang baik Pi"
"Mami ...?"
"Ya ..."
"Ada hubungannya dengan Aminah?" Tanya Papi se-ringkas lipatan kertas.
Maher menarik nafas nya dengan lembut, "Papi tahu soal Aminah dari Robi?"
"Hhmm ..." gumam Papi. "Ya ..." sambung kembali Papi tanpa menunjukkan wajah penolakan.
Maher berupaya menelan air liur nya yang terasa berat dan lengket. Ia menatap serius wajah Papi nya yang sudah termakan usia. Maher mencari letak wajah Papi nya untuk memberanikan diri membicarakan soal Aminah lebih dalam lagi terhadap Papi nya.
Kata Papi, "Ada yang salah dengan wajah Papi?"
"Tidak Pi, aku hanya rindu berdebat dengan Papi" jawabnya.
"Oh ya ..." serius Papi tersenyum bercampur kedua alis mengkerut.
"Aminah janda anak satu, tapi aku mencintai dia Pi!" Jelas Maher dengan wajah serius dan tak mengelak tatapannya terhadap Papi.
"Masalahnya apa dengan Papi?"
"Mmm ..." desah Maher. Lalu, "Jadi, tidak ada masalah dengan Papi?!" Sambung kembali Maher memastikannya sedetail mungkin.
"Ya memang tidak ada! Paling Papi perlu mengingatkan kamu, lelaki itu harus pandai membuat sebuah cerita"
"Maksud Papi?"
"Kalau kamu sudah menemukan sinopsis dan sekuel nya, berarti tugas mu harus membuat judul yang tepat!"
Maher terdiam seketika, ia mengerti maksud Papi nya memberikan contoh pada sebuah karya tulis Novel yang menggambarkan, bahwa dirinya sudah siap untuk menulis sebuah cerita tentang kisah percintaannya.
"Terima kasih ya, Pi" kata Maher dengan kedua mata berkaca-kaca.
Setelah perkataan Papi nya yang menyentuh hingga ke sumsum hati nya sekaligus, dalam diri Maher mulai tumbuh kekuataan yang dahsyat dan mengalir di antara aliran darah nya, seolah memperkuat perasaan nya terhadap Aminah.
Papi Maher lekas menghampirinya lebih dekat dan memberikan sebuah tatapan yang sesederhana mungkin seraya tersenyum tertahan.
"Kamu pasti bisa, percaya sama Papi" ucap nya sambil menepuk pundak nya berulang kali dengan lembut.
Maher membalas nya dengan senyuman teramat manis dan penuh rasa bangga terhadap Papi nya yang satu pemikiran dengannya.
Kata Papi, "Mm ..., Papi mau istirahat dulu ya, kamu jangan tidur malam-malam!"
"Iya Pi ..." singkat nya.
"Oia, besok kita ke Toko Aminah ya, Papi ingin bicara dengan Aminah!" Jelas Papi.
"Iya Pi ..." jawab nya tersenyum bahagia.
Papi Maher lekas pergi meninggalkan Maher seorang diri di dalam kamar nya. Dan Maher kembali menghabiskan waktu malam nya di hadapan jendela sambil menatap langit-langit malam.
Isi kepalanya kembali bekerja, satu persatu ia susun, satu kata demi kata mulai tertata rapih
membentuk sebuah kalimat sederhana.
"Hidup dan Mati ku hanya untuk Aminah."
Perkataan Papi nya membuat ia percaya diri akan hubungan nya bersama Aminah. Setidak nya, orang yang terpenting dalam hidup Maher sudah merestui hubungannya dengan Aminah tanpa syarat apapun.
Kebahagian mulai terlihat jelas bahkan terasa lebih dekat. Sesekali, ia tersenyum sendiri, bahkan mengulang secara terus menerus dengan senyum nya. Kini perasaan nya mulai kokoh tertanam dalam hati nya dan tak ingin seorang pun yang mengetahui nya, terkecuali Aminah.
Sesekali melihat ponsel nya, dalam hatinya ia ingin menghubungi Aminah dan mengatakan nya langsung. Namun, ia berpikir lebih jauh lagi, akan lebih Romantis bila mengatakan nya secara langsung.
"Sebaik nya besok aku bicarakan di Toko Aminah saja" batin nya berkata seraya tersenyum bahagia.
Langit-langit malam mulai menunjukkan sisi gelap nya lebih nyata, langit itu menandakan bahwa malam sudah berada di sepertiga malam terakhir. Maher pun, mulai membaringkan tubuh nya untuk istirahat hingga pagi tiba dengan membawa segenggam kebahagian dalam tidur nya.
Mari kita saling mendukung! Aku juga udah baca novel kakak.. sejauh ini baru baca 3 bab dan lumayan suka. Semangat terus ya nulisnya😊