Sebuah Keluarga Kerajaan kecil harus terpisah karena adanya pemberontakan yang terjadi di Istana. Mega Mona dan adiknya Anis Mona bersama Ifan Iskandar, suami Mega dan Argo Iskandar harus terpisah karena pemberontakan seorang Kakak yang sudah berubah jadi Monster. Ifan yang melawan Monster itu hilang ingatan dan terluka parah diselamatkan oleh sebuah Cahaya. Sedangkan Mega dan Anis harus terpisah dari Argo. Anis hilang ingatan karena saat dia lari dari Monster dia masih berumur 7 tahun dan sangat ketakutan yang membuat dia hilang ingatan.
10 tahun berlalu. Mereka dipertemukan karena Celah Hitam yang membuat mereka bersatu dengan para Ksatria pilihan dan berusaha melawan para monster itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Jarin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Bersembunyi
“Benarkah yang kau bilang ?” kata Bu Ratih tak percaya.
“Ya bu. Tidak usah kuatir” Jawab Lena. Dan Bu Ratih pun terdengar menjauhi kamar Lena.
Lena hanya melihat sedikit prajurit yang tersisa dan 1 di antaranya adalah Panglima Tom yang tiba tiba jatuh ke Pohon Penyelamat tersebut. Tapi dia tak melihat Ifan, suaminya. Lena menangis dalam hatinya.
Lalu, Potret itu bergerak lagi. Kali ini dia melihat Anis dan Argo yang sudah dewasa. Sepertinya mereka bertemu lagi dan tinggal Bersama tapi mereka seperti tertidur lama di sebuah kamar. Terlihat di sana beberapa orang dan dirinya sendiri yang menangis…
Plasss… tiba tiba potret itu hilang…
Lena kebingungan dan menggelengkan kepala nya dan berteriak keras lalu dia pingsan. Arman dan Tari yang mau mengajak Lena main ayunan langsung membuka pintu. Bros dan Tongkat kecil itu keluar dari tas kecil dan berpencar ke berbagai penjuru arah. Arman dan Tari sempat melihatnya keluar dari tas itu dan hilang. Tari mau mengambilnya tapi dikejutkan suara Bu Ratih yang langsung mengangkat Lena ke tempat tidurnya Bersama Arman. Walaupun Arman masih berumur 8 tahun, tubuhnya yang besar dan tinggi itu membuatnya mudah untuk mengangkat Tubuh Mega walau harus Bersama tantenya. Tari membalurkan minyak kayu putih yang ada di atas nakas dekat Kasur mereka untuk menyadarkan Lena. Tak lama Lena sadar.
“Kau kenapa Lena? Arman mendengar suara teriakanmu. Ada apa?” Tanya Bu Ratih cemas. Lena menimang nimbang apa yang harus dia katakan. Ketika melihat wajah Tari yang polos dia ingat kalau dia harus bertahan demi Tari dan juga keluarga barunya setidaknya sampai Tari besar dan ingat tentang dirinya. Dia tak mau memaksa Tari untuk ingat siapa dirinya karena bisa berakibat buruk kepada mentalnya suatu saat nanti.
“Tidak bu, Mungkin saya hanya capek”
“Istirahatlah, Lena. Besok pagi kita akan ke pergi ke SD dekat sini untuk mendaftarkan sekolah Tari dan Arman. Kau mau kuliah atau bagaimana?”
“Bolehkah saya kursus non formal saja bu?” Seperti kursus memasak? Aku ingin seperti ibu yang suatu saat berdikari dengan Tari” Jawab Lena seteleh mengetahu bahwa Bu Ratih menjalankan usaha catering di pusat Kota Satria. Hobi Memasak Bu Ratih sejak masih SMA terbawa hingga dia kuliah dan mempunyai usaha kecil kecilan untuk menghidupi dirinya yang sejak kuliah tidak punya keluarga lagi. Usaha yang dirintis Bu Ratih menjadi berkembang dan sukses sampai dia menikah dengan Pak Romi yang mempunyai perusahaan di bidang transportasi.
Selama Lena tinggal di rumah mereka, dia sudah beberapa kali ikut ke Ratih Bogasari and Cake nama catering Bu Ratih. Dia melihat cara Bu Ratih memasak dan mengolah bahan bahan untuk dijadikan masakan. Dan dia pernah membuat sebuah makanan yang ada di resep yang pernah ditulis oleh Bu Ratih untuk uji coba dia di dapur untuk membuat sarapan keluarga di pagi hari dan keluarga barunya memujinya kalau masakan Lena hamper sama dengan maskaan Bu Ratih.
Bu Ratih tersenyum. Dia bangga pada semangat Lena. “Kau memang berbakat, Lena. Baiklah kau boleh kursus memasak. Kau tinggal pilih mau kursus dimana nanti ibu akan biayai kursusmu. Siapa tahu di masa depan kau yang akan menjadi pengganti ibu.”
Lena tersenyum senang. Dia memeluk Bu Ratih. Tari yang iri melihatnya juga ingin berpelukan. Dia langsung memeluk kakaknya. Tak lama Bu Ratih meninggalkan mereka bertiga dan menyuruh Tari dan Arman untuk menemani Lena sebentar.
“Kakak, tadi ada yang sesuatu keluar dari sini. Itu bukan yang menyakiti kakak kan” tanya Tari polos.
“Iya kakak, tadi seperti cahaya berwarna warni keluar dari tas kecil Kak Lena. Apa itu yang membuat kakak pingsan ” Kata Arman menganalisis hal ganjil tadi. Lena kaget kenapa Arman bisa melihat sesuatu yang keluar dari tas itu tapi akhirnya dia maklum karena Arman adalah manusia yang terpilih kelak yang akan menjadi Pelindung bagi Lena dan Tari.
Lena tersenyum. “Bukan apa apa Arman. Itu bukan sesuatu yang menakutkan untuk kalian. Itu tidak menyakiti kakak, Tari. Kau tenang saja.”
“Baiklah kakak”
“Kakak sudah makan belum? Apa mau kuambilkan?” Tanya Arman
“Tidak usah. Aku akan turun untuk makan malam nanti. Masih lama untuk makan malam” kata Lena sambil melirik jam dinding yang menunjukkan angka 5.
“Arman, Tari, kalian sudah mandi atau belum? Jangan main terlalu lama. Kalian juga harus istirahat. Besok kita akan pergi Bersama Ibu” kata Lena mengingatkan adiknya Tari dan Arman.
“Baiklah Kak Lena. Aku akan mandi dan istirahat setelah itu makan malam di bawah Tari, kita selesai ya mainnya. Kau harus mandi dan istirahat. Dengarkan kata Kak Lena” Kata Arman. Tari mengangguk dan kemudian Arman keluar dari kamar Lena dan Tari.
“Aku sayang Kak Lena. Aku ga mau kakak sakit.” Tari memeluk Lena.
Lena mengusap rambut Tari yang bergelombang Hitam dan Panjang dan kemudian menatap mata Tari yang berwarna biru yang sama dengan warna matanya. Hanya saja rambut Lena berwarna merah kecoklatan dan pendek. Itu perpaduan dari orang tua mereka dengan ibu yang keturunan Jepang dan Korea sedangkan Ayah mereka Jawa asli.
“Terima kasih Tari, kakak juga sayang kamu”
Tari mengambil handuknya dan mandi dan Lena menyusul Tari mandi setengah jam kemudian.
Dua jam kemudian, Keluarga besar Pak Romi makan malam Bersama. Terdengar gelak tawa dan keceriaan dari Tari dan Arman serta senyum Bahagia Bu Ratih dan Pak Romi karena mereka akan pergi Bersama besok untuk mendaftarkan sekolah untuk Tari dan Arman.
***
Panglima Tom terjatuh di sebuah pinggiran hutan setelah dia melewati Lorong yang dia lewati. Dia berhasil lolos dari kejaran prajurit Pengikut Raja Nowli dan King Flower. Dengan kesadaran yang cukup tinggi, dia meraih sebuah liontin yang dipakai di lehernya.
“SIna kuharap kau baik baik saja” Harap Tom. Dia memandang ke sekelilingnya. Tak jauh dari pinggiran hutan itu, lampu di sepanjang jalan sudah dimatikan. Dia tahu kalau itu adalah sebuah kota di bumi. Dia pernah diajak oleh Ifan Ketika mencari kakak Ifan yang hilang. Dia lalu merogoh tas kecil yang ada di punggung dan mengeluarkan sesuatu.
“Kuharap ini cukup untuk mencari kalian dan hidup di sini” Kata Tom yang ternyata menggenggam sebuah ATM, buku bank dan sejumlah uang. Ternyata Firasat Ifan sebulan lalu kalau akan ada sesuatu yang terjadi pada keluarganya menjadi kenyataan.
Dia memeriksa badannya yang ternyata terluka cukup parah. Akhirnya dia menandai dan memantrai tempat dia jatuh dan jalur menuju Sungai agar tidak ada manusia masuk. Dia harus istirahat dan menyembuhkan lukanya terlebih dahulu sebelum perjalan mencari keluarga Kerajaan dan istrinya, Dayang Sina. Dia membabat Semak Semak dan memotong motong dahan dan ranting pohon kecil untuk dijadikan tempat berteduh dari panas serta hujan angin. Lalu membuat perapian sederhana untuk menghangatkan badan dan memasak dengan membakar.
Tom berada di pinggiran hutan itu selama hamper 3 minggu. Dia memakan apa saja yang ada di hutan itu dengan cara membakarnya karena tidak mungkin untuk mencari ke luar hutan karena dia sedang memulihkan tenaganya. Kadang kadang Dia juga tidur di atas pohon karena takut ada hewan buas memangsa dirinya.
Setelah 3 minggu berlalu, Tom sudah pulih kembali. Tom yang tahu harus berbuat apa kemudian mengarahkan liontinnya ke arah atas dan liontin itu langsung berkedip kedip dan mengarahkan tangannya ke arah timur. Tom yang melihatnya langsung bergerak dan berjalan kaki ke arah sesuai dengan petunjuk liontin itu.
….
BERSAMBUNG