Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Terluka Parah
...----------------...
Tiba-tiba Christ mengeluarkan pistol daru balik jasnya dan mengarahkannya ke Damian.
Damian sama sekali tidak terkejut, dia sudah menduganya. Namun, ada sesuatu yang lebih membuat darahnya mendidih—cairan merah yang masih menempel di ujung pisau yang terselip di pinggangnya tertutup jasnya tadi.
Jantungnya mencelos.
"Jangan bilang kau sudah melukainya dengan itu?" ucapnya sambil menunjuk pisau dipinggang Christ.
"Tenang, dia masih bernapas... Untuk saat ini." jawabnya sambil terkekeh.
Detik itu juga, Damian kehilangan kesabarannya. Dengan gerakan cepat, dia melempar koper uang ke depan mengalihkan perhatian Christ sesaat.
"Cukup!" teriak Damian.
Ia menerjang Christ dengan kekuatan penuh. Pistol di tangan Christ meletus. Peluru ya meleset hanya beberapa inci dari kepala Damian.
Mereka jatuh ke lantai, berguling dan saling menyerang. Christ bukan lawan yang mudah. Ia pernah pemandu seseorang yang dekat dengan Damian dan itu berarti dia tahu sebagainya besar kelemahannya.
Christ mencoba menusukkan pisaunya, tapi Damian mengananya dengan kedua tangan. Berkelahian begitu sengit sampai mata mereka saling bertemu dalam kemarahan yang membara.
"Apa kau benar-benar sebenci itu padaku?" desis Damian sambil menahan dorongan Christ.
"Aku hanya ingin kau merasakan hal yang sama!"
"Kau yang menipuku. Kau memanfaatkan hartaku. Kau berpura-pura menyukai pria sepertiku! Kau—"
BUGH!
Christ menonjok rahang Damian dengan keras.
"Kau!!" teriak Damian lalu menendang Christ dengan kekuatan penuh hingga ia terhuyung ke belakang. Pistol dalam genggamannya terlempar ke sudut ruangan.
Kesempatan.
Damian melancarkan pukulan keras ke wajah Christ membuat pria itu tersungkur kembali. Namun, ia belum menyerah. Dengan cepat, dia meraih pisaunya kembali dan mencoba menyerang Damian. Damian bergerak cepat, menghindar, lalu mengantam tangan Christ hingga pisau itu terlepas. Dalam hitungan detik, Damian menjatuhkan Christ ke lantai dengan tangan terkunci di belakangnya.
"Dengar baik-baik," suara Damian nyaris seperti bisikan beracun di telinga Christ. "Aku tidak akan membiarkan u menyentuh Anna lagi." Ancamnya.
"Kalau begitu cari dia.. Kalau kau bisa." Jawabnya terkekeh.
Damian semakin berang. Ia mencoba mengatur napasnya yang memburu.
"Masuk!" teriaknya lantang.
Tak lama suara langkah ramai terdengar memasuki gedung. Jeff berjalan mendekat menahan adik tiri Damian yang ketakutan. Christ yang masih tersungkur di lantai meraung marah berusaha memberontak ketika melihat pacarnya ikut ditangkap.
" Kau!" Christ melotot ke arah Damian.
Tanpa menghiraukan amarah Christ, Damian hanya melirik Jeff sekilas.
"Urus mereka. Aku akan mencari Anna."
"Baik. Akan saya bereskan." Jawab Jeff patuh.
Damian langsung berlari menyusuri koridor demo dan gelap dalam gedung tua itu.
Jantungnya berdebar kencang. Langkahnya begitu cepat nyaris berlari dan menendang setiap pintu yang terkunci.
"Anna!" suaranya menggema di dalam gedung.
Namun tak ada jawaban.
Damn it!
Damian menendang seluruh pintu yang ada, hingga pintu terakhir.
"Ku mohon.." harapnya sambil membuang napas pelan mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Damian menendang pintu terakhir itu dengan keras hingga engselnya copot. Saat cahaya dari lorong menerobos masuk ke dalam ruangan gelap itu, napasnya tercekat.
ANNA.
Tubuhnya terkulai dikursi, terikat erat dengan tali kasar yang melukai pergelangan tangannya. Darah mengering di sudut bibirnya yang sobek, pipinya lebam membiru dan wajahnya pucat seperti mayat. Bajunya terkoyak dan terbuka dibeberapa bagian memperlihatkan luka merah dan goresan di kulitnya.
Sialan..
Damian nyaris tak bisa bernapas. Pemandangan di hadapannya lebih dari mimpi buruk. Terakhir yang ia tahu, Anna berada di tempat tidur dengan cambukan pria itu, berarti.. Anna telah disiksa lagi untuk terakhir kalinya.
Dengan pelan, Damian berlutut di depan Anna menyentuh wajahnya yang dingin.
"Anna.." panggilnya dengan suara penuh rasa sakit yang menyesakkan dadanya.
Tak ada respon.
Damian menepuk pipinya lembut mencoba membangunkannya dengan tangan gemetar.
"Anna buka matamu. Aku disini."
Tetap tidak ada jawaban.
Damian mulai panik.
Tangannya gemetar. Ia dengan terburu-buru melepaskan ikatan yang melilit tubuh Anna. Begitu tali itu terlepas, tubuhnya langsung jatuh. Dengan cepat Damian menangkapnya sigap, menekan tubuhnya erat-erat dalam dekapannya.
"Anna, kumohon.." suaranya serak bergetar.
Namun Anna tidak bergerak. Napasnya sangat pelan. Terlalu pelan.
.
.
.
Next👉🏻
Sambil denger kamnh sedih banget😭
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩