Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Utang
Nanti malam Bandi akan datang. Sementara itu uangnya masih kurang meski sudah meminjam ke tetangga dekat.
Hari itu Mawar dan Kisman pergi ke tempat yang sejatinya paling mereka hindari. Yaitu rumah paman Kisman.
Tali silaturahmi di antara mereka sudah sangat lama terputus. Kisman enggan untuk menemui pamannya itu karena sebuah perkataan yang sepele tapi menyakitkan hatinya.
“Apa kamu yakin kita mau ke sana?”, tanya Mawar kepada suaminya.
“Jujur aku tidak yakin”,
“Tapi tidak ada salahnya kita mencoba”, jawab Kisman.
Namun pada saat terhimpit situasi darurat seperti sekarang ini. Mau tidak mau Kisman harus melunakkan hati. Pamannya adalah jalan keluar satu-satunya yang paling masuk akal.
“Assalamualaikum”,
“Waalaikumussalam”,
“Kisman, masya allah”,
“Apa kabar?”,
“Masuk masuk”,
Tiba di rumah pamannya Kisman dan Mawar disambut oleh sepupunya yang tampak terkejut dengan kedatangan tamunya. Sudah bertahun-tahun lamanya Kisman tidak pernah datang lagi ke rumah itu.
Paman Kisman adalah seorang yang tajir melintir. Di tempat pamannya tinggal dia adalah orang yang paling kaya. Rumah besarnya dua kali mewah dibandingkan dengan rumah-rumah warga yang lain.
“Paman ada?”,
“Bapak ada, dia sudah tahu kalau kamu datang”,
“Diminum dulu, kita ngobrol-ngobrol dulu”,
“Kamu sudah lama tidak datang kemari”,
Anak paman yang sewaktu kecil sering bermain bersama dengan Kisman tidak bisa memungkiri menyimpan rasa kangen kepada saudaranya.
Tidak lama paman Kisman pun keluar untuk menemui keponakannya yang datang jauh-jauh.
“Kisman, kapan terakhir kali kita bertemu?”,
“Sudah lama sekali”,
“Paman bagaimana kabarnya?”, tanya Kisman basa-basi.
“Seperti yang kamu lihat sendiri”,
“Aku sudah tidak seperti dulu”,
“Jalanku sudah harus pelan-pelan”,
“Kisman, aku ini sudah tua”,
“Aku minta maaf kepadamu jika aku pernah berbuat salah”,
“Ada perlu apa kalian datang kemari?”,
“Apa yang bisa pamanmu ini bantu?”,
Di luar dugaan Kisman dan Mawar. Ternyata paman Kisman sekarang sudah berubah.
Awalnya Kisman dan Mawar berpikir adalah sebuah kesalahan untuk datang menemui pamannya. Paman Kisman dikenal sebagai seorang yang pelit.
Tapi hari ini dengan begitu mudahnya paman Kisman mau meminjamkan sejumlah uang untuk membantu keponakannya yang mengaku sedang dalam keadaan terdesak.
“Aku janji akan segera mengembalikannya”, Kisman mengucap janji.
“Jika kalian butuh pekerjaan kalian bisa bekerja di tempatku”, balas paman Kisman.
Setelah menerima pinjaman uang dari pamannya, kerasnya hati dan sikap Kisman kepada pamannya selama ini seketika luluh.
Ia ingat betul ketika pamannya datang ke rumah satu tahun yang lalu untuk melayat ketika Seroja meninggal.
Kisman menyesal. Waktu itu ia sama sekali tidak mau untuk menemui pamannya meski ia sudah ditunggu selama berjam-jam.
*
Malam jumat kliwon, tepat tengah malam
“Tok…”,
“Tok…”,
“Tok…”,
“Tok…”,
“Ada yang mengetuk pintu pak”, kata Mawar.
“Itu Bandi, kuat-kuatkan hatimu”, kata Kisman.
Kisman dan Mawar yang sudah siap secara persyaratan dan nyali membukakan pintu.
“Sudah waktunya”, Bandi di balik pintu.
Dari rumah Kisman mereka bertiga berjalan menuju ke jalan raya dimana Bandi memarkir mobil.
Sebuah mobil tua serba hitam yang telah menanti dengan tidak sabar untuk mengantar Kisman dan Mawar.
Di tengah malam yang dingin itu mereka sama-sama tidak banyak bicara.
Sesuai arahan dari Bandi di pertemuan sebelumnya, Kisman dan Mawar duduk di kursi belakang.
Sedangkan Bandi yang mengemudi duduk di depan sendirian.
“Kita berangkat”,
Mobil tua itu mulai bergetar,
Melaju perlahan hingga cepat lalu hilang ditelan gelapnya malam
“Apakah tempatnya jauh?”,
“Aku akan memberitahu kalian ketika sampai di sana”, jawab Bandi.
“Jika di jalan kalian melihat sesuatu”,
“Diamkan saja”,
Bandi mengulangi apa yang pernah ia sampaikan sebelumnya.