Dewa adalah seroang Tentara Bayaran yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya didunia hitam, dia tergabung dalam pasukan ibils neraka bersama empat temannya.
setelah merasa pekerjaannya terlalu berbahaya dia kemudian memilih pensiun setelah terakhir kali mereka menyelamatkan seorang Dokter yang Cantik.
Setelah menajalani masa pensiunnya ternyata Dewa masih terlibat dengan berbagai masalah yang datang dari masa lalunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black urang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
misi balas dendam
Dia lalu membaca pesan tersebut lalu buru-buru berdiri menuju pintu rumahnya.
Tidak sempat mengunci pintu rumahnya dia berlari kecil kerumah Dokter tetangganya itu
Sesampainya di depan rumah Vanda, dia mengetuk pintu rumah itu. Dari dalam rumah Vanda membuka pintu dan mempersilahkan Dewa masuk.
Vanda langsung membawa Dewa keruang makan, selama mereka bertemu dari pintu sampai diruang makan Vanda belum membuka mulutnya, mukanya juga terlihat manyun.
Menyadari ekspresi Wanita itu Dewa mulai kebingungan, dia mulai berpikir apa yang salah.
"Ayo makan.." kata Dewa sambil tersenyum.
"Hmm..."
"Hari ini kamu tidak kemana-mana?" tanya Dewa lagi
"Hmm..." hanya itu yang keluar dari mulut Vanda, dia menyuap makanan sambil menunduk.
"Maaf tadi ponsel mati, semalam tidak sempat charge" jelas Dewa.
"Seharian kemana saja?"
"Di kafe cabang, ada beberapa masalah disana" jawab Dewa sambil memasukan makanan kemulutnya.
"Oh...."
"Maaf yah...." Sambil tersenyum Dewa melihat Vanda yang fokus dengan makanannya.
Dia hanya balas dengan anggukan.
Acara makan malam berdua yang dibumbui adegan Vanda yang ngambek itu akhirnya selesai.
Mereka kemudian membersihkan tempat makan, walau Vanda tidak mengizinkan Dewa untuk membantu tapi dia tetap kekeh untuk mengangkat dan membilas piring yang Vanda cuci.
Setelah itu mereka berdua duduk diruang tengah rumah Vanda, sambil menonton film horor.
Walau hanya Vanda yang fokus menonton Dewa tetap menemaninya, dia takut gadis itu ngambek lagi.
Berapa kali Vanda teriak ketakutan sendiri melihat adegan yang serem di film itu. Vanda yang ketakutan memeluk lengan Dewa, kadang dia mencakar lengan Dewa karena gemes melihat adegan film itu.
Film itu hampir selesai, Vanda yang dari tadi memeluk lengan Dewa sudah tidak bergerak lagi. Terdengar dengkuran halus darinya, mendengar itu Dewa menoleh, dia melihat Gadis itu sudah tertidur dibahunya.
Dewa tersenyum melihatnya, dia kemudian memindahkan kepala Vanda kepangkuannya.
Dewa tidak enak membangunkannya, karena tidak tau harus berbuat apalagi Dewa yang belum ngantuk lanjut menonton film horor itu sampai selesai.
Tidak lama filmnya sudah selesai, Dewa kemudian mengangkat gadis yang ngambekan itu kekamarnya. Dia membaringkan Vanda ditempat tidur, kemudian menyelimutinya sampai dada. Mendekati kening Vanda, Dewa kemudian mengecup keningnya. Setelah itu dia meninggalkan kamar Vanda tanpa suara.
Sebelum meninggakan rumah Vanda, dia mematikan televisi lalu keluar dari rumah itu.
Sementara Vanda yang sebenarnya terjaga tepat ketika menggendongnya kekamar, jantung gadis itu bedetak seperti genderang. Ketika Dewa menutup pintu kamarnya, Gadis itu seperti tidak rela. Tapi dia malu untuk menghentikan Dewa yang keluar dari kamarnya.
Vanda memikirkan adengan ciuman kening dari Dewa tadi, tapi karena rasa kantuk yang menyerangnya tidak bisa ditahan lagi dia kemudian tertidur. Mimpi indahnya malam itu menambah suasana hatinya semakin indah saja.
*****
Di rumah sakit kota Palapa, pagi itu Dude yang sudah dua minggu dirawat akhirnya check out setelah dokter mengizinkan.
Zizau dan Martin menunggu selama Dude dirawat, mereka menjemput dan mengantar Dude ke hotel.
Dude belum dibolehkan untuk berpergian jauh, karena itu mereka masih dua hari lagi berada di kota Palapa.
"Apa Adam sudah berangkat dari Mandar?" tanya Zizau setelah mereka berada di kamar Hotel.
"Mungkin tiga puluh menit lagi dia sudah tiba disini"
"Malam ini kita akan meyelesaikan misi yang tertunda, Dude kamu istirahat saja di Hotel" kata Zizau sambil mengulir gadget ditangannya.
"Apakah tidak memberitahu Dewa juga untuk terlibat dalam misi ini?" tanya Dude.
"Kita tidak bisa untuk terus melibatkan Dewa, Dud. Sekarang biarkan dia menikmati masa pensiunnya", raut muka Zizau seperti tidak suka ketika Dude menyebut nama Dewa.
Sebelumnya Zizau dan Martin sempat berniat melibatkan Dewa dalam misi ini. Tapi karena Dewa mengatakan harus menunggu informasi yang valid dulu, mereka akhirnya memutuskan tidak mengajaknya.
Tidak lama kemudian Adam yang ditunggu akhirnya tiba juga di hotel itu. Mereka bertiga kemudian membuat rencana melakukan misi. Misi kali ini dipimpin oleh Zizau, mereka akan Ke sebuah kota kecil dengan nama Lapopo.
Misi mereka untuk mengejar dan membalas dendam atas kematian God Father yang ternyata dibunuh oleh seorang Pembunuh bayaran yang menjadi musuh mereka selama ini.
*****
Nun jauh di kota Mandar, Dewa yang pagi-pagi dibangunkan oleh Vanda untuk minta diantar akhirnya bangun sebelum jam biasanya.
Setelah mengantar Vanda ke Rumah Sakit, Dewa pergi ke toko pakaian anak. Dia membeli beberapa lembar pakaian, setelah itu dia masuk ke super market dia membeli susu untuk bayi dan ibu menyusui.
Kemudian dia meninggalkan pertokoan itu, lalu pergi dengan mobilnya menuju kerumah Dude.
Sudah hampir sebulan Dewa belum mengunjungi istri Dude dan anaknya.
Semenjak berselisih dengan rekan-rekannya mereka jarang bertemu, selama ini istri-istri rekan Dewa sering menanyakan kabarnya, dia memberikan alasan sedang ada kesibukan.
Ketika sampai di rumah Dude, Dewa langsung masuk kedalam rumah karena pintu rumah terbuka. Dewa mendengar suara bayi dari kamar, dia lalu menghampiri kamar bayi itu. Melihat bayi yang menangis itu Dewa merasa iba dia kemudian mengangkat bayi itu lalu menggendongnya.
Seketika si bayi langsung diam dan tertawa karena Dewa mengelitik perutnya.
Tidak lama kemudian istri Dude, Sonia muncul dari pintu belakang membawa keranjang cucian.
"Dewa....kenapa kamu baru kemari?" tanya wanita itu dengan raut muka kesal.
"Maaf kemarin-kemarin saya lagi urus pembukaan cabang kafe, si Junior kayaknya lapar, buatkan dia susu"
"Tunggu sebentar....kamu main dengannya dulu"
"Oke....cepatan, tangan saya mulai pegal....hahahahahaa"
"Tunggu...."
Junior yang asik digendongan Dewa mulai rengek lagi. Untungnya tidak lama Sonia datang membawa dot dengan isi susu.
Dewa kemudian menyerahkan Junior kegendongan ibunya. Dia lalu duduk di sofa, dia mengambil paperbag kemudian meletakkan diatas meja.
Melihat barang bawaan Dewa itu, istri Dude itu meraihnya kemudian dia melihat isinya.
"Dewa, kamu baru kali ini berkunjung hanya bawa beginian saja?"
Dewa yang tidak marah atau malu dengan pertanyaan Sonia hanya tersenyum.
"Bagaimana keadaan dapur kalian?"
"Huh....apa kalian tidak berencana untuk mencari pekerjaan lain?, sebagian karyawan sudah mengundurkan diri, toko sudah sebulan terakhir tidak ada pemasukan, banyak barang dari distributor yang belum bayar.
"Kamu masih punya pegangan sekarang?"
"Masih ada, tapi saya bingung bagaimana caranya untuk kebutuhan yang lainnya kedepan, susunya Junior saja hampir habis , Dewa."
Dewa mendengar keluhan Sonia sambil mengotak-atik ponselnya, tidak lama kemudian ponsel Sonia berbunyi, sebuah notiikasi pesan masuk di ponselnya.
Sonia yang mendengar suara ponselnya mangambil ponsel itu lalu membaca notifikasi yang masuk.
Setelah melihat notifikasi dari bank dengan pengirim Dewa, sekita ibu anak satu itu menoleh dan air matanya jatuh dari sudut matanya.
"Dewa, terimakasih...tapi yang sebelumnya kamu pinjami ke kami belum kami balikin, kenapa kamu kasih lagi?"
"Kita ini keluarga, sesama anggota keluarga tidak ada istilah utang, yang penting kamu fokus membesarkan si Junior saja"
Setelah itu Dewa pamit, dia mengelus kepala si Junior sebelum meninggalkan rumah Dude.
*****
Sementara itu Zizau, Martin dan Adam sudah berangkat menuju kota Lapopo.
Mereka menggunakan mobil Jeep, didalam mobil itu sudah ada beberapa jenis senjata api.
Mereka akan melakukan balas dendam dan menyelesaikan misi yang gagal terakhir kali mereka menerima sebuah misi dari klien mereka.
Tidak lama kemudian mereka memasuki kota Lapopo, mereka sudah mulai bersiap-siap.
Sebuah gubug kecil diluar kota Lapopo sudah mulai terlihat dari kejauhan.
Dari informasi yang mereka dapatkan kalau untuk sementara si pembunuh berada di gubug itu.
*****
(BERSAMBUNG)