NovelToon NovelToon
TAKDIR DIBALIK CINCIN (Gadis Kesayangan Oppa)

TAKDIR DIBALIK CINCIN (Gadis Kesayangan Oppa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Amelia's Story

Nesya, seorang gadis sederhana, bekerja paruh waktu di sebuah restoran mewah, untuk memenuhi kebutuhannya sebagai mahasiswa di Korea.

Hari itu, suasana restoran terasa lebih sibuk dari biasanya. Sebuah reservasi khusus telah dipesan oleh Jae Hyun, seorang pengusaha muda terkenal yang rencananya akan melamar kekasihnya, Hye Jin, dengan cara yang romantis. Ia memesan cake istimewa di mana sebuah cincin berlian akan diselipkan di dalamnya. Saat Nesya membantu chef mempersiapkan cake tersebut, rasa penasaran menyelimutinya. Cincin berlian yang indah diletakkan di atas meja sebelum dimasukkan ke dalam cake. “Indah sekali,” gumamnya. Tanpa berpikir panjang, ia mencoba cincin itu di jarinya, hanya untuk melihat bagaimana rasanya memakai perhiasan mewah seperti itu. Namun, malapetaka terjadi. Cincin itu ternyata terlalu pas dan tak bisa dilepas dari jarinya. Nesya panik. Ia mencoba berbagai cara namun.tidak juga lepas.

Hingga akhirnya Nesya harus mengganti rugi cincin berlian tersebut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenapa Dia Selalu Mengganggu Pikiranku

Pagi itu, Nesya berdiri di depan cermin mengenakan blazer hitam dan rok pensil senada. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debaran di dadanya. Meskipun ia fasih berbahasa Korea dan memiliki pengalaman kuliah manajemen di sana, tetap saja ia merasa gugup.

“Bisa, Nesya. Kamu pasti bisa,” gumamnya pada diri sendiri sebelum mengambil tasnya dan bergegas keluar kamar.

Saat sarapan, ibunya menatapnya penuh harap. “Semoga lancar ya, Nak. Ibu yakin kamu pasti diterima.”

“Aamiin, Bu,” jawab Nesya dengan senyum kecil.

Di perjalanan menuju kantor yang akan menginterview-nya, pikirannya melayang ke masa-masa di Korea. Ada sedikit rasa rindu, tapi ia segera mengusirnya. Ini awal baru, kehidupan baru. Ia harus fokus.

Sesampainya di lobi perusahaan Korea tempat ia akan interview, Nesya kembali menarik napas panjang, lalu melangkah mantap ke dalam.

Nesya berdiri di dekat pintu masuk ruangan interview, matanya membelalak melihat puluhan orang yang juga datang melamar pekerjaan. Beberapa di antaranya tampak percaya diri, berbicara dengan bahasa Korea yang lancar, sementara yang lain sibuk membaca ulang CV mereka atau mempersiapkan diri.

Jantung Nesya berdebar lebih kencang. “Ya Allah, semoga aku diberi kesempatan,” batinnya sambil terus berdoa dalam hati.

Ia melirik nomor antrean di tangannya—nomor 37. Masih cukup lama sebelum gilirannya tiba. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. "Aku sudah sejauh ini, aku pasti bisa," gumamnya pelan.

Saat namanya dipanggil, Nesya menegakkan punggungnya, menghembuskan napas terakhir sebelum masuk ke dalam ruangan. Hari ini adalah langkah awal untuk memulai kembali hidupnya.

Nesya melangkah masuk ke ruangan interview dengan penuh percaya diri. Di dalam, ada tiga orang pewawancara yang duduk dengan ekspresi serius. Salah satunya adalah pria Korea paruh baya yang terlihat seperti pemimpin tim, sementara dua lainnya tampak lebih muda.

“Silakan duduk, Nona Nesya,” ucap pria paruh baya dalam bahasa Korea yang fasih.

Nesya mengangguk sopan dan duduk dengan tenang. Ia sudah mempersiapkan segala kemungkinan, termasuk pertanyaan sulit.

“Ceritakan tentang diri Anda dan pengalaman kerja atau studi Anda,” tanya salah satu pewawancara wanita.

Dengan senyum hangat, Nesya menjawab dalam bahasa Korea yang lancar, menjelaskan latar belakang pendidikannya di Korea, pengalamannya dalam manajemen, serta kemampuannya dalam beradaptasi di lingkungan baru. Para pewawancara tampak terkesan dengan kefasihannya.

“Kenapa Anda ingin bekerja di perusahaan kami?” pria paruh baya itu bertanya lagi.

Nesya menarik napas dan menjawab dengan penuh keyakinan, “Saya memiliki pengalaman belajar dan memahami budaya kerja di Korea. Saya yakin bisa memberikan kontribusi dengan menghubungkan tim lokal dengan mitra Korea secara lebih efektif.”

Sesi wawancara terus berjalan lancar, hingga akhirnya salah satu pewawancara menutupnya dengan senyuman. “Terima kasih, Nona Nesya. Kami akan memberi kabar dalam waktu dekat.”

Nesya keluar dari ruangan dengan perasaan lega. Apa pun hasilnya, ia tahu telah memberikan yang terbaik. Kini, ia hanya bisa berdoa dan menunggu hasilnya dengan penuh harapan.

Setelah sesi wawancara yang panjang, para pewawancara mulai berdiskusi satu sama lain. Salah satu dari mereka, pria paruh baya yang tampaknya adalah kepala HR, tampak tertarik dengan jawaban Nesya ketika ia menyebutkan bahwa ia pernah bekerja di sebuah perusahaan besar di Korea.

“Anda bilang pernah bekerja di Korea? Bisa ceritakan lebih lanjut?” tanyanya dengan nada penuh minat.

Nesya mengangguk dan menjelaskan, “Saya sempat magang di salah satu perusahaan besar di Seoul, dan bekerja di sana selama beberapa waktu. Saya juga mengenal CEO-nya secara pribadi karena beberapa kali terlibat dalam proyek internal.”

Para pewawancara saling pandang, tampak semakin tertarik. “CEO yang Anda maksud… siapa namanya?” tanya salah satu dari mereka.

Nesya menyebutkan nama CEO tersebut dengan percaya diri. Seketika, pria paruh baya itu tersenyum dan mengangguk. “Saya mengenal CEO itu. Perusahaannya memiliki reputasi sangat baik. Jika Anda pernah bekerja di sana dan mengenalnya, itu adalah nilai tambah yang besar.”

Nesya tetap menjaga ekspresi tenang, meskipun dalam hatinya ia merasa lega. Sepertinya jawabannya telah memberikan kesan yang kuat.

“Baiklah, Nona Nesya. Kami tidak perlu berpikir lama,” kata pria itu sambil tersenyum. “Selamat, Anda diterima di perusahaan kami.”

Nesya terkejut sejenak sebelum akhirnya mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa syukur. Ia tidak menyangka bahwa pengalamannya di Korea akan menjadi faktor utama yang membuatnya lolos. Kini, babak baru dalam hidupnya telah dimulai.

"Alhamdulillah, ternyata enggak sia-sia ya, ketemu oppa korea itu, setidaknya meski dia nyebelin tapi lumayanlah dia cukup terkenal ternyata di dunia bisnis." Nesya terlihat riang sekaligus kesal.

Nesya duduk di bangku halte sambil memeluk map berisi dokumen dari perusahaan yang baru saja menerimanya. Wajahnya masih dipenuhi senyuman lega. Angin sore berhembus lembut, membuat rambutnya sedikit berantakan. Saat ia hendak mengecek ponselnya, suara klakson mobil menarik perhatiannya.

“Nesya!”

Dirga menurunkan kaca mobilnya dan tersenyum lebar. “Aku kebetulan lewat. Ayo, aku antar pulang,” katanya santai.

Nesya ragu sejenak. “Ah, nggak usah, Dirga. Aku bisa naik bus.”

Dirga tertawa kecil. “Udahlah, jangan sok mandiri terus. Kita kan teman. Masa kamu tega nolak tumpangan gratis?”

Nesya menghela napas lalu tersenyum kecil. Dia tahu Dirga hanya berniat baik, dan dia juga tidak ingin terlalu lama menunggu bus sendirian. “Baiklah,” jawabnya akhirnya.

Ia masuk ke mobil dan mengenakan sabuk pengaman. Mobil pun melaju dengan nyaman di jalanan kota yang mulai padat.

“Gimana interview-nya?” tanya Dirga sambil tetap fokus mengemudi.

“Alhamdulillah, aku diterima,” jawab Nesya dengan nada riang.

Dirga menoleh sekilas dan tersenyum. “Wah, selamat! Aku yakin kamu bakal diterima. Kamu kan pintar.”

Nesya terkekeh. “Terima kasih. Tapi aku juga nggak nyangka, ternyata pengalaman kerjaku di Korea cukup membantu.”

“Kamu tuh hebat, Nes,” kata Dirga dengan nada bangga. “Aku yakin, ini awal yang baik buat kamu.”

Nesya menatap keluar jendela, melihat matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Ia merasa tenang dan nyaman. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hidupnya terasa lebih ringan. Ia tak menyadari bahwa Dirga sesekali meliriknya, seakan ingin memastikan bahwa Nesya benar-benar bahagia.

Saat mobil mulai memasuki kawasan rumahnya, Nesya menoleh dan tersenyum. “Makasih ya, Dirga. Udah repot-repot anterin aku.”

“Selalu siap buat temanku yang luar biasa ini,” jawab Dirga sambil tersenyum lebar.

Nesya tertawa kecil sebelum turun dari mobil. “Hati-hati di jalan.”

Dirga mengangguk, lalu melajukan mobilnya pelan. Nesya menghela napas panjang sebelum melangkah masuk ke rumah. Hari ini adalah awal dari perjalanan barunya. Tanpa ia sadari, di tempat lain, ada seseorang yang diam-diam masih terus memikirkannya—Jae Hyun.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

Jae Hyun duduk di kursi kerjanya dengan pandangan kosong. Tangannya memegang cutter, ragu-ragu saat menatap paket yang sudah berbulan-bulan teronggok di sudut meja. Paket itu berasal dari pihak wedding organizer yang menangani pernikahannya dengan Nesya—pernikahan yang kini terasa seperti bayangan samar di masa lalu.

Dengan helaan napas berat, akhirnya dia memutuskan untuk membukanya. Cutter meluncur di sepanjang selotip, lalu Jae Hyun menarik keluar isinya satu per satu.

Di dalamnya, ada sebuah album foto pernikahan, undangan, serta rekaman video dalam bentuk flashdisk. Jae Hyun menatap album itu lama, sebelum akhirnya membuka halaman pertama.

Matanya langsung disambut oleh foto dirinya dan Nesya di hari pernikahan. Nesya mengenakan gaun putih sederhana, dengan hijab yang membingkai wajahnya dengan anggun. Senyumnya terlihat tulus, meski mata itu menyimpan sesuatu—mungkin keengganan, atau mungkin kepasrahan.

Jae Hyun terdiam. Dia ingat betul hari itu, saat mereka mengucapkan janji pernikahan yang sebenarnya tidak pernah benar-benar mereka yakini. Saat keluarganya bahagia, tapi dia sendiri masih penuh keraguan.

Halaman demi halaman ia buka. Ada foto mereka saat berdiri berdampingan, saat Nesya menunduk malu, saat mereka dipaksa saling menatap oleh fotografer. Entah sejak kapan, senyum samar terbit di wajah Jae Hyun.

Kemudian, ia menemukan sesuatu yang tidak ia sangka, selembar kertas kecil yang terselip di antara halaman album. Sebuah catatan tangan Nesya.

"Semoga kelak kita bisa menemukan kebahagiaan kita masing-masing. Aku berdoa, suatu hari nanti, kita bisa mengingat ini sebagai bagian dari perjalanan, bukan penyesalan."

Jae Hyun terpaku. Dadanya terasa sesak, seakan baru menyadari sesuatu yang selama ini dia abaikan.

Nesya mungkin sudah pergi. Tapi mengapa rasanya justru semakin dekat?

" Gadis itu, kenapa selalu mengganggu pikiranku?"

bersambung....

1
Greenindya
lanjut thor
ceritanya bikin deg-degan
Amelia's Story: siap,.🥰🥰🥰
total 1 replies
Dea lestari tari
cerita yg menark
Serenarara
Semangat ya thor nulisnya.
Amelia's Story: siap terimakasih ka sudah mampir
total 1 replies
seftiningseh@gmail.com
jangan lupa dukungan nya di novel aku judul nya istri kecil tuan mafia yaa kak
semagat terus yaa kak
Amelia's Story: siap ka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!