NovelToon NovelToon
TAKDIR DIBALIK CINCIN (Gadis Kesayangan Oppa)

TAKDIR DIBALIK CINCIN (Gadis Kesayangan Oppa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Amelia's Story

❗️Kisah hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama atau tempat itu ketidaksengajaan

Nesya, seorang gadis sederhana, bekerja paruh waktu di sebuah restoran mewah, untuk memenuhi kebutuhannya sebagai mahasiswa di Korea. Namun takdir membawanya menikah dengan laki-laki tampan dan kaya di korea.

Hari itu, suasana restoran terasa lebih sibuk dari biasanya. Sebuah reservasi khusus telah dipesan oleh Jae Hyun, seorang pengusaha muda terkenal yang rencananya akan melamar kekasihnya, Hye Jin, dengan cara yang romantis. Ia memesan cake istimewa di mana sebuah cincin berlian akan diselipkan di dalamnya. Saat Nesya membantu chef mempersiapkan cake tersebut, rasa penasaran menyelimutinya. Cincin berlian yang indah diletakkan di atas meja sebelum dimasukkan ke dalam cake.

Tanpa berpikir panjang, ia mencoba cincin itu di jarinya, hanya untuk melihat bagaimana rasanya memakai perhiasan mewah seperti itu. Namun, malapetaka terjadi. Cincin itu ternyata terlalu pas dan tak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Tahu Kapan Kembali Ke Korea

Nesya merapikan tasnya dengan cepat dan berjalan cepat menuju pintu keluar kantor. Ia tidak ingin berlama-lama di tempat ini, terutama setelah kejadian tadi di ruangan Jae Hyun. Kepalanya masih dipenuhi berbagai pikiran, dan satu-satunya yang ia inginkan sekarang adalah pulang dan menenangkan diri.

Begitu keluar dari gedung, ia segera menuju halte busway. Namun, langkahnya terhenti saat sebuah mobil mewah berhenti tepat di sampingnya. Jendela mobil itu perlahan turun, memperlihatkan sosok Jae Hyun di balik kemudinya.

"Masuk, aku antar pulang," ucapnya singkat.

Nesya menatapnya tajam, lalu menghela napas dalam. "Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri."

Jae Hyun mengernyit, tampak tidak puas dengan jawaban itu. "Nesya, sudah malam. Kenapa harus naik busway kalau aku bisa mengantarmu?"

"Karena aku ingin. Aku ingin menjalani hidupku tanpa campur tanganmu lagi, Jae Hyun," jawab Nesya dengan nada tegas.

Mereka saling bertatapan sejenak, hingga akhirnya Jae Hyun menghela napas berat. Ia tahu Nesya keras kepala, tetapi entah kenapa kali ini ia benar-benar merasa ditolak sepenuhnya.

"Baiklah, kalau itu maumu," ujarnya pelan, lalu menutup jendela dan melajukan mobilnya pergi.

Nesya menghela napas lega, tetapi entah kenapa ada perasaan aneh di hatinya saat melihat mobil Jae Hyun menjauh. Ia menggigit bibirnya, lalu buru-buru naik ke busway yang datang, berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia sudah mengambil keputusan yang benar.

Dari dalam mobilnya, Jae Hyun memperhatikan bus yang dinaiki Nesya dengan tatapan penuh pertimbangan. Ia tahu Nesya menolaknya, tapi entah kenapa hatinya tidak bisa membiarkan gadis itu pergi begitu saja.

"Ikuti bus itu sampai dia turun," perintahnya pada supir.

Supirnya mengangguk dan mengikuti bus dalam jarak aman, sementara Jae Hyun bersandar di kursinya, matanya tetap terpaku pada bayangan Nesya di dalam bus. Ia masih bisa melihat siluet gadis itu yang duduk di dekat jendela, menatap keluar dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Beberapa saat kemudian, bus berhenti di halte. Jae Hyun melihat Nesya turun, lalu membuka aplikasi di ponselnya—memesan ojek online. Ia tampak begitu mandiri, seolah tidak butuh siapa pun.

Jae Hyun mengepalkan tangannya. Sejak kapan ia peduli sejauh ini pada seseorang? Apa yang membuatnya terus-terusan ingin mendekati Nesya?

Saat ojek Nesya datang, Jae Hyun hanya bisa menghela napas dan melihatnya pergi.

"Ayo pulang," katanya akhirnya pada supirnya.

Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu ini belum selesai.

Setibanya di apartemen mewahnya, Jae Hyun melepas jasnya dengan kasar dan melemparkannya ke sofa. Ia berjalan ke arah minibar, menuangkan segelas air dingin, lalu meneguknya dalam satu tarikan napas.

Pikirannya masih dipenuhi oleh Nesya. Gadis itu selalu terlihat kuat, tapi air matanya tadi di kantornya masih terbayang jelas di benaknya. Ia tahu dirinya telah bertindak keterlaluan, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang terus mengganggunya sejak perpisahan mereka di Korea.

"Sampai kapan aku akan di Indonesia?" gumamnya pelan, memandangi pemandangan kota dari balik jendela apartemen.

Ia datang ke sini dengan tujuan bisnis, tapi setelah bertemu Nesya lagi, segalanya jadi lebih rumit. Haruskah ia benar-benar melupakan gadis itu dan fokus pada pekerjaannya? Ataukah ia harus menghadapi perasaannya sendiri?

Ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah pesan dari ibunya di Korea muncul di layar.

Ibu: Kapan kamu kembali? Apa kamu sudah menyelesaikan urusanmu di sana?

Jae Hyun menghela napas panjang. Ia tak tahu harus menjawab apa. Sebab, jujur saja, ia sendiri belum tahu apa yang sebenarnya ia cari di Indonesia selain… Nesya.

Jae Hyun : "Aku tidak tahu bu, mungkin bulan depan atau bulan depannya lagi entahlah."

Ibu :"Hei..., anak ini kerasukan setan sana ya, kok bisa kamu enggak tahu kapan mau pulang?"

Jae Hyun :Sudah bu, aku lelah, mau istirahat.

Ibu: Ya sudah,jaga dirimu baik-baik.

Di rumah sederhana yang penuh kehangatan itu, Nesya duduk di ruang tamu bersama ibunya, sementara Nisya baru saja pulang dari shift panjangnya di rumah sakit. Kakaknya yang berusia lebih tua darinya itu langsung melepas jilbabnya, mengikat rambutnya ke atas, lalu duduk di samping Nesya sambil menghela napas panjang.

"Capek banget hari ini," keluh Nisya sambil mengambil segelas air putih di meja. "Pasien lagi banyak, dan aku kebagian shift malam lagi besok."

Nesya tersenyum tipis, memahami betapa sibuknya kakaknya yang seorang perawat. "Kamu tetap harus jaga kesehatan, Kak," ucapnya lembut.

Sang ibu yang tengah merajut di sudut ruangan menatap putri bungsunya. "Gimana kerjaan barumu, Nesya? Betah?" tanyanya dengan nada penuh kasih.

Nesya menelan ludah sejenak sebelum menjawab. "Alhamdulillah, Bu. Masih beradaptasi. Orang-orangnya… ya, ada yang baik, ada juga yang sebaliknya."

Nisya melirik adiknya, menyadari ada sesuatu yang disembunyikan. "Ada masalah?" tanyanya tajam.

Nesya menggeleng cepat. "Enggak, Kak. Cuma masih menyesuaikan diri aja."

Dalam hati, Nesya ingin menceritakan tentang Jae Hyun yang tiba-tiba muncul kembali dalam hidupnya, tentang tatapan pria itu yang terasa membingungkan, dan tentang bagaimana dirinya malah semakin sering memikirkannya. Tapi ia ragu. Ia tidak ingin membuat keluarganya khawatir.

"Kalau ada apa-apa, cerita sama Kakak, ya," ujar Nisya, meremas lembut tangan adiknya.

Nesya hanya tersenyum tipis, lalu mengangguk. Malam itu, ia kembali teringat percakapannya dengan Jae Hyun di kantor. Apakah pria itu benar-benar masih peduli padanya? Atau semua ini hanya permainan perasaan semata?

Ibu Nesya duduk di samping putri bungsunya dengan penuh kasih sayang. Di depannya, sepiring nasi hangat dengan lauk kesukaan Nesya masih utuh, sama sekali tidak tersentuh.

"Nesya, kamu kenapa, Nak? Dari tadi cuma diem aja, nggak mau makan," tanya ibunya lembut, tangannya mengusap punggung Nesya.

Nesya menunduk, menggigit bibirnya pelan. "Aku nggak lapar, Bu," jawabnya singkat.

Sang ibu menghela napas, lalu mengambil sendok dan mulai menyuapi Nesya seperti saat kecil dulu. "Kalau kamu nggak lapar, setidaknya makan sedikit aja buat tenaga, ya? Ibu yang suapin."

Awalnya Nesya menolak, tapi melihat tatapan penuh kasih dari ibunya, akhirnya ia membuka mulutnya perlahan. Sendokan pertama masuk, dan ia merasa ada kehangatan luar biasa di hatinya. Di saat dirinya merasa bingung dan tertekan dengan semua yang terjadi di kantor, ibunya tetap ada di sisinya, tanpa banyak bertanya, tanpa menuntut apa pun.

"Bu…" suara Nesya terdengar lirih, hampir seperti bisikan. "Kenapa hidup terasa rumit, ya?"

Ibunya tersenyum lembut, menyuapi Nesya lagi sebelum menjawab. "Karena hidup memang penuh ujian, Nak. Tapi kamu nggak sendiri. Ada Ibu, ada Kak Nisya, dan yang paling penting, ada Allah. Jadi jangan terlalu dipikirin sendiri, ya?"

Air mata Nesya hampir jatuh, tapi ia menahannya. Ia tahu, ibunya benar. Setidaknya di rumah ini, ia masih punya tempat untuk bersandar. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia terus menghabiskan makanannya perlahan, ditemani tangan hangat sang ibu yang selalu penuh kasih sayang.

"Bu, maaf ya Nesya belum bisa menjadi anak yang membuat ibu bangga."Nesya dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak apa-apa nak,bagi ibu kamu anak yang sangat hebat."Sang ibu memeluk putrinya.

1
Dhewyy Aditya
❤️❤️❤️❤️❤️
Dhewyy Aditya
Emosinya nyampe ke aku thor,jadi bukan sekedar percakapan biasa tanpa rasa.gregetnya dapet jadi berasa kyk aku lg duduk nontonin langsung mereka berantem.👍👍👍
Amelia's Story: thanks ya ka 🥰
total 1 replies
IamEsthe
"Tuan, aku akan membayarnya. Aku akan bekerja lebih keras lagi agar bisa bla blabla," Nesya
IamEsthe: Sama-sama ya dan aku bikin 'suhu' btw /Sweat//Sweat//Sweat/
Amelia's Story: Luar biasa ada suhu nih mampir ,terimakasih ya suhu sudah berkenan mampir di buku ini 🙏
total 2 replies
Greenindya
lanjut thor
ceritanya bikin deg-degan
Amelia's Story: siap,.🥰🥰🥰
total 1 replies
Dea lestari tari
cerita yg menark
Serenarara
Semangat ya thor nulisnya.
Amelia's Story: siap terimakasih ka sudah mampir
total 1 replies
seftiningseh@gmail.com
jangan lupa dukungan nya di novel aku judul nya istri kecil tuan mafia yaa kak
semagat terus yaa kak
Amelia's Story: siap ka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!