Area Dewasa, 21+
Loli tidak menyangka bahwa nasip buruk akan menimpa nya. Ia harus hancur di tangan calon kakak iparnya sendiri.
Menjelang pernikahannya, teman-teman Marcell mengadakan Bachelor Party untuknya. Namun Marcell tidak menyangka bahwa malam itu adalah awal dari segala kerumitan dalam hidupnya. Akibat obat perangsang yang teman-temannya berikan membuat Marcell melakukan hal yang paling bejat. Merenggut kesucian Loli sang calon adik ipar.
Tatapan penuh luka dari gadis yang meringkuk memegang erat selimutnya terus menghantui Marcell. Ia harus memilih dua hal tersulit dalam hidupnya. Melanjutkan pernikahan dan lari dari tanggung jawab atau melepaskan gadis yang dicintainya untuk sebuah pertanggung jawaban.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Lima
Nala yang baru saja pulang dari kantor menatap perih pada Marcell dan Loli yang baru saja turun dari mobil. Ada rasa iba melihat raut kesedihan yang masih terbaca di wajah Loli, ia sangat mengerti bahwa Loli sama sekali tak menginginkan ini terjadi. Namun menyaksikan perhatian Marcell yang begitu besar pada Loli membuat Nala dirundung kecewa. Rasa iba nya pada Loli tertutup kabut amarah yang begitu tebal. Bagaimana Marcell begitu menjaga langkah Loli mengoyakkan hati Nala hingga menjadi serpihan-serpihan yang begitu pedih.
"Kak Nala baru pulang?" sapa Loli dengan suara lembutnya saat mereka berpapasan. Ini pertemuan pertama mereka selepas terbukanya semua rahasia antara dirinya dan Marcell.
"Kamu lihat kan aku baru aja mau masuk ke rumah dengan pakaian kerja lengkap? itu artinya aku baru pulang. Basa basi banget pertanyaan kamu tuh" Bentak Nala, meski kata-kata kasar itu keluar dari bibirnya diam-diam hati Nala teriris. Sang adik pasti shock mengingat selama ini ia tak pernah mengeluarkan kata kasar pada Loli.
Loli putri bungsu yang biasa dimanja, tak ada seorang pun di rumah itu yang pernah memarahi Loli. Nala bisa membayangkan kesedihan sang adik atas perlakuan nya. Tapi apalah daya nya, luka di hatinya menuntut pelampiasan dan Nala tak tau harus melampiaskan pada siapa.
"Nala, bisa nggak bicara nya baik-baik. Loli cuma bertanya" Marcell berkata dengan nada biasa, tak ada amarah di sana namun hati Nala tetap saja bagai disayat-sayat pedang tajam.
"Kenapa? aku salah? aku selama ini selalu bersikap baik padanya. Tapi kenapa dia menusukku dari belakang? dia merebut kamu dari aku! bahkan sekarang kamu selalu membela dia, kamu selalu memamerkan perhatian kamu ke dia padahal kamu tau itu sangat menyakitiku!" Nala benci saat air mata kembali ikut andil dalam keluhan nya. Ia tak ingin terlihat lemah namun sekuat apapun menutupi tetap tak bisa mengubah fakta bahwa ia remuk.
"Nala kamu sangat tau bahwa itu tidak benar. Loli tidak menginginkan hal ini terjadi, jangan menyalahkan nya terus menerus. Aku yang seharusnya kamu salahkan"
"Kak udah" Ucap Loli. Ia berusaha tampak biasa, Loli diam-diam menahan air matanya agar Marcell tak khawatir dan tidak terus membelanya di depan Nala. Ia tau hal itu menambah perih luka hati kakaknya.
"Iya kalian berdua memang bersalah! kalian memang pasangan yang cocok, pengkhianat! Atau jangan-jangan tragedi malam itu hanya karangan kalian berdua untuk menutupi perbuatan keji kalian?"
"Nala cukup! kamu tega menuduh aku dan Loli melakukan hal itu? kamu sudah sangat mengenalku Nala kamu tau aku nggak mungkin melakukan hal itu"
Marcell menggenggam tangan Loli dan menuntunnya masuk ke dalam rumah, Meninggalkan Nala yang tergugu menangis. Gadis itu memegangi dadanya yang terasa sesak. Ia tau mereka tidak bersalah, dan ia sangat tau tuduhan yang ia lontarkan sangat menyakitkan. Tapi mau bagaimana lagi? keadaan ini begitu memporak porandakan akal sehat nya.
"Sabar lah nak, nangis nggak apa-apa kalo itu emang bisa membuat kamu lebih baik" Sebuah pelukan hangat Nala rasakan, bisikan lembut sang mama membuat tangis Nala semakin pecah.
"Nala harus bagaimana ma? rasanya sangat sakit sampai-sampai Nala nggak bisa berfikir jernih. Nala hancur mama" Keluh gadis itu dalam isak tangis nya.
"Iya mama tau ini memang nggak mudah. Tapi kita pasti bisa melewati ini semua sayang, pelan-pelan. Jangan terlalu memaksakan diri untuk pulih dengan cepat jika itu malah terasa membunuh" Mama Dita mengusap rambut Nala. Mama Dita tak pernah menyangka bahwa kedua putrinya akan tertimpa kemalangan secara bersamaan.
🍁🍁🍁
"Kak Marcell pulang aja, aku bisa sendiri ke kamar" ucap Loli saat Marcell akan menuntunnya menaiki tangga menuju kamarnya. Ia tak mau Nala semakin tersakiti jika melihat kepedulian Marcell terhadap dirinya.
"Nggak dek, kakak harus pastikan kamu selamat sampai ke atas. Kenapa nggak pindah ke kamar bawah aja? kamu ingat kan yang dokter bilang? kandungan kamu masih rentan. Kakak khawatir kalo kamu naik turun tangga kayak gini" ucap Marcell.
"Aku nggak mau kak Nala semakin tersakiti kalo lihat kak Marcell perhatian banget kayak gini. Aku takut kak Nala berfikir macam-macam. Mungkin sekarang kak Nala nggak akan ngerti kalo kak Marcell ngelakuin ini semua untuk bayi yang sedang aku kandung" ucap Loli.
Marcell terdiam sejenak, ia berusaha mencerna ucapan Loli. Benarkah yang ia lakukan ini semata-mata demi bayi yang Loli kandung?
"Apapun yang Nala fikirkan tentang kita nggak akan merubah apapun dek. Kakak harap kamu nggak terpengaruh. Ingat fikiran kamu akan berpengaruh pada kesehatan kamu dan bayi kita" ucap Marcell sambil menatap mata bening Loli. Gadis itu menganggukkan kepalanya.
"Sekarang ayo ke atas, kamu harus istirahat seharian ini pasti kamu capek" Banyak nya kegiatan hari ini pasti sangat menguras tenaga Loli yang sedang lemah. Marcell menuntun Loli menaiki tangga, pria itu sangat menjaga langkah kaki Loli agar tidak sampai terpeleset hingga akhirnya mereka berada di depan kamar gadis itu.
"Makasih kak, aku masuk dulu" ucap Loli.
"Iya kalo mandi hati-hati di kamar mandi nya, abis itu langsung tidur. Kakak langsung pulang setelah ini" Loli membalas ucapan Marcell dengan senyuman dan anggukan kepala.
Loli segera membuka pintu kamarnya namun Marcell mencekal lengan gadis itu.
"Ada apa?" Tanya Loli heran.
"Boleh pamit sama adik bayi nggak?" tanya Marcell penuh harap. Loli mengangguk meski terlihat ragu-ragu. Marcell dengan penuh semangat bersimpuh di hadapan Loli hingga kepalanya sejajar dengan perut gadis itu. Loli tak menyangka Marcell akan melakukan ini, ia kira Marcell hanya akan mengusap perutnya seperti tadi pagi.
Loli berusaha menahan diri agar tak menepis tangan Marcell yang kini sudah berada di perutnya.
"Hai sayang nya papa, selamat malam. Selamat beristirahat. Jagain mama selagi papa nggak ada, besok pagi kalau bangun jangan bikin susah mama. Jangan biarin mama mual dan muntah oke?" Marcell tersenyum lebar, ia berbicara seolah tengah berhadapan langsung dengan bayi mereka.
"Makasih untuk kebersamaan kita hari ini ya. Papa sayang kamu dan mama" ucapan Marcell membuat darah Loli terasa mengalir cepat. Ada getaran di hati Loli yang tak gadis itu mengerti. Ketegangan Loli bertambah kala Marcell mencium perut nya, tubuhnya seakan membeku mendapatkan perlakuan tak terduga dari Marcell.
"Dek, makasih ya uda kasih kakak kesempatan buat ngobrol sebentar sama bayi kita" Ucap Marcell. Posisinya sudah berdiri tepat di hadapan Loli, pria itu pura-pura tak tau bahwa Loli sedang gugup atas apa yang ia lakukan barusan.
"Kakak pulang, selamat beristirahat calon istri" Marcell mendaratkan kecupan di kening Loli, karena gadis itu masih berusaha menata perasaan nya saat Marcell mencium perutnya ia juga tak sempat mengelak saat Marcell mencium kening nya. Pria itu mengacak-acak rambut Loli sambil terkekeh melihat reaksi Loli yang begitu tegang.
🍁🍁🍁🍁