Tegar adalah seorang ayah dari dua anak lelakinya, Anam si sulung yang berusia 10 tahun dan Zayan 6 tahun.
Mereka hidup di tengah kota tapi minim solidaritas antar sekitarnya. Hidup dengan kesederhanaan karena mereka juga bukan dari kalangan berada.
Namun, sebuah peristiwa pilu membawa Tegar terjerat masuk ke dalam masalah besar. Membuat dirinya berubah jadi seorang pesakitan! Hidup terpisah dengan kedua anaknya.
Apakah yang sebenarnya terjadi? Bisakah Anam dan Zayan melalui jalan hidup yang penuh liku ini? Jawabannya ada di 'Surat Terakhir Ayah'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung ke rumah
Sudah lama mereka tak bertemu, Ria bisa melihat perubahan yang signifikan pada kedua bocah yang dulu selalu dia kirimi makanan setiap ada kesempatan. Air mata Ria mengembun di pelupuk mata, dia ingin memeluk kedua bocah itu sekarang juga.
Zayan yang lebih dulu berlari menuju arah Ria. Bocah itu sama rindunya dengan Ria. Pertemuan yang begitu mengharukan, pelukan Ria mengerat dan begitu terasa di tubuh Zayan.
"Kenapa kamu jadi kurus begini? Apa kamu jarang makan?" Ria bertanya setelah menghapus air matanya.
"Mana ada kurus bi, kata Abang aku mirip panda bunting hiks.." Kata Zayan menyela ucapan Ria.
"Bibi.. Aku kangen bibi, kenapa bi Ria nggak pernah berkunjung ke rumah baru ku? Apa bi Ria nggak tau alamat rumahku?" Lanjut Zayan.
Bukan tidak tahu, tapi memang dia tidak diperbolehkan Sengkala berurusan dengan Anam maupun Zayan. Dan benar saja, ketika Sengkala melihat kedatangan Anam serta Zayan di rumah lama mereka, emosi Sengkala seperti kembali berkobar. Sebenarnya apa yang membuat lelaki itu begitu membenci anak-anak Tegar?
Saking emosinya, Sengkala sampai tak memperhatikan jika ada orang lain di sana. Abut ada di dalam mobil, melihat Sengkala yang marah-marah hingga menunjuk-nunjuk ke arah Anam dan Zayan.
"Pulang sekarang!!!" Suara itu yang Abut dengar ketika tangan Sengkala menyeret pergelangan tangan Ria dengan begitu keras.
"Om, jangan tarik-tarik bi Ria! Tangannya bisa sakit om!" Zayan berlari ingin mencegah tindakan Sengkala yang kelewatan itu.
Niat hati menolong, tapi Zayan malah didorong keras hingga jatuh oleh lelaki yang berstatus suami dari Ria tersebut, Zayan tentu kaget. Anam apalagi.
Tidak ingin cucu-cucunya disakiti, Abut lalu keluar dari dalam mobil.
"Lo orang ada masalah apa sama cucu gue? Berani Lo orang dorong-dorong cucu gue sampai jatuh kayak gitu! Kalau terjadi apa-apa, Lo orang mau tanggung jawab hah??"
Mata Sengkala membulat sempurna mendapati siapa yang menegurnya. Siapa yang tidak mengenal Abut? Lelaki tua kaya raya yang cukup terkenal di kampungnya. Bahkan Sengkala adalah salah satu supir yang bekerja di bawah naungan usaha yang didirikan Abut.
"Eng-engkong.. Ini ini tadi hanya salah paham.." Ucap Sengkala bergetar.
"Dorong cucu gue, Lo orang bilang salah paham? Apa jika gue dorong Lo orang ke tengah rel kereta api lalu Lo orang kelindes sampai mati di sana dan gue bilang salah paham, juga Lo bisa maafin gue?? Apa masalah Lo orang sebenarnya sama cucu-cucu gue?!" Tegas Abut melotot di depan Sengkala.
"Cu-cucu.. Mereka anak-anaknya Tegar kong, apa engkong tau itu? Mereka-"
"Iya iya iya.. Ternyata masih ada orang bodoh yang tidak pernah update berita. Lo orang punya tivi di rumah dipakai buat pajangan doang atau bagaimana?? Lihat pakai mata kepala Lo orang baik-baik sebelum mata Lo orang jadi buta!! Mereka itu cucu gue!! Jangan pernah sekalipun Lo orang gangguin mereka, sampai sekali lagi gue liat Lo orang masih kurang ajar sama mereka, gue jamin hidup Lo orang bakal seratus kali lipat lebih menderita dari apa yang Lo lakuin ke Anam dan Zayan!!"
Dueer!
Rasanya seperti ada petir di siang itu. Tapi hanya Sengkala saja yang mendengarnya, bagaimana bisa dia bocah menyebalkan itu naik tahta menjadi cucu konglomerat? Bukankah ini tidak masuk akal sama sekali?!
"I-iya kong.. Maafkan saya.. Sa-saya hanya.."
"Minta maaf dengan benar pada Anam juga Zayan, terlebih pada bini Lo orang yang udah Lo jadiin tontonan seperti ini!!"
Ah, jika bukan Abut.. Tidak akan Sengkala melakukan hal ini. Meminta maaf pada kedua bocah itu adalah hal mustahil akan dia lakukan. Tapi sekarang ini bukan waktunya memamerkan kesombongan dan gengsinya kan? Pekerjaan di depan mata menjadi taruhannya. Mau tak mau Sengkala menuruti keinginan Abut agar Sengkala meminta maaf pada Anam, Zayan juga Ria. Dan sialnya, semua itu jadi bahan tontonan tetangganya!
"Maafkan om Nam, maafkan om Za.. Om khilaf, om tidak akan mengulangi hal seperti ini lagi. Dan.. Misalkan kalian ingin berkunjung kapanpun ke rumah om untuk bertemu bibi kalian, om dengan senang hati mengijinkan.."
Sebagian orang yang ada di sana bisa melihat bagaimana perubahan sikap Sengkala yang begitu drastis itu hanya keterpaksaan saja. Tapi, apa itu penting untuk Abut? tidak sama sekali. Jika bukan karena kedua cucunya ini yang merengek minta diantar ke kampung tempat mereka tinggal dulu, dia pun tak mau menginjakkan kaki di sini.
Bukan karena sombong, tapi Abut malas berurusan dengan orang-orang yang memandangnya hanya karena harta dan kedudukan saja. Tidak seperti kedua bocah itu yang tulus menyayangi Abut meski mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali.
Anam dan Zayan masuk ke dalam rumah lama mereka, rumah di mana banyak sekali kenangan dari almarhum Tegar di sana. Anam lalu beranjak masuk ke dalam kamar yang dulu mereka pakai beristirahat, dia mengambil sesuatu yang dulu lupa dibawa ketika akan pindah ke rumah Abut.
Dua pucuk surat tulisan tangan yang menjadi kenang-kenangan terakhir dari Tegar untuk Anam dan Zayan. Dulu, karena terburu-buru dan juga mereka hanya lah anak kecil yang tidak begitu detail ketika akan bepergian, surat berharga itu mereka lupakan. Tidak dibawa.
"Bang, rumah kita kok bersih ya.. Padahal kita udah lama nggak bersihin. Apa bapak datang tiap hari buat bersihin rumah kita ya bang?" Zayan melihat sekeliling rumah dengan mengedarkan pandangan matanya.
"Kamu pikir bapak pergi jalan-jalan dan bisa balik lagi semua bapak gitu Za? Nggak sekalian mikir yang bersihin ini semua itu ibu? Bapak betulin genteng, ibu yang nyapu halaman?" Kembali Anam melirik malas ke arah Zayan karena imajinasinya yang begitu tinggi.
Zayan merengut. Dia kan hanya berharap, bapaknya datang ke rumah mereka. Memang tidak boleh apa?
"Bapak kalian sudah tenang di alamnya. Suatu saat nanti, engkong juga akan pergi seperti bapak dan ibu kalian.. Jadi, mulai sekarang.. Kalian harus bisa mandiri. Jangan mau ditindas. Jangan mau direndahkan. Apa yang kalian alami sekarang, jangan sampai terjadi di kemudian hari. Sekarang ada engkong yang melindungi kalian, tapi engkong tidak bisa terus ada di sisi kalian.. Kalian harus bisa berdiri di atas kaki sendiri." Abut memegang pundak Anam dan Zayan bersamaan.
"Memang engkong mau pergi kemana? Jangan pergi.. Kami sayang banget sama engkong, kami nggak pernah punya kakek, dan engkong sudah seperti kakek kami. Kami nggak mau engkong pergi, ya bang?!" Zayan menunjukkan muka memelas nya.
Abut duduk, dia mengajak kedua cucunya untuk ikut duduk bersamanya. "Kalian tahu hukum alam? Semua yang hidup pasti akan mengalami kematian. Tidak akan hidup kekal selamanya di dunia. Mau bersembunyi di lubang semut sekalipun, kita semua tidak bisa menghindari kematian."
"Mungkin yang engkong katakan ini belum bisa kalian pahami, tapi bukti nyata ada di sekitar kalian.. Ibu dan bapak kalian, sudah lebih dulu berpulang. Mungkin selanjutnya engkong, atau orang-orang yang kalian sayangin lainnya.. Kita tidak pernah tahu kan? Jadi engkong harap.. Kalian bisa mandiri mulai sekarang. Paham?"
Anam yang lebih dulu mengangguk. Sedangkan Zayan, dia malah menangis sejadi-jadinya memeluk pinggang Abut erat. Rasa trauma kehilangan orang yang dia sayang belum hilang, tapi sekarang dia dinasehati seperti itu oleh Abut.. Zayan sangat takut kehilangan..
untung nya suami ku orangnya baik hati bijaksana dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
arogan bener jadi manusia, udah kek Fir'aun bae
bukan nyari muka
seperti kata kong abut berubah lebih baik untuk kalian sendiri
bulu apa ini 🤔🤔🤔