Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Tidak Di Terima Dengan Baik
Nasya masih diam saja mendengarkan kata-kata suaminya dan belum berikan jawaban persetujuan atas permintaan suaminya.
"Bagaimana? Kamu setuju untuk kita tinggal di rumah orang tuaku beberapa hari?" tanya Nathan memastikan.
"Nasya aku sedang bertanya padamu?" tanya Nathan lagi.
"Baiklah!" sahut Nasya yang akhirnya setuju.
Nathan yang tersenyum mendengarnya.
"Terima kasih Nasya kamu sudah berusaha untuk mendekatkan diri. Aku berjanji akan memberikan kamu kenyamanan di rumahku dan seperti apa kamu memberikan kenyamanan di rumah kamu," ucap Nathan dan Nasya hanya menganggukkan kepala.
"Ya. Sudah kalau begitu aku ke kantor dulu," ucap Nathan. Nasya mencium punggung tangan Nathan dan Nathan juga mencium lembut keningnya.
"Assalamualaikum," ucap Nathan.
"Walaikum salam," sahut Nasya yang melihat kepergian suaminya.
"Aku memang tidak bisa menghindar dari keluarga Nathan dan bagaimanapun Nathan juga sudah berusaha selama ini untukku. Jadi aku juga harus berusaha untuk semua ini," batin Nasya yang mencoba untuk tenang.
Nasya yang berada di dalam kamar yang dibantu Malika untuk memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper dan dia juga membantu mengemasi pakaian Nathan.
"Bunda tahu kamu sekarang sangat gelisah karena akan tinggal bersama ibu mertua kamu," ucap Malika yang sejak tadi memperhatikan raut wajah Nasya.
"Nasya melakukan kesalahan dan Nasya yakin pasti Tante Santi sangat tidak menyukai Nasya," ucap Nasya.
"Sayang. Jika apa yang kita lakukan baik yang dibalas dengan jahat. Percayalah kebaikan yang terus-menerus kita lakukan akan meluluhkan kejahatan. Kamu harus yakin dan lagi pula tidak boleh bersembunyi terus," ucap Malika yang tidak pernah berhenti memberikan nasehat.
"Bunda harus doakan Nasya terus. Nasya ingin memperbaiki segalanya," ucap Nasya.
"Mana mungkin Bunda tidak mendoakan kamu. Bunda akan selalu ada untuk kamu dan dalam sholat Bunda akan selalu meminta kepada Allah agar segala sesuatu yang kamu usahakan dipermudah," ucap Bunda yang membuat Nasya menganggukkan kepala dengan tersenyum yang sekarang merasa lega karena mendapatkan pencerahan dari Malika.
****
Akhirnya Nasya sampai juga di kediaman Nathan untuk yang pertama kali Nasya menginjakkan kaki di rumah itu. Dia terlihat begitu sangat gugup dan apalagi kedua orang tua Nathan sudah berdiri di depan pintu.
Mereka berdua yang melanjutkan langkah mereka menghadapi orang tua Nathan dan sementara asisten rumah tangga langsung mengambil koper Nasya dan Nathan yang membawa masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum!" sapa Nathan.
"Walaikum salam," sahut Ibrahim dan Santi.
Nathan mencium punggung tangan orang tuanya secara bergantian dan hal itu juga dilakukan Nasya. Baru ingin mencium punggung tangan Santi dengan memegang ujung tangannya dan langsung ditarik oleh Santi.
Dia seakan tidak sudi tangannya disentuh oleh menantunya itu yang pasti dia sangat tahu bagaimana sifat menantunya yang pernah membuatnya begitu kesal.
"Kalian akhirnya sampai juga. Nasya selamat datang di rumah kami," ucap Ibrahim menyambut dengan sangat baik. Nasya hanya menganggukkan kepala yang sejak tadi berusaha untuk tersenyum walau sedikit takut-takut melihat wajah bengis dari ibu mertuanya.
"Ayo masuk jangan hanya berdiri saja," ajak Ibrahim dengan ramah.
Nathan dan Nasya yang akhirnya masuk yang sebelum itu Nasya melihat ibu mertuanya itu yang menatapnya sinis.
"Aku sudah menduga dia pasti tidak menyukaiku. Apalagi waktu itu aku membuatnya sangat kesal di rumah sakit," batin Nasya yang menyadari kesalahannya dan bahkan menerima jika mendapatkan tatapan seperti itu dari Santi yang pasti sangat sakit hati akibat perlakuan Nasya.
"Nasya. Om senang sekali melihat kamu yang akhirnya sudah bisa kembali normal, kamu sudah bisa berjalan dan juga bisa berbicara," ucap Ibrahim.
"Makasih Om," sahut Nasya.
"Lalu. Jika dia sudah kembali normal, bisa menggunakan kaki dan juga mulut. Lalu kenapa kamu membawa dia ke rumah ini dan bukankah seharusnya tugas kamu sudah selesai," sahut Santi dengan sinis yang berbicara to the point.
"Mah!" tegur Nathan.
"Santi apa yang kamu bicarakan," sahut Ibrahim.
"Aku hanya membicarakan hal yang harusnya terjadi setelah dia sembuh. Nathan menikah dengan wanita itu untuk bertanggung jawab atas kaki dan juga suaranya dan sekarang sudah sembuh. Kenapa sekarang malah membawa wanita itu untuk tinggal di rumah ini," ucap Santi yang sangat berterus terang ketidaksukaannya kepada Nasya.
"Mah sudah cukup! pernikahanku dengan Nasya bukanlah suatu kesepakatan dan apapun yang aku lakukan dan yang terjadi dalam pernikahan kami adalah urusanku. Mau Nasya sembuh atau tidak dia adalah tetap tanggung jawabku!" tegas Nathan.
"Apa yang kamu katakan. Kamu mau sampai kapan berada di bawah kuasa wanita itu hah! Dia sudah sembuh dan akhiri semua ini!" tegas Santi dengan kesal.
"Santi cukup!" sentak Ibrahim yang merasa istrinya itu sangat kelewatan dan sementara Nasya sejak tadi hanya diam saja dengan menunduk.
"Kamu sebagai seorang Ibu bukannya memberikan saran yang positif dan malah membicarakan hal-hal yang tidak penting. Kamu pikir pernikahan ini main-main dan hanya menikah karena hanya sebuah tanggung jawab hah! Apapun yang menjadi keputusan Nathan dan juga Nasya biarkan itu menjadi urusan mereka berdua. Kamu tidak perlu ikut campur!" tegas Ibrahim.
"Tapi wanita itu akan terus menguasai Nathan!" sahut Santi.
"Mah, sudahlah. Nasya tidak pernah menguasai ku dan jangan membuat aku menjadi tidak nyaman berada di rumah ini. Aku datang ke rumah ini dengan niat baik dan jangan membuat niat baik tidak terjalankan," ucap Nathan dengan suara rendah dan sementara Nasya sejak tadi hanya diam saja.
Santi yang tidak berbicara lagi dan hanya terlihat begitu kesal kepada Nasya.
****
Nasya berada di dalam kamar yang duduk di pinggir ranjang dengan kepalanya berkeliling melihat isi kamar Nathan. Kamar pria pada umumnya dengan cat tembok berwarna biru navy dan juga terdapat televisi, lemari panjang, kamar mandi dan juga ada balkon yang pasti tempat tidur dengan ranjang king size.
Nasya tidak menemukan satupun pajangan foto Nathan bersama dengan kekasihnya di kamar itu yang tidak seperti dirinya yang begitu memiliki banyak sekali dan walau sudah dia buang.
"Kamu kepikiran dengan apa yang dikatakan Mama tadi?" tanya Nathan sembari membuka kemejanya.
"Sedikit! Tetapi itu sangat wajar, aku bisa mengerti bagaimana perasaan beliau sakit hati atas apa yang aku lakukan," jawab Nasya.
"Mama hanya marah sesaat saja dan kamu jangan masukkan ke dalam hati, apapun yang dikatakan Mama. Jika kamu tidak nyaman berada di rumah ini, kamu katakan kepadaku dan kita akan mempercepat untuk mencari rumah yang baru. Aku juga tidak mungkin memaksakan kamu berada dalam lingkungan yang membuat kamu tidak suka," ucap Nathan yang ternyata lebih peduli dengan kenyamanan istrinya.
"Aku baru saja beberapa jam berada di rumah ini dan kamu sudah mengatakan seperti itu. Aku akan berusaha memasukkan diri dengan baik pada keluarga kamu dan aku yakin aku akan bisa menaklukkan hati tante Santi," ucap Nasya yang ternyata sekarang memiliki semangat dengan kepercayaan diri yang dia miliki.
"Jadi sekarang ceritanya kamu ingin menaklukkan hati Mama?" tanya Nathan. Nasya menganggukkan kepala yang membuat Nathan tersenyum.
Tiba-tiba Nathan membungkukkan tubuhnya di hadapan istrinya dan memajukan wajahnya yang membuat Nasya kaget yang bahkan refleks mundur. Jarak mereka yang sangat dekat membuat Nasya begitu sangat gugup.
Bersambung......