Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasihnya, Bumi terlempar ke dunia penyihir, tempat dimana kekuatan sangat di perlukan untuk bertahan hidup.
Bumi diangkat menjadi anak seorang penyihir wanita paling berbakat era itu. Hidupnya mulai mengalami perubahan, berpetualang menantang maut dan berperang.
Meski semuanya tak lagi sama, Bumi masih menyimpan nama kekasihnya dalam hatinya, dia bertekad suatu hari nanti akan kembali dan meminta penjelasan.
Namun, gejolak besar yang terjadi di dunia penyihir membuat semuanya menjadi rumit. Masih banyak rahasia yang di simpan rapat, kabut misteri yang menyelimuti Bumi enggan menghilang. Lantas saat semuanya benar-benar tidak terkendali, masih adakah setitik harapan yang bisa diraih?
*
cerita ini murni ide author, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanyalah fiktif belaka.
ig: @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Mayat hidup yang tadinya memenuhi tempat itu menghilang begitu saja. Setelah pertarungan yang cukup intens, pemimpin kelompok itu tidak yakin bisa mengalahkan semua penyihir muda, maka tanpa pikir panjang dia langsung pergi.
Tentu tidak yang dapat menghentikannya karena dia menggunakan alat ajaib yang bisa terbang jauh dalam sekejapan mata.
Bumi memapah Alpha, kakinya terluka terbentur batu besar ketika menghindar dari gigitan salah satu mayat hidup.
Satu orang berhasil kabur, dua lainnya terjebak dalam lumpur tidak diketahui nasibnya. Selain Alpha yang terluka di kaki, yang lain hanya terluka ringan.
"Makan pil ini, cepat untuk menyembuhkan luka." Zavion mengeluarkan pil berwarna hijau pekat dari dalam saku jubahnya, dia memberikan satu untuk setiap orang.
"Pil sihir tingkat tinggi!" Raina mengusap benda bulat kecil itu dengan tatapan kagum.
Pil sihir adalah barang mahal yang tidak bisa di dapatkan oleh semua orang. Hanya orang yang sangat ahli di bidang pengobatan yang bisa membuat pil sihir.
" Kau cukup murah hati," ujar Trixy yang enggan mengucapkan terimakasih, padahal ia juga senang mendapatkan pil tersebut.
" Terimakasih,"ucap Bumi menerima pil dengan senang, dia juga mengambil satu untuk Alpha dan membantunya untuk menelan pil tersebut.
" Apa yang akan kita lakukan dengan dua orang lembah mayat itu?" Tanya Ivander.
" Kita bisa mengorek beberapa informasi darinya,"sahut Raina.
" Akan membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkannya, apalagi sekarang kita sedang dalam misi."kata Trixy tidak setuju.
" Lantas? Membiarkan mereka begitu saja?" Tanya Raina. Sejujurnya dia lebih tidak mengerti dengan jalan pikiran Trixy, egois dan ingin menang sendiri.
"Apa boleh buat. Waktu kita tidak banyak," Trixy mengangkat bahunya acuh. Menurutnya sama sekali bukanlah hal besar membiarkan kedua orang itu terjebak selama nya dalam lumpur.
" Menurutku lebih baik kita interogasi mereka. Bisa jadi mereka adalah ancaman selanjutnya," ujar Bumi.
" Ancaman apa? Kau bahkan tidak tahu apa-apa tentang mereka."sinis Trixy.
" Kalau begitu apakah nona Trixy bersedia memberitahuku?" Tanya Bumi menaikkan sebelah alis.
" Orang-orang lembah mayat tinggal di suatu lembah terpencil yang menjadi perbatasan antara Terra dengan dunia gelap. Mereka bukan penyihir, bukan juga iblis dan tidak juga pengikut raja gelap. Mereka sebenarnya jarang sekali keluar dari lembah mayat tetapi hari ini sesuatu yang mungkin telah terjadi menyebabkan mereka harus keluar." Sebelum Trixy sempat membuka mulut, Raina sudah lebih dulu menjelaskan.
Melihat itu jelas Trixy tidak senang, jika saja Ivander tidak menahan tangannya sudah dipastikan akan terjadi perkelahian antara dia dengan Raina.
" Kalau begitu bukankah kita memang harus menginterogasi mereka," kata Alpha.
" Ya, aku setuju."timpal Zavion.
"Terserah kalian saja." Trixy mendengus jengkel, dia merasa semua orang mencoba untuk mengucilkannya. Trixy semakin kesal dan menyesal masuk ke dalam kelompok ini.
Sementara itu Bumi dan Ivander mencoba untuk menarik dua orang lembah mayat dari dalam lumpur. Ternyata memang sangat susah untuk mengambil sesuatu yang sudah tertimbun lumpur, beberapa kali Bumi bisa meraih satu tangan lalu terlepas kembali.
Terkadang seolah ada yang menahan kedua orang itu.
Raina ikut membantu seraya menyarankan agar Bumi dan Ivander berkerjasama untuk mengeluarkan salah satunya.
Mereka mengikuti saran Raina dan ternyata memang lebih mudah menarik satu orang dengan tenaga orang.
Setelah cukup lama, akhirnya mereka berhasil mengeluarkan salah satu dari dua orang lembah mayat. Mereka akan menginterogasi dan mencari tahu kenapa orang-orang lembah mayat mencari masalah dengan murid-murid akademi langit hitam.