Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dismenorea
Sepanjang menikmati makan siangnya, bayangan kemolekan tubuh Anya terus saja menari-nari di pelupuk mata Axel. Begitu juga saat Axel mulai berbelanja bahan makanan yang nantinya akan diolah Anya di pantry kecil kamar hotel.
Ini adalah pertama kalinya Axel berbelanja bahan makanan dan bumbu dapur. Meskipun begitu, Axel sangat paham apa saja yang diperlukan seseorang dalam memasak. Setelah membayar semua belanjaannya, Axel kembali menuju ke kamar hotelnya.
Entah kenapa hatinya begitu merindukan Anya yang baru ditinggalkannya sekitar dua jam yang lalu. Sesampainya di dalam kamar, Axel langsung mengedarkan pandangannya menyapu sekeliling kamar.
Kosong! Tidak terlihat sosok Anya sama sekali. Axel mulai gusar dan cepat cepat meletakkan barang belanjaannya dan memanggil Anya.
“Divanya!” teriak Axel sambil menuju ke kamar mandi dan mengetuknya. “Kamu di dalam?”
Perlahan Anya membuka pintu kamar mandi dan memperlihatkan wajahnya yang sedikit pucat.
“Kamu kenapa, Anya?” tanya Axel mulai khawatir.
“Disminorhea!” jawab Anya sambil memegangi perutnya. “Aku datang bulan, Bang! Tadi baru saja meminta pembalut lewat layanan kamar!” jelas Anya.
Mata Axel seketika terbelalak sempurna. “Apa, kamu meminta pembalut lewat layanan kamar? Lalu siapa yang mengantarnya?”
Pertanyaan Axel kali ini langsung dijawab singkat oleh Anya. “Bell boy!”
Sayangnya jawaban Anya kali ini membuat Axel naik pitam. “Kamu bertemu dengan bellboy hotel dengan pakaian seperti ini, Anya!” gertak Axel.
“Aku tadi pake bathrobe kok! Takut nanti bellboy nya malah nginep lama lagi di kamar karena terpesona sama aku!” balas Anya yang kemudian keluar dari kamar mandi dan melewati Axel begitu saja.
Kali ini Anya mengganti pakaian tipisnya dengan warna hitam dan tentunya membuat Axel semakin tidak karuan. Kemudian Anya tampak langsung naik di atas tempat tidur dan meringkuk sambil memegangi perutnya di dalam selimut.
“Apa itu sakit?” tanya Axel sambil mendekati Anya.
“Hemm! Tapi aku sudah biasa seperti ini!”
“Aku membawakan makanan dan cemilan untukmu, Anya!”
“Tapi aku sudah tidak ingin memakannya! Perutku sakit sekali!” rintih Anya membuat Axel tidak tega.
“Ap akita perlu memanggil dokter?” tanya Axel yang sudah mulai risau.
“Tidak perlu! Abang cukup diam dan melakukan apapun yang abang ingin lakukan! Jangan ganggu aku!” pinta Anya membuat Axel menghela nafasnya.
‘Huft, Bukannya dia duluan yang sedari menggangguku? Bahkan sampai bayangannya saja terus menari-nari di kepalaku!’ batin Axel dengan kesal.
Ia pun kemudian meninggalkan Anya dan memilih duduk di sofa sambil mengecek pekerjaan di restoran. Ada beberapa email yang masuk dan perlu segera di balas olehnya. Akhirnya Axel pun berkutat dengan macbook miliknya sampai senja tiba.
“Belum bangun juga?” gumam Axel yang sudah menutup macbooknya.
“Di aini tidur, atau mati?” Karena penasaran, Axel pun melangkahkan kakinya menuju ke tempat tidur dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Anya.
Lagi-lagi Axel harus menelan ludahnya kasar saat melihat kecantikan Anya saat memejamkan matanya. Kulitnya yang seputih kapas, bulu matanya yang lentik, dan bibirnya yang merah alami membuat Axel ingin kembali mendaratkan ciumannya pada Anya untuk yang kedua kalinya.
Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah istri mudanya. Namun, saat bibir mereka hampir bersentuhan, Axel cepat-cepat menjauhkan kepalanya dari Anya.
‘Ya Ampun, Axel! Sebenarnya ada apa denganmu?’ rutuk Axel dalam hati.
‘Belum ada satu hari dan kau sudah ingin mencumbunya? Apa kau benar-benar sudah rela untuk menganggapnya sebagai istri yang nantinya akan melahirkan darah dagingmu?’
‘Tidak, tidak! Aku tidak boleh seperti ini! Aku harus tetap setia untuk mencintai Hellen!’ batin Axel yang kembali menutupi tubuh Anya dengan selimut.
Kemudian tangannya di arahkan ke hidung Anya untuk mengetahui Anya masih bernafas atau tidak.
Grab! Tiba-tiba saja Anya memeluk lengan Axel seperti guling dan membuat Axel terjatuh di samping Anya. Kini posisi mereka berdua seperti tengah berpelukan dengan posisi Axel yang ada di belakang Anya.
Axel pun tidak dapat menghindar lagi dan justru menikmati kedekatannya dengan Anya saat ini. Bahkan ia sendiri merasa nyaman memeluk istri mudanya itu sampai tanpa ia sadari, lama kelamaan matanya mulai terpejam.
Tepat jam delapan malam, Anya mulai mengerjapkan matanya saat ia merasa perutnya berdemo untuk minta makan. Betapa terkejutnya Anya saat mendapati tangan kekar Axel tengah memeluknya dengan sangat erat.
Seketika tubuh Anya mulai bergetar tidak karuan saat tubuhnya mulai bersentuhan dengan Axel.
‘Baru seperti ini saja rasanya sudah seperti tersetrum aliran listrik, apalagi jika …’
‘Ya Ampun, Anya! Kamu nih mikirin apa sih!’ batin Anya.
Ia pun mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Axel dan setelah berhasil, Anya langsung menuju ke pantry untuk mulai membuat makanan.
Anya membuka pintu kulkas dan senyumannya langsung mengembang. Pesanannya benar-benar terpenuhi oleh Axel. Semua bahan makanan dan bumbu dapur yang ia perlukan pun tersedia lengkap di kulkas.
Akhirnya Anya memilih untuk membuat spaghetti dengan taburan daging cincang, saus, dan juga taburan keju. Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk Anya membuat spaghetti.
Tiga puluh menit berlalu, bau harum masakan Anya membuat Axel terjaga dari tidurnya dan kemudian menyandarkan tubuhnya ke headboard.
“Apa yang sedang kau buat?” tanya Axel tanpa memandang ke arah Anya. Alasannya cukup jelas karena Axel tidak mau tergoda dengan penampilan Anya saat memasak.
“Spaghetti Bolognese, Bang! Abang mau kan?” tanya Anya yang suaranya kembali terdengar begitu menggoda di telinga Axel.
“Hemm!” jawab Axel singkat. “Apa sakit perutnya sudah sembuh?”
“Tentu saja belum, bahkan kini berganti dengan rasa lapar!” balas Anya.
Kini Axel tidak kembali bertanya dan memilih untuk menuju ke sofa, lalu menyalakan televisi. Tak lama kemudian, masakan Anya pun sudah siap untuk dinikmati.
Ia pun menyajikannya di meja yang ada di hadapan Axel sambil sedikit menunduk sampai belahan yang ada di dadanya nampak jelas.
“Apa kau tidak bisa mengenakan bathrobe saat sedang bersamaku, Anya?!” gertak Axel yang kembali panas dingin dibuatnya.
“Aku tidak bisa memakainya saat memasak. Abang tahu kan jika memasak itu mengeluarkan tenaga ekstra dan membuat tubuh kita mengeluarkan keringat?”
“Sudahlah, tak perlu dibahas!” balas Axel dengan ketus.
“Siap Pak Bos!”
“Oh iya, aku ingin membuat susu hangat, apa abang juga mau aku bikinkan?” tawar Anya.
“Ya, bikin kan satu untukku!”
“Mau yang original atau yang kemasan?” tanya Anya yang sengaja menggoda Axel.
“Maksudnya?” tanya Axel kepada Anya yang masih belum beranjak dari hadapannya.
“Kalo yang original kayaknya gak ada rasanya, Bang! Tapi denger-denger sih bikin ketagihan! Mau coba?” tawar Anya membuat Axel mengerutkan keningnya karena ia masih belum paham ke arah mana pembicaraan Anya saat ini.
“Boleh deh, coba yang original aja!” balas Axel.
“Ups, Anya lupa. Ternyata yang original kan masih nempel di tubuh Miss Hellen. Nanti abang minta satu minggu ke depan aja yaa. Malam ini Anya buatkan dulu yang susu kemasan!” balas Anya sambil terkekeh pelan.
Kini Axel baru sadar kemana arah pembicaraan Anya tadi.
“Anyaaaa!” pekik Axel dengan geram.