Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 ( Misteri Masa lalu)
Acara makan siang bersama sudah selesai sejak lima belas menit yang lalu. Sekarang Teresa sedang berkeliling bersama Sean. Wanita bermuka masam itu sangat bersemangat untuk membawa Teresa pergi.
Teresa selalu berhati-hati saat ia menjawab ucapan wanita bernama Sean. Ia merasa bahwa Sean mempunyai niat buruk kepadanya. Tere bisa mencium aura jahat dari wanita ini.
“Bagaimana caramu naik ke atas ranjang Wiliam?” Ucapnya.
“Maaf, saya tidak mengerti” ucap Tere.
“Kau pasti menggodanya saat kalian pertama bertemu” ucap Sean.
“Tidak! Kamu bertemu di rumah sakit jiwa” ucap Teresa.
Sebelumnya, Teresa mendiskusikan semua ini dengan Wiliam. Sehingga ia bisa menyamakan jawabannya. Sean yang mendengar itu seketika kesal karena tidak menemukan kejanggalan apapun.
“Ahh jadi kalian sama-sama mempunyai ibu yang sakit jiwa” ucapnya sembari terkekeh.
Teresa yang mendengar itupun sedikit terpancing emosi. Jika saja ia tidak bisa menahan amarahnya, pasti ia sudah menampar dengan sangat keras wajah wanita di depannya ini.
“Kau pasti sudah tau, bahwa aku bukankah ibu kandung Wiliam. Aku hanya ingin kau tau, bahwa hidupmu tidak akan mudah jika tinggal disini” ucapnya.
“Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi menantu yang baik” ucap Teresa.
Sean hanya menatap sinis kearah Teresa, ia pergi begitu saja setelah berhasil mengibarkan bendera perang. Tere melihat Sean mulai menjauh darinya. Lalu senyumanya memudar.
“Jalang sialan!” umpat Teresa.
Teresa memutuskan untuk melihat ke area taman belakang. Sebuah taman yang banyak ditumbuhi bunga-bunga. Banyak sekali kupu-kupu yang memutuskan untuk tinggal di ditempat yang indah ini.
“Kuharap aku seperti kalian. Bisa hidup di tempat yang kalian harapkan” ucap Tere sembari menatap kupu-kupu di depannya.
Lalu matanya beralih menatap seseorang yang sedang menyirami tanaman. Tere yang melihat Ruby itu langsung datang menghampirinya. Mungkin di rumah ini, ia akan berteman baik dengannya.
“Hai kak!” Ucap Tere.
“Tere? Apa kau berjalan-jalan seorang diri?” Ucap Ruby sembari tersenyum ramah kepada Teresa.
“Aku bersama ibu tadi. Tapi dia kembali lebih cepat karena ada urusan” ucap Tere berbohong.
“Benarkah? Kau bisa menemaniku disini, lihatlah! Semua bunga disini aku yang menanamnya” ucap Ruby.
“Wah hebat sekali!” Ucap Tere antusias.
“Kedepannya. Kita bisa merawat bunga ini bersama, kebun ini akan menjadi milik kita berdua” ucapnya sembari tersenyum hangat.
Teresa terpaku dengan senyuman itu. Ruby seperti seorang peri yang baik hati. Wajahnya membawa kenyamanan dan kedamaian. Jika saja Tere laki-laki, maka ia juga akan menyukai seorang wanita bernama Ruby ini.
“Bagaimana tentang Wiliam? Apa dia pernah menyakitimu?” Ucapnya.
“Tidak, dia sangat baik padaku” ucap Tere.
“Sudah kuduga! Dia memang pria yang baik, adik iparku itu tidak akan menyakitimu” ucap Ruby.
Tere tersenyum kecut mendengar itu. Andai Ruby tau bahwa adik iparnya itu adalah seorang gay. Tere hanya memaksakan senyumannya untuk ucapan itu. Ia memilih untuk tidak menanggapi ucapan Ruby.
Tere dan Ruby berbincang banyak hal. Mereka menghabiskan waktu bersama untuk merawat kebun bunga ini. Ruby juga mengajari Teresa bagaimana cara merawat kebun yang benar.
Teresa merasa bahwa sudah seharusnya ia berhubungan baik dengan Ruby. Karena mereka adalah sesama menantu keluarga Antonio. Dan mungkin Teresa akan sering meminta bantuannya di kediaman yang besar ini.
“Kak, apa benar bahwa menantu keluarga ini yang akan mengurus semuanya?” Ucap Tere.
“Apa Wiliam yang mengatakan itu padamu?” Ucapnya sembari terkekeh.
Teresa mengangguk. Dan ia kebingungan saat melihat Ruby mentertawakannya. Ia kembali mengingat pertanyaannya barusan. Apakah ada yang salah?
“Wiliam hanya menakutimu! Mansion sebesar ini tidak mungkin hanya menantu yang mengurus semuanya” ucap Ruby.
“Keluarga ini adalah keluarga terpandang dan tidak kekurangan uang untuk membayar pelayan” ucap Ruby lagi.
“Jadi kesimpulannya, menantu keluarga ini tidak akan diperlakukan seperti pelayan?” Ucap Tere.
“Kau benar! Selama aku disini, aku jarang sekali memasak. Aku lebih sering menemani Julian bekerja di luar kota atau luar negeri” ucap Ruby.
“Kau hanya perlu bersikap baik dan sopan. Dan terkadang kau harus ikut beberapa kesibukan seperti perkumpulan geng sosialita” ucap Ruby.
Tere mengangguk tanda mengerti. Ia sudah berpikir terlalu banyak selama ini. Ia merasa lebih tenang setelah mendengar ucapan Ruby.
“Apa kalian ingin berkuda?”
Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan mereka. Dan ternyata orang yang mengajak mereka berkuda adalah Wiliam. Ruby menghampiri Wiliam dan langsung memukulnya.
“Biasakan permisi sebelum mengagetkan seseorang!” Ucap Ruby.
Tere tersenyum melihat itu, selama ini tidak ada yang berani berbuat seperti itu kepada Wiliam. Dan Tere pikir tidak akan ada yang berani. Tapi ternyata, kakak iparnya lah yang berani memberikan pukulan kepadanya.
“Apa disini ada tempat untuk berkuda juga?” Ucap Tere.
“Tentu! Kediaman ini sangat luas Tere!” Ucap Ruby dan merangkul Teresa.
Mereka berjalan bersama ke tempat arena berkuda. Wiliam berjalan di belakang mereka. Ia memandang mereka dengan senyuman tipis diwajahnya.
“Apa Julian tidak ikut?” Ucap Ruby sesampainya di arena berkuda.
“Dia ada pekerjaan mendadak yang harus ditangani” ujar Wiliam.
Tere duduk di sebuah kursi yang berada di sudut tempat ini. Ia tidak pernah berkuda seumur hidupnya, jadi ia tidak tau hal apa yang harus dilakukan. Teresa hanya bisa melihat dari kejauhan. Ia juga kesal karena Wiliam tidak mencoba menjelaskan kepadanya.
Ia memutuskan untuk berjalan-jalan di kandang kuda. Ia melihat bahwa keluarga Antonio memelihara banyak kuda di kediaman mereka. Bahkan disini dilengkapi dengan perawatan khusus.
“Ya! Keluarga konglomerat memang berbeda” ucap Tere lirih.
Tere menoleh ke belakang dan tidak ada satu orang pun disana. Ia berharap bahwa Wiliam akan mencarinya kedalam. Tetapi ternyata semua itu tidak akan terjadi. Karena Tere sadar, bahwa ia bukanlah orang yang penting bagi Wiliam Antonio.
Mata Teresa terpaku pada kuda berwarna putih yang terlihat sangat gagah. Tere mendekatinya dan mengusapnya. Lalu seorang perawat kuda datang menghampirinya.
“Kuda ini adalah kuda milik tuan muda Wiliam” ucapnya.
“Benarkah?” Ujar Tere terkejut.
“Biasanya tuan muda akan merawatnya dengan kakak iparnya, nyonya Ruby” ucap perawat itu.
“Wiliam? Dan Ruby? Mereka berdua?” Ucap Teresa.
“Ya mereka berdua. Setau saya, tuan Julian tidak suka berkuda” ucap perawat itu.
“Apa nona calon istri tuan muda Wiliam?” Ucap perawat itu. Dan dibalas anggukan oleh Teresa.
“Syukurlah! Saya bersyukur karena tuan muda telah mengikhlaskan masa lalu” ucapnya.
“Masa lalu apa maksudmu?” Ucap Tere menatap tajam kearah perawat itu.
Perawat itu mendadak ketakutan, ia langsung berlari pergi meninggalkan tempat ini. Teresa semakin penasaran dengan sikap aneh perawat kuda itu.
“Apa ini ada hubunganya dengan masa lalu Wiliam?” Batin Teresa.
Lalu Tere memutuskan untuk kembali ke arena berkuda. Ia mungkin akan memberanikan diri untuk menanyakannya pada Ruby. Tere merasa bahwa seharusnya Ruby tau tentang masa lalu Wiliam.
Tapi langkah Teresa terhenti saat ia melihat pemandangan di depanya. Ia melihat Wiliam yang sedang menaiki kuda yang sama dengan Ruby, posisi Wiliam di belakang, sedangkan Ruby di depan. Mereka sangat dekat, bahkan tidak ada jarak diantara mereka.
Teresa bisa melihat bagaimana ekspresi Wiliam saat ini. Pria itu tersenyum dengan lebarnya, Tere belum pernah melihat senyuman itu sebelumnya. Dan kemudian, Tere menyadari tentang sesuatu.
“Astaga! Tidak mungkin bukan?” batin Tere sembari melihat Wiliam dan kakak iparnya.
Tere kembali teringat dengan ucapan perawat kuda itu. Dan ia kembali teringat dengan pengakuan Wiliam saat itu, pria itu pernah mengatakan sesuatu padanya.
“Aku sudah mempunyai seseorang yang aku cintai. Cintaku sudah habis di dalam dirinya. Karena sesuatu, aku tidak bisa hidup bersamanya”
Teresa kembali melihat Wiliam dan juga Ruby. Dadanya mendadak terasa sesak. Kakinya lemas saat memikirkan hal itu, Tere mencoba untuk tidak mempercayai pikiran buruk yang ada di otaknya.
“Karena sesuatu. Artinya, karena wanita itu sudah menikah dengan kakaknya” batin Tere.
“Dan dia tidak bisa hidup bersamanya. Artinya, Wiliam tidak bisa hidup bersama dengan kakak iparnya sendiri” batin Teresa.
Tere memaksakan senyumannya saat Ruby melambaikan tangan kearahnya. Tere berharap bahwa semua tebakanya salah, ia berharap bahwa Wiliam tidak mencintai kakak iparnya sendiri.
lanjutttttt
lanjutttttttt