Ini adalah kisah antara Andrean Pratama putra dan Angel Luiana Crystalia.
kisah romance yang dipadukan dengan perwujudan impian Andrean yang selama ini ia inginkan,
bagaimana kelanjutan kisahnya apakah impian Andrean dan apakah akan ada benis benih cinta yang lahir dari keduanya?
Mari simak ceritanya, dan gas baca, jangan lupa like dan vote ya biar tambah semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2: Pagi yang Berbeda
Pagi yang cerah itu menyelimuti sekolah dengan cahaya matahari yang hangat. Andrean merasa langkahnya lebih ringan hari ini, meskipun harus tetap melalui jalanan yang sama seperti biasa. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Mungkin karena percakapan dengan Angel semalam, atau mungkin karena merasa ada harapan baru untuk impian yang selama ini dia simpan rapat-rapat.
Sesampainya di sekolah, Andrean langsung menuju kelas. Sesuai kebiasaannya, ia memilih bangku pojok, jauh dari keramaian. Namun, hari itu, ada sesuatu yang menarik perhatian. Angel Luiana Clarista duduk di bangku depan, bukan di tempat yang biasanya ditempati siswa lain. Itu membuat seluruh kelas terdiam sejenak. Beberapa siswa saling berbisik, terkejut dengan perubahan itu.
Angel tersenyum saat melihat Andrean masuk ke kelas. Dia mengangkat tangan dan menyapa dengan anggun, "Hei, Andrean! Ayo duduk sini."
Mata seluruh kelas langsung tertuju pada mereka berdua. Andrean merasa gugup, tapi mencoba tetap tenang. Meskipun ia merasa canggung dengan perhatian yang diberikan oleh teman-teman sekelas, ia tak bisa menolak tawaran Angel. Ia akhirnya berjalan menuju tempat duduk yang sudah disiapkan untuknya di sebelah Angel.
"Jadi, bagaimana dengan novel yang kamu ingin buat? Sudah mulai menulis?" tanya Angel dengan nada antusias.
Andrean sedikit terkejut, karena tidak mengira Angel akan membicarakan hal itu begitu cepat. "Aku… aku belum mulai menulis banyak sih. Masih mikirin ide dan cara untuk memulainya."
Angel mengangguk sambil tersenyum. "Aku percaya kamu bisa, Andrean. Kalau kamu butuh bantuan, aku akan selalu ada untukmu."
Kata-kata Angel membuat Andrean merasa lebih tenang. Namun, di sisi lain, ia merasa ada beban yang cukup besar. Bisa saja ia memanfaatkan bantuan dari Angel, tetapi ia juga tidak ingin terlihat seperti orang yang hanya bergantung pada orang lain. Ia ingin melakukannya sendiri, namun Angel terus memberikan dorongan dan semangat.
Di kelas itu, pelajaran berlangsung seperti biasa. Namun, di dalam pikiran Andrean, ide untuk menulis novel semakin berkembang. Ia membayangkan bagaimana jika ia bisa menulis sebuah cerita yang akan mengubah hidupnya. Apa yang akan ia lakukan jika idenya itu benar-benar bisa mengubah jalan hidupnya?
Sore harinya, Andrean mendapat undangan dari Angel untuk datang ke rumahnya. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan besar, tetapi ia merasa cemas. Di satu sisi, ia ingin mengejar impiannya, tetapi di sisi lain, ia merasa ragu untuk menerima bantuan orang lain.
Sesampainya di rumah Angel, Andrean terpesona melihat kemewahan yang ada di sekitarnya. Rumah besar dengan taman yang indah, furnitur yang mewah, dan dekorasi yang elegan membuat Andrean merasa sedikit canggung. Ia tidak terbiasa berada di lingkungan seperti ini.
Angel menyambutnya dengan ramah. "Selamat datang, Andrean. Jangan ragu, ini rumahku. Aku ingin kamu merasa nyaman."
Andrean tersenyum canggung. "Terima kasih, Angel. Aku… nggak biasa berada di tempat seperti ini."
Angel tertawa kecil. "Aku ngerti kok. Tapi kamu nggak perlu merasa canggung. Aku malah senang bisa membantumu."
Setelah beberapa saat berbincang-bincang, Angel membawa Andrean ke ruang kerjanya. Di dalam ruangan itu terdapat berbagai macam alat tulis, komputer canggih, dan rak-rak penuh dengan buku-buku. Andrean terkejut melihat betapa terorganisirnya ruang kerja Angel.
"Ini tempat di mana aku biasa menulis," kata Angel sambil menunjuk meja kerjanya. "Aku suka menulis juga, meskipun nggak seperti kamu. Tapi aku bisa membantu kalau kamu butuh bantuan dengan pengeditan atau ide."
Andrean melihat meja itu dengan kagum. "Wow, ini keren banget. Aku nggak pernah berpikir bisa punya tempat seperti ini."
Angel tersenyum. "Ini semua karena orang tua aku. Mereka mendukung apa pun yang aku lakukan. Kalau kamu butuh ruang seperti ini, aku bisa membantumu."
Andrean merasa terharu. Ia tak bisa membayangkan betapa mudahnya hidup Angel dibandingkan dengan hidupnya sendiri. Namun, di sisi lain, ia juga merasa ada peluang besar untuk mewujudkan impian yang selama ini ia pendam.
Setelah beberapa jam berbincang dan berdiskusi, Andrean mulai merasa lebih nyaman. Angel mengajaknya untuk berjalan-jalan di sekitar rumah, memperkenalkan beberapa fasilitas yang ada. Mereka berjalan di taman yang luas, berbicara tentang berbagai hal. Andrean merasa semakin dekat dengan Angel.
Namun, di balik itu semua, Andrean mulai merasa ada sesuatu yang tak terungkapkan. Ia mulai merasakan perasaan yang berbeda terhadap Angel. Perasaan yang lebih dari sekadar rasa terima kasih karena bantuan yang diberikan. Ada semacam ikatan yang mulai terbentuk, meskipun Andrean berusaha menahannya.
Pada saat mereka berdua duduk di bangku taman, Angel berbicara dengan lembut. "Andrean, aku tahu hidupmu nggak mudah. Tapi aku yakin kamu bisa sukses. Aku percaya pada kemampuanmu."
Kata-kata itu membuat Andrean merasa tersentuh. Ia tidak bisa membayangkan ada orang yang begitu peduli dengan impian dan kehidupannya. Namun, ia juga tahu bahwa perasaan ini tidak akan mudah. Ia tidak bisa membiarkan perasaan ini mengganggu fokusnya pada tujuannya.
"Terima kasih, Angel. Aku akan berusaha sebaik mungkin," jawab Andrean, meskipun hatinya bergejolak.
Angel tersenyum lebar. "Aku tahu kamu bisa, Andrean. Aku akan selalu ada untukmu."
Setelah menghabiskan waktu bersama, Andrean kembali pulang dengan perasaan campur aduk. Ia tidak hanya merasa lebih dekat dengan Angel, tetapi juga semakin yakin untuk mengejar impian menulisnya. Namun, di dalam hatinya, ia merasa ada tantangan besar yang harus dihadapi. Apakah ia siap untuk membuka hati dan menerima bantuan dari seseorang seperti Angel? Atau, apakah ia akan terus bertahan dengan cara yang lebih sulit, berjuang seorang diri?
........
BERSAMBUNGG.....