NovelToon NovelToon
Against All Odds

Against All Odds

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: D.harris

Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

40s

Saat di kampung halamannya, Bian merasa ada yang aneh dengan Rissa. Setiap kali ia menelepon, Rissa terdengar singkat dan cenderung cuek. “Kamu sibuk banget, ya? Kenapa nggak pernah ngobrol lama sama aku?” tanya Bian di telepon.

“Ah, biasa aja, Mas. Anjani lagi rewel. Nanti aku telepon lagi, ya,” jawab Rissa buru-buru sebelum menutup telepon.

Bian menghela napas panjang. Ia merasa ada yang tidak beres, tapi mencoba menenangkan dirinya.

Setelah beberapa hari di kampung, Bian akhirnya pulang ke Bali. Ia membawa oleh-oleh khas kampungnya untuk keluarga kecilnya. Ketika sampai di rumah, suasana terasa sangat sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Rissa atau anak-anak.

“Rissa? Sabda?” panggil Bian, berjalan masuk ke ruang tamu. Namun, tidak ada jawaban. Rumah tampak kosong.

Bian mulai cemas. Ia mencoba menelepon Rissa, tetapi tidak diangkat. Pikirannya mulai dipenuhi kekhawatiran. Ia melangkah ke dapur dan ruang tengah, tetapi tetap tidak menemukan siapa pun.

Ketika ia kembali ke ruang tamu, tiba-tiba lampu padam. Bian semakin panik. Namun, beberapa detik kemudian, suara langkah kaki kecil terdengar dari arah pintu.

Tiba-tiba lampu menyala kembali, dan Rissa serta Sabda muncul sambil membawa kue ulang tahun besar dengan lilin angka 41. “Surprise!” mereka berseru serempak.

Bian tertegun, kemudian tertawa lega. “Ya ampun, kalian bikin aku deg-degan! Kukira terjadi sesuatu,” katanya, tersenyum lebar.

“Maaf, Mas. Aku pura-pura cuek di telepon supaya kamu nggak curiga. Ini ulang tahunmu yang ke-41. Kita harus rayakan,” ujar Rissa sambil mendekatkan kue ulang tahun.

Sabda menatap ayahnya dengan senyum lebar. “Cepat tiup lilinnya, pah! Aku juga mau makan kuenya!”

Bian tersenyum haru. Ia memandang Rissa dan Sabda, lalu menutup matanya sebentar untuk membuat permohonan. Setelah itu, ia meniup lilin di atas kue.

“Terima kasih, kalian luar biasa,” kata Bian, menarik Rissa dan Sabda ke dalam pelukannya. “Aku nggak butuh hadiah apa pun selain kalian.”

Rissa tersenyum hangat. “Kami hanya ingin papa selalu sehat dan bahagia.”

Malam itu, mereka merayakan ulang tahun Bian dengan sederhana tetapi penuh kebahagiaan. Sabda membantu memotong kue, sementara Anjani yang sudah mulai belajar duduk di pangkuan Rissa. Bian merasa bersyukur memiliki keluarga yang mencintainya, menjadikannya semakin bersemangat untuk menjalani hidup.

......................

Bian merasa tubuhnya kurang fit dan sering batuk belakangan ini, Bian akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya membuatnya terkejut sekaligus khawatir. Dokter memberi tahu bahwa Bian mengalami masalah pada paru-parunya, yang disebabkan oleh kebiasaan merokoknya selama bertahun-tahun.

“Pak Bian, ini belum terlambat, tapi Anda harus berhenti merokok sekarang juga. Jika tidak, kondisi ini bisa menjadi lebih serius,” ujar dokter dengan tegas.

Bian mengangguk lemah. Ia tahu ini adalah peringatan keras bagi dirinya.

Saat pulang ke rumah, Bian menceritakan hal itu kepada Rissa. Wajah Rissa langsung berubah cemas. “Mas, kamu harus berhenti sekarang. Aku nggak mau kehilangan kamu.”

Bian tersenyum tipis. “Aku tahu, Sayang. Tapi, ini nggak mudah.”

Rissa memegang tangan Bian erat. “Aku akan bantu. Kita bisa cari cara bareng-bareng. Yang penting kamu sehat.”

Sejak itu, Bian mulai berjuang untuk menghentikan kebiasaannya. Hari-hari pertama terasa sangat sulit. Godaan untuk merokok muncul hampir setiap saat, terutama ketika ia sedang bekerja atau merasa stres. Namun, Rissa selalu ada untuk mengingatkan dan mendukungnya.

“Mas, kalau kamu ingin merokok, coba pikirkan Anjani dan Sabda. Mereka butuh kamu sehat,” kata Rissa suatu hari ketika melihat Bian hampir tergoda.

Perkataan itu seperti tamparan bagi Bian. Ia sadar, keluarganya adalah alasan terbesar untuk berhenti.

Bian juga mulai mengganti kebiasaan merokok dengan aktivitas lain. Ia mencoba berjalan-jalan di sekitar villa setiap pagi untuk menghirup udara segar dan mengalihkan pikirannya.

Hari demi hari berlalu, dan meskipun prosesnya tidak mudah, Bian mulai terbiasa hidup tanpa rokok. Ia merasa tubuhnya perlahan menjadi lebih ringan, batuknya berkurang, dan napasnya terasa lebih lega.

Rissa tidak pernah berhenti memberi semangat. Bahkan, ia kadang mengajak Bian untuk mencoba olahraga ringan bersama atau memasak makanan sehat yang bisa membantu memulihkan kesehatannya.

“Aku bangga sama kamu, Mas,” kata Rissa suatu malam saat mereka duduk di teras sambil menikmati teh hangat.

Bian tersenyum. “Terima kasih, Sayang. Tanpa kamu, aku mungkin nggak bisa.”

Meskipun perjalanan masih panjang, Bian merasa bersyukur memiliki keluarga yang mendukungnya. Ia sadar, kesehatan adalah aset paling berharga, dan ia tidak ingin kehilangan momen-momen indah bersama orang-orang yang ia cintai.

1
Girl lạnh lùng
Thor, jangan bikin pembaca gatal gatel nunggu update ya!
Fiqri Skuy Skuy
Pesan moralnya sangat berbekas di hati. 🤗
Khansa_nana_jennie22
Penulisnya punya keahlian khusus dalam menciptakan atmosfir.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!