NovelToon NovelToon
BECOME A MAFIA QUEEN

BECOME A MAFIA QUEEN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi / Pemain Terhebat / Roman-Angst Mafia / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nuah

Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.

Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.

Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.

Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35. Tuan Tengil

Alice duduk tegak di kursinya, berusaha mempertahankan ekspresi profesionalnya. Di sekelilingnya, para petinggi dari kedua perusahaan tengah sibuk berdiskusi, membahas kerja sama bisnis yang bisa menguntungkan kedua belah pihak.

Namun, satu hal membuatnya tak nyaman sejak awal rapat dimulai.

Tatapan Leonard Devereux.

Dari awal hingga sekarang, pria itu terus mengamatinya tanpa ragu. Pandangannya intens, seolah dia sedang menelanjangi pikirannya satu per satu.

Alice menggigit bibirnya, mencoba mengalihkan perhatiannya ke dokumen di depannya. Namun, sulit untuk berkonsentrasi ketika dia tahu seseorang sedang mengamati setiap gerak-geriknya.

Dan bukan sembarang orang.

Leonard Devereux.

Pria yang semalam tidur dengannya.

Pria yang seharusnya tidak pernah dia temui lagi.

Diskusi berlangsung panjang. Setiap poin dibahas secara mendetail, dengan beberapa kali perdebatan kecil terjadi di antara kedua belah pihak.

Alice berusaha fokus. Dia tahu bahwa perusahaan tempatnya bekerja sangat mengandalkan kesepakatan ini, dan dia tidak boleh membuat kesalahan.

Namun, semakin lama rapat berlangsung, semakin ia merasa lelah.

Negosiasi ini lebih sulit dari yang ia bayangkan. Tim Leonard tampaknya memiliki standar yang sangat tinggi, dan mereka tidak segan-segan menekan tim Alice untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Sebagai salah satu perwakilan perusahaan, Alice harus ikut berdebat dan memberikan argumentasi yang kuat.

Namun, di tengah tekanan itu, satu hal tetap mengganggu pikirannya—Leonard masih saja menatapnya.

Ketika dia menoleh, mata mereka bertemu sejenak sebelum Alice buru-buru mengalihkan pandangannya.

Sial.

Pria itu masih saja tersenyum, seolah menikmati kegelisahannya.

Alice merasa seperti seekor kelinci yang sedang diawasi oleh seekor serigala lapar.

Saat rapat akhirnya berakhir, Alice merasa tubuhnya hampir tumbang.

Negosiasi masih belum selesai, tapi mereka telah menyepakati beberapa poin penting. Pembicaraan akan dilanjutkan dalam pertemuan berikutnya, yang berarti Alice harus bertahan di kota ini lebih lama lagi.

Dan itu adalah hal terakhir yang ia inginkan.

Begitu semua orang mulai berkemas dan bersiap pergi, Alice buru-buru merapikan dokumen-dokumennya.

Dia ingin keluar dari ruangan ini secepat mungkin sebelum Leonard memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya.

Namun, rencana itu gagal total.

Saat ia hendak berdiri, sebuah suara yang dalam dan dingin terdengar dari seberang meja.

"Alice."

Alice menegang.

Perlahan, dia mendongak, dan matanya langsung bertemu dengan Leonard yang kini berdiri dengan santai di depannya.

Senyuman pria itu masih sama seperti tadi—penuh misteri dan sedikit… menggoda.

Alice menelan ludahnya, berusaha mengendalikan dirinya.

"Ya, Tuan Devereux?" jawabnya dengan nada setenang mungkin.

Leonard menatapnya dengan ekspresi tak terbaca sebelum akhirnya berkata, "Bisa kita bicara sebentar?"

Alice mengepalkan tangannya di bawah meja.

Dia sangat ingin menolak.

Tapi dia tahu dia tidak bisa.

Bukan hanya karena pria ini adalah seorang pebisnis berpengaruh, tetapi juga karena dia sudah terlibat dalam permainan yang sepertinya tidak bisa dia hindari.

Dengan enggan, Alice mengangguk.

"Baiklah."

Dia hanya berharap pembicaraan ini tidak akan membuat segalanya semakin rumit.

.

Alice menghela napas panjang saat melangkah keluar dari ruang rapat. Tubuhnya masih terasa tegang setelah beberapa jam menghadapi negosiasi yang alot, dan sekarang dia harus menghadapi sesuatu yang lebih melelahkan lagi—Leonard Devereux.

Pria itu berjalan santai di sampingnya, seolah-olah mereka hanya sedang menikmati sore yang indah. Alice meliriknya sekilas dan semakin kesal saat melihat ekspresi santai di wajah pria itu, seakan semua yang terjadi di antara mereka adalah sesuatu yang wajar.

"Kita bicara di mana?" tanya Alice dengan nada datar.

Leonard tersenyum kecil. "Bagaimana kalau di kafe hotel? Aku traktir."

Alice mendengus. "Aku bisa bayar sendiri."

Leonard mengangkat alisnya, tampak semakin terhibur. "Tentu saja, nona independen."

Alice berusaha mengabaikan komentar itu dan melangkah lebih dulu menuju kafe di lantai bawah hotel.

.

Begitu mereka duduk, Alice langsung menyilangkan tangan di depan dadanya, menatap Leonard dengan tajam.

"Oke, cepat katakan. Apa yang ingin kau bicarakan?" tanyanya, berusaha terdengar profesional meski emosinya mulai mendidih.

Leonard tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap Alice dengan senyum misteriusnya yang menyebalkan. Setelah beberapa detik, dia bersandar ke kursinya dan akhirnya berbicara.

"Kau berusaha menghindariku," katanya santai.

Alice mengerutkan kening. "Tentu saja. Siapa yang tidak ingin menghindari pria tengil sepertimu?"

Leonard terkekeh. "Jadi, aku tengil?"

Alice mendengus. "Sangat."

Alih-alih tersinggung, Leonard malah semakin tersenyum. "Kau tahu, aku tidak menyangka kau akan bereaksi seperti ini setelah malam itu."

Wajah Alice langsung memerah. "Kita tidak membicarakan itu!" serunya sambil melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

Leonard mengangkat bahu. "Kenapa? Itu bagian dari kenyataan, kan?"

Alice memutar matanya, menahan keinginannya untuk benar-benar melempar sesuatu ke kepala pria itu.

"Aku tidak peduli," katanya tajam. "Yang aku pedulikan adalah menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin dan keluar dari kota ini!"

Leonard menatapnya dengan mata tajam. "Kenapa terburu-buru, Alice? Apa karena aku?"

Alice mengepalkan tangannya. "Aku tidak ingin berurusan dengan pria yang hanya tahu bermain-main."

Leonard tertawa kecil. "Lucu sekali. Kau berbicara seolah-olah kau mengenalku dengan baik."

Alice berdiri dari kursinya, tapi sebelum dia bisa pergi, Leonard menangkap pergelangan tangannya dengan cepat.

"Alice," katanya dengan suara lebih serius kali ini. "Kenapa kau begitu ingin menghapus apa yang terjadi di antara kita?"

Alice menatap Leonard dengan tajam sebelum dengan cepat mencubit lengannya dengan keras.

"Aww, Alice!" Leonard tertawa sambil mengusap lengan yang dicubit. "Kau agresif sekali."

Alice mendengus kesal. "Itu karena kau menyebalkan."

Leonard hanya tersenyum. "Tapi kau tetap di sini dan mendengarkanku."

Alice terdiam.

Sial. Dia benar-benar tidak suka bagaimana Leonard bisa membaca dirinya dengan mudah.

Namun, satu hal yang ia sadari—Leonard mungkin tengil dan menyebalkan, tapi pria itu bukan tipe yang bisa dengan mudah dia abaikan.

Dan itu semakin membuatnya kesal.

.

Alice bersandar di kursinya, menatap cangkir kopinya yang hampir kosong. Ia menghela napas panjang. Seharusnya, ia sudah kembali ke kamarnya sejak tadi, bukannya malah duduk di kafe hotel, berbicara dengan pria yang seharusnya ia hindari.

Namun, entah bagaimana, Leonard selalu berhasil membuatnya tetap tinggal.

"Aku masih penasaran," kata Leonard tiba-tiba, meletakkan cangkir kopinya dan menatap Alice dengan penuh minat. "Kenapa kau menutup-nutupi identitasmu?"

Alice mengangkat alisnya. "Kenapa? Kau penasaran karena tidak bisa menemukan informasi tentangku?"

Leonard tersenyum miring. "Tepat sekali."

Alice tertawa kecil. "Aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu, Tuan Devereux."

Leonard menatapnya beberapa detik sebelum menghela napas dramatis. "Baiklah, baiklah. Aku akan membiarkanmu merahasiakan identitasmu untuk sekarang. Tapi..."

Alice memicingkan matanya. "Tapi apa?"

"Tapi aku tetap tidak bisa menghilangkan bayangan tentang malam itu dari pikiranku."

Alice hampir tersedak. "Leonard!"

Leonard tertawa, tampak sangat puas dengan reaksinya. "Apa? Aku hanya jujur. Kau sendiri, tidak merasa ingin mengulanginya?"

Alice menatapnya tajam. "Tidak. Sama sekali tidak."

"Oh, sayang sekali." Leonard menyandarkan punggungnya ke kursi, berpura-pura kecewa. "Padahal aku sudah menyiapkan stamina ekstra, kalau-kalau kau berubah pikiran."

Alice mendengus dan tanpa ragu mencubit lengan pria itu dengan keras.

"Awww, Alice! Itu sakit!"

"Itu memang maksudku," kata Alice dengan nada ketus.

Leonard terkekeh dan mengusap lengannya yang baru saja dicubit. "Kau ini benar-benar ganas."

Alice memutar matanya. "Dan kau benar-benar tengil."

Mereka saling menatap beberapa detik, sebelum akhirnya keduanya tertawa.

.

Malam semakin larut, dan tanpa mereka sadari, waktu berlalu begitu cepat.

Obrolan mereka mengalir dengan begitu alami. Alice, yang awalnya ingin segera pergi, justru merasa nyaman berada di sini. Meskipun Leonard selalu menggodanya, pria itu juga punya sisi yang menyenangkan.

Mereka berbicara tentang banyak hal—tentang bisnis, tentang perjalanan yang pernah mereka lakukan, bahkan tentang makanan favorit mereka.

Alice tidak bisa mengelak bahwa ada bagian dari dirinya yang menikmati percakapan ini.

Tapi di saat yang sama, ia tahu bahwa ia harus berhati-hati.

Leonard Devereux bukan pria biasa. Dia cerdas, licik, dan terlalu menggoda untuk kebaikan Alice sendiri.

Jika ia tidak menjaga jarak, ia mungkin akan terjebak dalam pesona pria itu lebih dalam dari yang seharusnya.

Tapi untuk malam ini...

Mungkin, hanya untuk malam ini...

Ia akan membiarkan dirinya menikmati kebersamaan ini.

Untuk ilustrasi Leon aku pakek foto adek alik aja ya kawan.

Leonard

Di swap mukanya sama muka adek, biar aman damai tentram...

1
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
itulah kekuatan cinta❤😘
Shai'er
akhirnya 🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Shai'er
tak kenal lelah 💪💪💪
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
💪💪💪💪💪💪💪💪
Shai'er
💪💪💪💪💪
Shai'er
🤣🤣🤣🤣🤣
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
👍👍👍👍👍👍
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧🤧🤧🤧
Shai'er
😭😭😭😭😭
Shai'er
😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨😮‍💨
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧
Widayati Widayati
aduh knp imut bgini. 🥰
Shai'er
udah bisa jalan kah🤔🤔🤔
Shai'er
pandang pandangan 🤧🤧🤧
Shai'er
🥺🥺🥺🥺🥺
Shai'er
👍👍👍👍👍
Shai'er
memasang perangkap untuk menyatukan orang tua 💪💪💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!