tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamatan Rumah Baru.
Sepanjang jalan menuju rumah Dian terlihat banyak mobil mobil mewah parkir, dihalaman depan, terpasang tenda tenda.
"apa acaranya Dev? " tanya Diva. Mereka saling berbagi pesan.
"sepertinya selamatan rumah baru ma, benar benar mewah, mereka mengundang ratusan anak panti dan ada hiburan organ tunggal juga, makananya berlimpah ruah. Disana ada pak rt dan keluarga, dan bidan Ros sama keluarga. " jawab Deva.
"yaaah.. Kenapa mereka bikin acara ketika kami tak ada sih? Kan penasaran juga lihat rumahnya itu. "
"ya mana Deva tahu ma, itu kan urusan mereka, udahlah ah.. Aku mau jalan jalan dulu sama kakek, naik mobil baru. "
Diva merengut kesal, banyak warga yang tiba tiba upload keseruan selamatan rumah baru itu. Satu satunya bangunan termegah yang ada di kampung ini. Bahkan akses jalan menuju kerumah itu pun, sengaja dibeli tanah selebar jalan dan di cor beton sendiri.
*pada norak banget sih, baru lihat rumah kayak gitu. "gerutu Diva. Dulu rumah Diva dan pak rt bisa dikategorikan mewah untuk ukuran di kampung. Karena rata rata rumah disana kebanyakan semi permanen bahkan ada yang dari papan juga.
Dua hari kemudian, rangkaian proses umroh selesai, mereka akan ke Jeddah dan untuk selanjutnya kembali ke Indonesia. Sepanjang perjalanan dari Mekkah ke Jeddah, Leni merasakan sakit kepala.
" ibu kenapa? "tanya Diva.
" kepala ibu pusing Div. "
"ooh.. minum obat lah ma, terus tidur. " kata Diva cuek. Dia asyik berfoto foto dan upload ke media sosial, meski sudah berkepala 4..tapi Diva sangat aktif di media sosial. Leni segera meminta obat, pada pemimpin umroh. Lalu memejamkan mata, mencoba untuk istirahat.
Candra dan Deva sudah menunggu di luar bandara, Leni bertambah merasakan pusing, ketika menunggu koper dan pembagian air Zamzam, Leni tak tahan lagi, hingga tubuhnya terkulai lemas terduduk di kursi.
"nenek! " pekik Deva. Candra segera mendekat.
"bu! Ibu! Ya Allah panas banget, kita bawa ke rumah sakit dulu. "
Koper koper mereka segera di dahulukan, Candra pun membawa Leni ke rumah sakit terdekat. Diikuti oleh leadernya.
Leni segera mendapatkan penanganan di UGD.
"pasien Leni mengalami dehidrasi cukup parah, apa beliau jarang minum air putih ya ketika umroh? " tanya dokter yang menangani. Diva mendekat.
"ibu itu tidak suka minum air putih dok, maunya minum teh atau kopi, atau minuman bersoda. " jawab Diva.
Dokter mengangguk.
"waaah sayang sekali ya bu, padahal sudah di rumah Allah loh, air Zamzam pasti ada di setiap sudut, tinggal teguk saja. " kata dokter sambil tersenyum ramah.
"terus tumit kaki ibu juga pecah pecah, sama mukanya brutusan, gak pakai sunscreen dan body lotion ya bu? *
Leni menggeleng samar. Leader umroh hanya tersenyum saja. Semua jamaah di anjurkan untuk membawa itu, bahkan di Madinah dibagikan 1 botol kecil olive oil untuk di oles ke tumit. Tapi tentu tak perlu diingatkan terus menerus kan ya? Toh ada Diva yang seharusnya mengurus Leni.
" tak apa apa, kita habiskan infus ini dulu, nanti kalau sudah habis, dan ibunya kuat, boleh pulang kok. "kata dokter itu ramah, dan permisi untuk memeriksa pasien yang baru masuk. Leni memejamkan matanya.
" kenapa ibu sampai dehidrasi? "tanya Candra, sambil memijit kaki Leni.
" nggak enak pak, rasanya pahit banget, air mineral disana juga agak sepet gitu. "jawab Leni. Si bapak yang jadi leader itu tersenyum. Tentu beliau tahu apa masalahnya. Ada orang yang niat umrohnya emang untuk sebenar benar ibadah, ada juga yang hanya ingin pamer.
" mungkin ada kata yang terlontar bu, mengatakan air di tanah suci itu biasa saja, dan doa ibu di ijabah sama Allah. Terimaksih telah memakai travel kami ya bu, semoga ibu segera pulih, saya mengurus jamaah lainnya dulu, mari pak, mbak. "
"iya ustadz, maafkan istri dan anak saya, kalau ada berkelakuan kurang pantas. " jawab Candra. Leader itu memberi Leni uang melalui Candra. Dan berlalu, jamaahnya yang jauh jauh musti di urus kepulangannya.
Setelah hampir 3 jam di rumah sakit, Leni mulai membaik. Dokter meresepkan obat untuk diminum dan obat oles untuk tumit Leni yang pecah pecah parah.
"semoga lekas pulih ibu. Boleh pulang ya, infus akan dilepas oleh perawat. "
"terimakasih dokter. " ucap Leni lirih. Dokter mengangguk ramah. Leni tertatih menuju ke mobil.
"bagus mobil kamu Deva. " kata Leni lirih.
"namanya juga mobil baru nek. " jawab Deva. Leni hanya tersenyum kecil.
Tak ada penyambutan yang heboh ketika Leni pulang, bahkan sampai 2 hari Leni dirumah, tak ada tetangga yang ngeh. Mereka kalau ke sawah atau ladang akan lewat jalan samping rumah Leni, mereka hanya sekedar menyapa Leni yang duduk berjemur di depan rumah. Tak ada yang menagih oleh oleh atau sekedar bertanya kabar. Bahkan wajah pucat lesu Leni pun tak hendak mereka tanyakan. Begitu pula dengan Diva, dia terlihat tak bersemangat saja untuk pamer seperti biasanya. Diva berlaku seperti hari hari biasa saja.
Waktu pun berlalu...
Kali ini Dian diminta pulang oleh Yudi, karena Putra akan membawa keluarga besarnya, untuk melamar Dian secara resmi. Trip ke Turki bersama dibatalkan, karena di Turki sedang musim dingin Jiro dan Yudi tak kuat berada di musim dingin itu.
"maafkan kami yang tak bisa pulang Yan, tak bisa menghadiri acara lamaran kamu, Cica baru ambil libur pas ibu libur kemaren, rencananya kami mau ambil cuti pas nikahan kamu saja. " kata Zana, sambil memeluk Dian di bandara.
"iya, tak apa apa, kalian jadi bridesmaid aku nanti ya, seragamnya akan di tentukan nanti. " kata Dian, membalas pelukan sahabat sahabatnya itu.
"kalian harus tetap tinggal di apartemen itu, gak boleh kemana mana, kabarin kalau butuh sesuatu ya. '
Cica dan Zana mengangguk. Dian akan melakukan check in. Dia melambaikan tangan pada dua orang cewek cantik itu.
" kabarin yaa kalau udah sampai! "seru Cica. Dian memberikan jempolnya.
Dian duduk nyaman di kursi first class itu. Senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya, membaca pesan pesan lucu dari Putra, yang berlaku sebagai pacar sekarang.
Pramugari mendekat.
" maaf mengganggu, apakah anda seorang designer atau model? "tanyanya sopan. Dian tersenyum.
" saya bukan model, bukan designer juga, tapi saya bisa jahit. "jawab Dian ramah. Mulut pramugari cantik dan berpakaian sopan itu ternganga, dan reflek di tutupnya pakai telapak tangan.
" jangan bilang pakaian anda ini adalah rancangan dan anda jahit sendiri? "tanyanya lagi.
Dian mengangguk.
" anda kereeen. "puji pramugari kagum. Karena pesawat mau take off, pramugari itu segera beranjak.
Dian membaca doa ketika pesawat mengudara. Dan tak lama Dian pun terlelap nyaman.
Pesawat pun mengudara tenang.