🏆🥈Juara 2 YAAW S 10
" Aku akan melakukan apapun untukmu. Meski harus kembali menemui pria itu. Hidupmu adalah hidupku. Bunda mohon bertahanlah sayang. Hanya kamu hidup bunda nak. "
Akibat kesalahan semalam yang dia perbuat Kaluna melahirkan seorang putra yang ia beri nama Taraka. Ia membesarkan Tara seorang diri, namun hancur hati Kaluna saat dokter memvonis putra nya yang berusia 5 tahun ini dengan penyakit yang mengancam nyawa.
Kesehatan Taraka semakin memburuk. Dengan berat hati ia pun Akhirnya pergi mencari pria tersebut agar putranya bisa hidup lebih lama.
Bagaimana reaksi si pria saat tahu dia ternyata memiliki putra dari wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya itu?
Akankah hidup Taraka terselamatkan?
Folow IG author @anns_indri
Kalau suka jangan lupa tinggalkan like setelah membaca. Terimakasih. Like Anda dukungan terbesar bagi penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JMB 13. Kondisinya Memburuk
Beberapa hari berlalu, Yasa sudah kembali beraktivitas di kampus untuk kembali mengajar. Hubungannya dengan Ciara hanya sebatas melalui pesan saja. Ciara ternyata tidak mempermasalahkan hal tersebut. Gadis itu menganggap mungkin ini adalah cara mereka introspeksi diri.
Sedangkan Raffan dan Vanka masih kesulitan menemui putri mereka. Setiap mereka datang ke rumah sakit selalu tidak bisa bertemu. Aneh memang tapi itulah yang terjadi. Tapi paling tidak mereka bisa bertemu cucu mereka dan bermain dengan bocah kecil tersebut.
Tara tentu senang, harinya di rumah sakit tidak lagi sepi. Ada kakek dan neneknya yang menemani. Raffan tentu sudah tidak lagi bekerja di Star Building. Saat usianya 40 tahun ia memutuskan untuk membeli lahan perkebunan dan beralih profesi sebagai petani perkebunan. Bukan hal yang mudah. Butuh waktu 5 tahunan baginya untuk mengukuhkan usahanya.
Di kampus Andra memanggil Yasa ke ruangannya. Sekitar 2 hari lagi akan aaa seminar mengenai kebudayaan Indonesia.Yasa oleh andra diminta sebagi moderator acara tersebut karena pembicaranya adalah menteri kebudayaan.
" Apakah ada hal khusus yang harus aku pakai Om."
" Pakai baju etnik gimana, Misal jas dari kain tenun gitu."
" Aah aku mengerti, soal ini Topan pasti lebih tahu. Setelah kelas selesai aku akan ke butik Topan."
Andra mengangguk mengerti, menjadi direktur utama Universitas Nusantara ternyata tidak terlalu buruk. Mantan public figure itu terlihat nyaman dengan pekerjaannya saat ini.
Yasa keluar dari ruangan Andra dan langsung menuju kelasnya. Tiba-tiba kepalanya sedikit pusing. Pria tersebut lalu menepikan tubuhnya dan duduk disebuah bangku. Yasa memejamkan matanya sesaat. Dalam gelapnya mata yang terpejam itu dia seperti melihat bayangan wanita.
" Siapa kamu, kenapa selalu muncul saat kepala ku sakit?"
Sebenarnya bukan hanya sekali ini Yasa merasakan hal seperti itu. Dia sudah beberapa kali mengalaminya, dan bayangan wanita yang ia lihat selalu sama. Seorang wanita dengan kulit putih dan rambut panjang, tapi sayang nya Yasa tidak pernah bisa melihat wajahnya.
" Yas, kamu kenapa?"
" Eh tante, maksud saya Bu Za. saya tidak apa-apa kok."
Yasa kembali bangkit, ia kemudian pamit kepada tantenya itu untuk menuju ke kelas. Jika berada di lingkungan kampus maka ia akan memanggil om dan tantenya dengan sebutan formal. Meskipun keluarga mereka tetap harus bersikap profesional.
Jam mengajar usai, Yasa yang sudah membuat janji dengan Topan pun langsung menuju butik milik sang teman tersebut. Topan yang dihubungi Yasa tentu sudah langsung tahu apa yang diinginkan Yasa. Akan tetapi mereka tetap harus bertemu karena untuk mencocokkan ide.
Ciiiit
Yasa memarkirkan mobilnya tepat di depan butik milik Topan. Pria tampan dan menawan itu turun dan langsung masuk ke dalam butik. Para pegawai Topan masih saja selalu antusias saat Yasa datang. Padahal bukan hanya sekali dua kali pria itu mendatangi butik Topan.
" Selamat datang tuan, ada yang bisa saya bantu."
Deg
Dua pasang mata saling beradu pandang. Kaluna tentu sangat terkejut melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya. Pria yang sudah memberinya satu anak itu, pria yang sekeras mungkin ia hindari itu kini berdiri tepat didepannya dan bahkan mereka saling menatap satu sama lain. Jantung Kaluna berdegup kencang, ia bahkan merasa jantungnya akan melompat keluar.
kenapa dia bisa ada di sini? Ya Allaah, kebetulan macam apa ini.
Kaluna memejamkan matanya sejenak. Bukannya tambah tenang, ia malah semakin gusar. Saat memejamkan matanya itu bayangan percintaan mereka 6 tahun lalu malah terlihat jelas. Bagaimana sentuhan Yasa terhadap tubuhnya masih bisa ia rasakan.
" Nona Anda tidak apa-apa?"
" Sa-saya tidak apa-apa tuan."
" Yas, sini. Ayo langsung aja."
Suara Topan membuyarkan fokus Yasa terhadap wanita yang ada di depannya itu. Ia langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Topan lalu keduanya berjalan beriringan menuju ruangan milik Topan. Kaluna menghembuskan nafasnya dengan penuh kelegaan. Sungguh jika semakin lama ia yakin ia tidak akan bisa menahan dirinya untuk lari.
" Kak, aku izin ke toilet sebentar ya?"
Kaluna melenggang menuju ke toilet saat rekan kerjanya itu mengangguk. Ia perlu menyegarkan wajahnya. Nafasnya masih memburu saat ini, Kaluna benar-benar tidak menyangka akan bertemu Yasa di tempat dimana ia bekerja.
Di dalam ruangan Topan mulai membahas mengenai baju yang diinginkan Yasa. Sebuah jas tapi ditambahi sentuhan etnik. Terserah Topan yang penting hasilnya memuaskan. Seperti itu lah yang Yasa katakan. Topan hanya mengangguk, ia tentu sudah hafal dengan selera Yasa.
" Pan, siapa cewek tadi?"
" Ooh Kaluna? Dia pegawai baru di sini. Kenapa?"
" Entahlah, aku ngerasa pernah ketemu sama cewek itu. Wajahnya nggak asing, familiar gitu."
Topan tentu merasa heran, selama ini seperti kata Yasa ia tidak pernah berhubungan dangan banyak wanita. Lalu mengapa tiba-tiba temannya itu merasa mengenal Kaluna. Ini sungguh aneh. Topan mencoba bertanya kembali, dimana Yasa pernah merasa bertemu Kaluna.
" Emangnya pernah ke kota S? Dia dari kota S lho."
" Eeeh masa sih."
Nah loh, Yasa tiba-tiba diam. Dia kembali mencari ingatannya. Ke kota S, sepertinya pernah tapi itu pun hanya menuju ke salah satu universitas di sana untuk mengadakan seminar. Tidak mungkin dia ketemu wanita itu di rumah sakit.
Tok tok tok
" Masuk."
" Pak, bolehkah saya izin pulang lebih awal. Ini mengenai anak saya, saya dapat panggilan dari rumah sakit dan saya harus segera datang."
" Ya tidak apa-apa, hati-hati di jalan."
Kaluna langsung berlari setelah keluar dari ruangan Topan. Ia benar-benar mengacuhkan Yasa yang ada di dalam bersama Topan. Pikiran utamanya saat ini dipenuhi oleh Taraka.
Saat di toilet tadi, Kaluna mendapat panggilan dari perawat yang menjaga Taraka. Tiba-tiba tubuh Tara drop dan kesulitan bernafas. Kaluna tentu sangat panik. Dari toilet ia langsung menuju ke ruangan topan untuk meminta izin.
" Dia sudah punya anak, kata Brisia. Brisia adalah pelanggan di butik noona ku, putranya menderita leukimia. Dia dari Kota S kemari untuk berobat."
Yasa terkejut mendengar penjelasan Topan tentang wanita yang baru saja ia lihat itu. Ada rasa iba yang menjalar dalam hatinya. Yasa pun seketika terdiam.
Disisi lain Kaluna yang tengah naik ojek online meminta kang ojeknya untuk melaju lebih cepat. Sebentar lagi jam pulang kantor, ia tidak ingin terjebak kemacetan dan semakin terlambat menuju rumah sakit.
" Kang ngebut Kang."
" Iya neng, ini juga udah cepet."
Kang ojek tersebut memenuhi keinginan Kaluna untuk menambah kecepatan. Sepertinya Tuhan sedang baik kepada Kaluna. Sepanjang jalan mereka tidak mendapatkan lampu merah sekalipun.
Ciiiit
Kang ojek terebut berhenti tepat di depan halaman rumah sakit, Kaluna langsung berlari masuk sambil berteriak bahwa dia sudah membayar dengan aplikasi. Lari Kaluna semakin kencang saat mendekati bangsal milik putra nya.
Tapi saat membuka kamar, putranya tidak ada di sana. Kaluna sudah menangis, ia sungguh takut kehilangan Tara. Kaluna kembali berlari keluar mencari perawat untuk bertanya.
" Sus, anak saya yang ada di bangsal ini dimana Sus."
" Oh, putra anda dibawa ke ruang ICU. kondisinya memburuk."
Bruk
TBC