~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡
"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak rela melepasmu
Dua hari sudah mereka menghabiskan waktu hanya berdua, meluapkan seluruh perasaan dengan seluap-luapnya tanpa ada sekat apa pun yang membatasinya.
Dan hari ini, setelah dua hari yang penuh dengan cerita dan cinta yang begitu intim, akhirnya tiba waktunya Kirana untuk kembali meskipun dia merasa enggan, tapi dia harus kembali pada kehidupannya yang yang beberapa waktu lalu telah dia tinggalkan dengan egoisnya demi untuk menemukan jawaban atas perasaannya yang sebenarnya.
Sungguh Kirana menyadari betul pada siapa hatinya sebenarnya berlabuh, bukan Satya melainkan pada Rangga, lelaki yang beberapa hari ini telah menjadi satu-satunya untuk Kirana.
"Kamu yakin mau pulang sekarang?" tanya Rangga.
"Iya," jawabnya singkat.
"Sayang sekali, sebenarnya aku masih ingin berlama-lama denganmu," kata Rangga seraya menarik nafas panjang
"Iya, aku juga," jawabnya lagi sambil menatap wajah Rangga yang kini berada tepat di depannya.
"Dari tadi iya ... iya melulu, setidaknya katakan sesuatu padaku,"
Kirana hanya tersenyum menatap wajah kesal Rangga yang menurutnya sangat lucu, kemudian sambil menyentuh kedua pipi Rangga ia pun berkata,
"Sebab aku tidak ingin berkata-kata lagi, yang aku inginkan hanya menatap setiap inci wajah kamu, mata kamu, hidung kamu juga bibir kamu, aku ingin merekamnya di sini, di hatiku, di mataku juga pada sedalam-dalamnya ingatanku," jelasnya panjang lebar.
Mendengar ucapannya tiba-tiba terasa ada yang menyambar keras hati Rangga, dia sempat berfikir apakah ini isyarat bahwa dia tidak akan punya kesempatan lagi untuk bertemu dengan Kirana, demi Tuhan Rangga tak inginkan itu, dia masih ingin memperjuangkan Kirana untuk menjadi miliknya seutuhnya, tapi ucapan Kirana seolah memberi isyarat bahwa tidak akan ada lagi kesempatan untuknya.
Akhirnya Rangga mengantar Kirana kembali pulang, tapi dia tidak mau diantar ke rumah, melainkan ke tempat kerjanya saja, sebab ia tidak mau seisi rumah curiga dengan kehadiran Rangga yang tiba-tiba hadir di hadapan keluarganya, pasti orang rumah nanti akan memberondongnya dengan berbagai pertanyaan yang ia sendiri pun belum tahu jawabannya. sungguh Kirana belum siap untuk itu.
Lagi pula ia juga sudah mengatakan pada Satya untuk menemuinya di tempat kerja.
Di sepanjang perjalanan Rangga selalu menggenggam erat tangan Kirana, sebenarnya dia merasa begitu berat mengantar Kirana pulang dan kembali pada kehidupan yang sebelumnya, kehidupan yang di dalamnya tidak ada dirinya melainkan ada orang lain, dan Rangga begitu takut setelah ini dia tidak bisa menemui Kirana lagi.
Apa lagi untuk memilikinya rasanya akan sulit sekali dan tidak mungkin, tapi seperti kata Kirana kemarin, biarkan semesta yang akan menunjukkan jalan, dan Rangga hanya berharap untuk kali ini semesta berbaik hati padanya dan memihak pada segala keinginannya.
Mereka masih sama-sama terdiam, sibuk dengan fikiran mereka sendiri-sendiri, hingga suara panggilan telefon membuyarkan kebisuan mereka, ponsel Kirana berbunyi dan dilihatnya panggilan tersebut, ternyata dari Satya, laki-laki itu ingin memastikan bahwa Kirana hari ini pulang dan tentu saja Satya ingin segera menemuinya.
Kirana pun menjawab panggilan tersebut.
"Iya, Mas Satya ... ini aku sama Sisil sudah dalam perjalanan pulang, mungkin bentar lagi nyampe, Mas satya bisa jemput aku di tempat kerja soalnya aku mau langsung ke sana," jawabnya kepada Satya.
Rangga ingin bersikap seolah tidak peduli, tapi nyatanya hatinya begitu cemburu mendengar percakapan mereka tadi.
Ada rasa tidak rela melepas Kirana kepada orang lain, tapi dia harus siap apa pun resikonya, bukankah sejak awal pun dia sudah tahu di mana posisinya. Sebab sebesar apa pun cintanya tetap saja Rangga bukanlah siapa-siapa di kehidupan Kirana.
Memikirkan hal itu sungguh membuat sesak di dalam dadanya.
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, tempat di mana Kirana berkerja.
Kirana menarik nafas panjang, seolah enggan berpisah Rangga, ia pun masih mematung di dalam mobil tanpa berkata-kata namun nampak sekali kecemasan terukir jelas di wajahnya.
Menyadari hal itu Rangga pun berkata untuk sekedar membesarkan hati gadis yang sangat dia cintai ini.
"Jangan mencemaskan apapun, ini bukan akhir dari segalanya bukan?" ucapnya sambil mengusap lembut pipi Kirana.
"Iya, Mas ... aku tidak apa-apa kok, emm ... nanti setelah nyampe rumah aku akan ngabarin kamu," jawab Kirana dengan menunjukkan senyum manisnnya, senyum yang hanya sekedar untuk menutupi perasaannya yang tidak menentu saat ini.
"Baiklah ..." jawab Rangga singkat, setelah itu dia mengecup kening Kirana dengan lembut.
"Aku turun dulu, takut Mas Satya keburu lihat," ucapnya lagi sambil membuka pintu mobil.
"Aku justru akan senang jika dia melihat kita berdua, Ki, aku akan pertaruhkan apapun untuk itu, dan akhirnya aku akan punya kesempatan untuk merebutmu darinya," monolog Rangga dalam pikirannya sendiri ketika menatap Kirana perlahan menjauh dari pandangan matanya bahkan menjauh dari kehidupannya.
Benar saja tidak lama kemudian Satya terlihat keluar dari dalam kantor tersebut dan langsung menghampiri Kirana, sekali lagi perasaan sakit yang amat menusuk menghujam jantung hati Rangga, sungguh dia benci harus menyaksikan semua ini di depan matanya, tapi di sisi lain dia juga ingin tetap di sini, melihat Kirana sampai akhirnya dia menghilang dari pandangan matanya.
Menyadari Rangga masih belum beranjak dan masih menatapnya, Kirana menjadi bingung bagaimana harus bersikap di depan Rangga saat ini, sementara ada Satya yang kini terlihat begitu girang karena bertemu dengan kirana, Satya sudah merindukan kekasihnya ini dari kemarin.
"Mas Satya ... aku haus banget tolong beliin aku air mineral di minimarket seberang sana, ya, ..." pintanya kepada Satya, permintaan yang mengada-ada sebenarnya dari Kirana sebab dia hanya ingin punya waktu sebentar lagi dengan Rangga, dan tanpa curiga atau apa Satya mengiyakan keinginan Kirana tersebut.
Setelah Satya menjauh dan tak kelihatan, spontan saja ia berhambur ke dalam pelukan Rangga, sambil terisak ia berkata,
"Kenapa ini sakit sekali?" ucapnya lirih.
Rangga memeluk erat Kirana, sungguh hatinya juga merasakan sakit yang sama hebatnya dengan yang dirasakan Kirana, tapi dia memilih untuk menyembunyikannya di hadapan gadis itu.
"Sudah ... sudah, jangan nangis ah, jelek tau kalau kamu nangis," ucap Rangga sambil perlahan mengurai pelukannya dan berganti mengusap air mata yang jatuh di kedua pipi Kirana.
Kirana hanya mengangguk tanpa sanggup berkata-kata.
Sekali lagi Rangga mencium bibir Kirana dengan lembut, sungguh dia tidak peduli meski Satya akan melihatnya seperti ini, baginya terasa berat jika harus melepaskan kirana secepat ini.
Beberapa saat kemudian Satya tiba dengan sebotol air mineralnya, dia melihat Kirana tengah berbicara dengan Rangga tapi sayang dia melewatkan adegan sebelumnya, jadi dia tidak menaruh curiga sama sekali.
"Ini minumnya sayang, minum dulu, habis itu aku antar pulang," ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Kirana dengan lembut.
"Iya, Mas, yuk pulang, minumnya di mobil saja," kata Kirana kemudian.
Rangga masih belum bisa melepaskan pandangannya dari Kirana, pun Kirana sesekali masih juga mencuri pandang ke arah Rangga, kemudian Satya menggandeng tangan Kirana menuju mobilnya, dan ketika Kirana melewati Rangga, secara tiba-tiba Rangga meraih tangan Kirana dan menyelipkan sesuatu di sela-sela genggamannya, Rangga menyelipkan sebuah kalung dengan liontin bentuk hati berwarna biru.
Saat Kirana mulai jauh dari pandangannya ia pun menulis pesan untuk Kirana.
("Aku tahu Kamu suka warna biru, simpanlah baik-baik, i love you Kirana Putri.")
Sementara itu di dalam mobil, Kirana membuka pesan dari Rangga, Dan dibacanya pesan tersebut, hampir saja tumpah air matanya ketika membacanya tapi ia berusaha membendungnya sebisa mungkin. Digenggamnya erat kalung liontin pemberian Rangga itu lalu di dekatkan di dadanya, lirih bibirnya berkata.
"and i love you more ...."