Karena Hamil, Aku Dijadikan Istri SIMPANAN

Laki-laki yang mendengar tangisan seorang wanita, membuka netra-nya melihat pada wanita yang sedang menangis di sebelahnya itu.

"Ada apa? Kenapa kau menangis?" Tanya laki-laki bernama Vano.

Mendengar suara laki-laki di sebelahnya, ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, berusaha menjauhi laki-laki tersebut yang tampak asing di pandangannya.

"Apa yang kau lakukan padaku? Kau siapa? Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku!" Teriak Anim menangis.

Vano mengangkat satu alisnya. "Apa kau tidak salah? Bukannya kau yang ingin aku tiduri semalam? Kenapa sekarang seolah aku yang memperkosa-mu?" menggeleng. Dan turun dari ranjang dengan tubuh polosnya melangkah masuk ke dalam kamar mandi, tanpa memperdulikan Anim.

Anim membeku mendengar perkataan pria itu, ia mencoba mengumpulkan kepingan ingatan tentang apa yang terjadi semalam.

Perlahan ia mulai mengingatnya, di mana ia mengingat, jika memang dia yang lebih dulu menc*um laki-laki itu. Anim bertambah ketakutan. Ia takut jika sampai Adam mengetahui apa yang telah ia lakukan bersama pria asing itu.

,,,

Hari ini sangat cerah. Seperti biasa, Dara akan bekerja di Mension tuan Angkasa.

Dara sedang mengemasi dapur yang baru saja nyonya Yunda gunakan untuk masak makan siang. Tiba-tiba saja ada seorang pelayan yang mendatangi Dara, dan mengatakan, jika nyonya Yunda sedang memanggilnya, dan juga memberitahukan jika nyonya mereka berada dikamar.

Dara langsung bergegas ke kamar Yunda di lantai dua.

Tok Tok Tok

Ia mengetuk pintu kamar tersebut.

"Masuk saja," terdengar suara Yunda dari dalam kamar itu.

Dara melangkah masuk ke dalam. "Maaf, apa nyonya memanggil saya?" Tanya Dara merasa heran, karena ini pertama kali nyonya Yunda memanggilnya ke kamar, karena bisanya jika ada apa-apa yang ingin majikannya itu katakan, ia pasti akan berbicara di luar saja, tidak sampai ke kamar segala. Pikir Dara, ia berdiri di dekat pintu kamar Yunda.

"Ya, saya memang memanggilmu, saya mau tanya sama kamu, apa kamu tau? Harga dari piring dan gelas yang biasa kamu cuci dalam rumah ini?" Tanya Yunda menatap Dara.

Dara benar-benar bingung apa maksud dari ucapan nyonya Yunda.

"M-maaf nyonya, tapi saya tidak tau berapa harga dari piring dan gelas yang biasa anda dan tuan pakai, nyonya" Jawab Dara belum mengerti kemana arah pembicaraan Yunda.

"Baiklah, saya akan kasih tau sama kamu. Harga dari empat piring saja dari rumah ini, jauh lebih mahal di bandingkan dengan harga rumah yang kau tempati bersama ibumu, dan kau masih tidak punya malu? ingin menjadi menantu dari keluarga ini? Apa kamu masih punya harga diri? Selama ini saya baik pada kamu, tapi bukan berarti saya mau menjadikan kamu menantu saya!" Tegas nyonya Yunda.

Ternyata ia sudah mengetahui tentang pernikahan Dara dan Adam, ia diam-diam menyuruh orang untuk mengawasi Adam, karena ternyata ia juga melihat Adam tempo hari di dapur, semasa Adam memegang lengan Dara.

Tapi ia hanya menutup mulut saja, dan membayar orang untuk mengawasi Adam. Ternyata dugaannya benar, jika pelayannya itu mempunyai hubungan dengan putranya.

DEG!

Dara membeku saat mendengar hinaan yang di lontarkan langsung dari mulut nyonya Yunda, yakni mertuanya sendiri, meski bagaimana pun, pernikahannya dengan Adam, adalah pernikahan yang sah, meski tanpa restu mereka.

Bola mata gadis itu berkaca-kaca sambil menunduk. Yunda mengambil cek sebesar lima miliar. Dan melemparkannya ke wajah Dara.

"Ambil uang itu, dan pergi dari kehidupan putraku!! Kau bagaikan kotoran yang menempel di kain putih, yang harus di cuci bersih hingga menghilang seutuhnya!!"

Yunda kembali menghina Dara. Ia tak tau, jika putranya nanti yang akan membangkang dan melawannya demi wanita di depannya yang ia hina itu.