Bagi sebagian orang pernikahan adalah awal kebahagiaan. Tapi tidak dengan pernikahan Aisyah Saraswati dan Dimas Anggara.
Pernikahan mereka berawal dari perjodohan kedua orang tua mereka atas dasar persahabatan. Sehingga Aisyah dan Dimas menjalankan pernikahan tanpa cinta.
Pernikahan tanpa cinta itu menyakitkan. Tapi Aisyah berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya rela dengan ikhlas menerima perjodohan ini. Namun Aisyah harus menerima kenyataan pahit kalau suami nya memiliki wanita idaman lain Maira jasmine, sahabat aisyah sendiri.
Bahkan mereka sudah berhubungan sebelum Dimas dan Aisyah menikah.
Tidak hanya itu dirinya hanya dijadikan ATM berjalan saja untuk keluarganya.
Sanggupkah Aisyah menjalani kehidupan rumah tangga seperti ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[26] Sifat Asli
Siang itu Bi Asih, pembantu rumah Aisyah baru saja datang. karena emang sudah menjadi jadwal pembantu itu untuk datang di siang hari hanya untuk membersihkan rumah tersebut.
Bi Asih selalu datang melalui pintu samping dapur, kemudian melanjutkan pekerjaan rumah. Dia sudah tahu apa yang harus dikerjakannya tanpa harus selalu di suruh oleh sang majikan.
Bi Asih pergi ke lantai dua untuk mengambil cucian kotor di kamar sang majikan. Saat Bi Asih sudah sampai di depan pintu kamar majikan Ia tidak sengaja mendengar suara aneh di kamar itu. Lalu di dekatkan telinga nya di pintu untuk mendengar suara apa itu.
"Ada apa Bi?" tanya Dimas mengagetkan Bi Asih. Bi Asih menoleh ke belakang, ternyata ada Tuan nya sedang membawa nampan berisi makanan.
"Eh Tuan, ti..tidak. Bibi cuman mau mengambil cucian kotor di kamar" jelas Bi Asih.
"Tunggu di sini!"pinta Dimas pada Bi Asih.
"Baik Tuan"
Dimas pun masuk ke kamar, saat Bi Asih ingin mengintip apa yang ada di kamar. Dimas langsung menutup pintu rapat-rapat. Aneh, pikir Bi Asih.
Tidak lama kemudian Dimas membuka pintu kamar dan menyerahkan cucian kotor itu kepada Bi Asih.
"Ini Bi!" ucap Dimas menyerahkan cucian kotornya. "Oh yah jangan lupa untuk buatkan kami makan siang yang enak yah soalnya ada Sindy dan Mamah saya" perintah Dimas.
"Tapi Tuan biasanya kan Nyonya yang masak," ucap Bi Asih.
"Aisyah sedang kurang sehat jadi bibi saja yang buat kan yah!"
"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi" ucap Bi Asih sedikit membungkuk.
Sepeninggal pembantu nya, Dimas masuk kembali ke dalam kamar lalu pintu kamar di tutup dengan rapat. Jangan sampai ada yang melihat dirinya menyekap Aisyah.
Setelah itu ia mengambil nampan yang berisi makanan untuk Aisyah.
Mata Aisyah mengikuti langkah Dimas yang berjalan ke meja, lalu meletakkan nampan di meja. "Makanlah aku tidak mau kamu mati dan merepotkan ku" ucap Dimas sambil membukakan perekat di mulut Aisyah dan tali yang mengikat tangan Aisyah. Tapi tidak dengan kaki nya, kaki nya tetap dalam keadaan terikat, Aisyah sekarang sudah seperti tahanan di rumah nya sendiri.
"Kalau begitu bebaskan aku mas, supaya kamu bebas menikah dengan Maira!" balas Aisyah dengan ketus.
"Tidak akan pernah sebelum aku mengambil alih aset harta kekayaanmu" Jawab Dimas dengan ekspresi datar.
"Dasar lelaki bajingan kamu, Mas. Apakah dipikiran mu itu hanya ada harta, harta dan harta hhmm?" teriak Aisyah menatap dingin Dimas.
"Terserah kamu mau menganggapku apa, yang penting kamu harus mau tanda tangan surat ini!" perintah Dimas menyodorkan kertas berisi pengalihan aset.
"JANGAN HARAP, aku tidak akan mau menanda tangani surat ini" teriak Aisyah menantang.
Dimas mencengkram rahang leher Aisyah dengan kuat, "M a s" ucap Aisyah terbata.
"Kamu akan terus seperti ini kalau kamu tidak mau mengikuti perintahku" tegas Dimas masih dengan mencengkram leher Aisyah.
Sudut mata Aisyah mengeluarkan air mata menahan sakit, karena bagaimanapun kekuatan pria itu lebih besar di bandingkan kekuatannya. Tapi Aisyah tidak mau menunjukkan sikap lemah di hadapan Dimas. Ia harus terlihat kuat di hadapan musuhnya.
Ruli masuk ke dalam kamar bersama Maira. Mereka pun tersenyum melihat keadaan Aisyah.
Dimas melepaskan cengkraman nya di leher Aisyah lalu membantingkan tubuh Aisyah ke ranjang hingga kepala nya terbentur ke ujung risbang kayu dan sedikit mengeluarkan darah, Aisyah pingsan.
"Mas" ucap Maira.
"Kamu sudah datang sayang?" tanya Dimas kepada Maira sambil menarik Maira ke dalam pelukan.
"Apa yang akan kita lakukan setelah ini mas?" tanya Maira mengurai pelukan Dimas.
"Kita harus paksa dia menandatangani surat pengalihan aset!" Jawab Dimas. "Sudah kita keluar aja dulu jangan sampai Bi Asih curiga melihat keadaan Aisyah di sini.
Akhirnya mereka bertiga pun keluar dari kamar. Tanpa mereka sadari Bi Asih sudah menatap curiga ke kamar majikannya. Di tambah Dimas keluar bersama Ibunya Dimas dan Maira sahabat majikannya. Bi Asih berpikir mungkin mereka sedang menjenguk Nyonya Aisyah yang sedang sakit, tapi Nyonya sakit apa?.
...----------------...
Di dalam kamar Aisyah,
Di malam hari, Aisyah yang berada di kamar sudah mulai sadar, kepala nya sakit dan sedikit mengeluarkan darah. Di tambah perut nya yang melilit dan kosong karena belum di isi makanan. Di lirik nya makanan yang ada di atas laci lalu memakannya, ia harus bisa keluar dari kamar ini dan menuntut balas kepada suami dan ibunya.
Setelah menghabiskan makanan, Aisyah sudah mulai bisa bertenaga. Di lepasnya ikatan tali yang ada di kakinya lalu berjalan mendekati pintu.
"Tolong buka pintunya" teriak Aisyah di dalam kamar sambil terus menggedor-gedor pintu.
"Tolong buka" Aisyah masih berteriak meskipun ia tahu tidak akan ada yang peduli padanya. Tapi Ia berharap ada secuil kesempatan agar bisa keluar dari kamar ini.
"Hey, Aisyah berhenti berteriak, telingaku sakit mendengar suaramu," Ruli memukul pintu sambil berteriak.
"Kalau tidak mau telinga mu sakit, buka pintu nya biar aku tidak teriak terus." Aisyah balas dengan nada kesal. Mulutnya sudah lelah berteriak sejak tadi.
"Sudah berani yah kamu sekarang,!" Ruli semakin geram, lalu menendang pintu.
"Aku tidak pernah takut padamu, selama ini aku menghormati mu karena kamu sahabat orang tua ku. Kamu selama ini berpura-pura baik karena ada maksud tertentu, Aku bodoh karena sempat sayang pada wanita macam kau. Ternyata kamu tidak lebih dari wanita jahat" ucap Aisyah yang tidak menyangka wanita yang sudah Aisyah anggap sebagai Ibu nya sendiri ternyata itu hanya topeng untuk menutupi kebusukan nya selama ini.
"Kau emang wanita bodoh, Aisyah hahaaahaa" ucap Ruli di balik pintu sambil tertawa jahat benar-benar menguji kesabaran Aisyah.
BRAAAAKKK....
Aisyah menendang pintu dengan kesal, hingga Ruli berjingkak lalu mengusap-ngusap dadanya karena terkejut, berulang kali mengusap dada nya agar lebih tenang.
"Awas saja kamu Aisyah, Dasar mantu sialan. Ku kurung kau selama empat hari tanpa kuberi makan dan minum, biar tau rasa." ancam Ruli dengan sungguh-sungguh.
"Aku tidak peduli aku akan buat perhitungan pada kalian" teriak Aisyah.
"Sudah untung kau di kurung di kamar tidak di gudang, jadi jangan banyak protes. Nikmati saja" Ruli berucap dengan entengnya.
"Cuma manusia bodoh yang merasa beruntung dan menikmati di kurung. Kalian manusia bedebah, aku menyesal pernah menjadi bagian dari keluarga ini." Setelah berteriak tubuh Aisyah merosot lemas lelah menghadapi semuanya. Air mata nya yang sejak tadi Ia tahan akhirnya tumpah juga.
"Kau cuman ladang uang bagi kami, seharusnya kamu jangan banyak tingkah main blokir kartu sakti segala. Mungkin aku masih bisa bersikap baik seperti biasa. Sekarang kau rasakan akibat nya karena berani main-main dengan kami" Ruli menempelkan telinga nya di pintu, lalu menajamkan pendengarannya. Tidak ada suara apapun di kamar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kasian bastian. sadboy.. 😢😢
manusia berkepala ular ...
licik ,ayo thor jangan lma2 kebusukan dimas disimpan...
lanjut
jangan lg ditunda ...
sudah cukup ,1.thn waktu yg
aisyah jalani ,gk ad kebaikan kedepan nya ,