Fakultas peternakan x Fakultas Hukum
Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.
Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"
Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari super sial
Kaki jenjang yang memakai sepatu basket dengan merk cukup ternama itu melangkah cepat tergesa-gesa menyusuri lorong kampus. Sisa sepuluh menit lagi sebelum kelas dimulai, sungguh hari yang sangat sial untuk mantan ketua basket paling populer di kampus Nolite University. Meski Evan sudah pensiun karena mau lebih Fokus untuk kuliah, apalagi dia sudah masuk semester 5, tapi pesona evan masih saja membuat kaum hawa terEvan-Evan.
Seumur hidup Evan tidak pernah sekalipun telat, ini semua gara gadis aneh yang tiba-tiba saja ia temukan di jalan dan minta pertanggung jawaban. Evan bahkan tidak kenal atau merasa pernah melihat gadis aneh itu di kampus, tapi tetep saja gadis dengan jepitan panda itu kekeh minta pertanggung jawaban Evan, entah tanggung jawab seperti apa yang dia mau. Akhirnya Evan pun mengiyakan perkataan gadis itu agar bisa lepas darinya dan segera pergi ke kampus.
Laki-laki jangkung dengan rambut model belah tengah itu bernafas lega karena kelas masih kosong, maksud Evan Dosennya belum masuk untuk mengajar. Evan mengambil tempat duduk di samping Rian, pria dengan rambut warna mint itu mengerutkan kening melihat Evan yang duduk dengan nafas tersenggal.
"Di kejar anjing Lu?" Tanya Rian dengan asal dengan mata memicing melihat aneh pada sahabatnya itu.
Evan hanya menghela nafas dengan mata yang ia putar jengah. Dia masih berusaha mengatur nafas yang naik turun dengan cepat.
"Bu Wasila mana? Tumben belum masuk kelas?" Tanya Evan sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, laki-laki itu mencubit bagian depan kaos lalu menghentaknya berkali-kali untuk sedikit mengurangi rasa panas karena keringat di tubuhnya.
"Lha nggak liat grup Lu, kan gue udah bilang kelas Bu Wasila di undur 1 jam, ada rapat gitu katanya," jawab Rian yang langsung membuat tubuh Evan merosot.
Benar-benar devinisi sial yang sesungguhnya, kenapa dia begitu bodoh dan tidak melihat ponsel sebelum berangkat. Agh, semua karena gadis aneh itu.
"Ah, tai bener." Evan mengusap wajahnya kesal.
"Daripada ngumpat nggak jelas ngabisin nafas, mending Lu kerjain tugas ini deh." Rian mendorong laptop miliknya kearah meja Evan.
Evan mengeryit menatap layar laptop milk Rian bergantian dengan si pemilik benda elektronik ini dengan wajah bingung.
"Dosennya nggak ada bukan berarti tugas juga nggak ada, cepet kerjain biar bisa bareng ke kantin. Laper gue," ujar Rian seraya kembali menarik laptop miliknya.
Evan pun mengangguk dan segera mengeluarkan I-pad dari dalam tas ransel. Setelah meminta Rian mengirim file tugas padanya, Evan pun bergegas mengerjakan tugas itu. Evan sendiri sebenarnya juga dilanda kelaparan karena saat sarapannya tadi diganggu gadis aneh itu.
Hais, kenapa Evan terus memikirkan gadis itu. Pria berhodie putih itu menggeleng cepat untuk mengusir bayangan gadis yang membuat harinya super sial. Dua jam berlalu, kelas Evan telah usai. Para mahasiswa pun mulai meninggalkan ruang kelas saat dosen mereka sudah meninggalkan ruang kelas.
"Gila laper banget gue," keluh Rian mengebu, niat bolosnya tak jadi terlaksana karena saat tugas selesai mengerjakan tugas Bu Wasila sudah masuk ke kelas. Terpaksa Rian harus manahan rasa lapar yang sejak pagi sudah ia tahan.
Evan hanya menyengir mendengar keluhan Rian, dua pria tampan itupun berjalan santai ke arah kantin yang ada di lantai dua gedung fakultas Ekonomi. Seorang laki-laki berkemeja motif kotak-kotak melambaikan tangan pada keduanya.
"Oi!" Serunya yang langsung diangguki Rian.
Rian dan Evan pun segera menghampiri Bobby yang sudah tiba lebih dulu di kantin. Bobby tidak sekelas dan beda fakultas dengan mereka, Bobby anak FE (Fakultas Ekonomi) tapi lebih sering kumpul bersama anak FH (Fakultas Hukum), yang tak lain dua pria ini, mereka memang sudah berteman sejak SMA dan memutuskan untuk melanjutkan pendidik di kampus yang sama meski berbeda jurusan.
"Laper banget njir, nasi geprek gue belum dateng kah?" Tanya Rian sembari meletakkan tasnya di atas meja.
"Lu liat ini apa?"
Alis Rian menyatu melihat kemana tangan Bobby menunjuk.
"Apaan njir, nunjuk apaan Lo?"
"Ya mata sipit Lo buka lebaran dikit napa Yan."
"Kosong Cok, kentut kebo aja kagak ada!" Sarkas Rian yang sudah mulai terbawa emosi karena rasa lapar yang mengerogoti kesabarannya.
"Lha itu tau pake nanya," sahut Bobby yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Rian.
"Lo lama-lama gue telen juga ye Bob, capek bener tinggal ngomong belum dateng pake segala ngomongin mata sipit gue."
"Udah-udah, sabar yan. Makin marah makin laper nanti, tuh cendolnya udah makan itu dulu gih, buat ganjel lambung, " ucap Evan saat seorang pegawai kantin mengantarkan es cendol yang sudah di pesan Bobby sebelum dua sahabatnya datang.
Tanpa banyak bicara Rian segera menyambar es cendol yang baru saja diletakkan di depannya. Tak lama kemudian makanan utama juga menyusul hadir, ketiga pria itu pun menikmati makanan mereka dalam hening. Mereka terlalu larut dalam memuaskan rasa lapar mereka hingga tak memperdulikan sekitar. Para mahasiswi yang mulai berbisik tentang tiga arjuna itu, ada yang mencuri-curi pandang sambil tersenyum malu-malu sendiri.
Popularitas ketiga pria muda itu sangatlah besar di kampus, bagaimana tidak selain wajah mereka yang rupawan mereka punya daya tarik tersendiri. Evan adalah Mantan kapten basket yang sudah membawa tim basket dengan segudang piala, Rian seorang penyanyi dengan suara super syahdu serta jago sekali memainkan gitar, dan Bobby siapa yang tidak kenal crazy rich ndeso yang humbel dan ramah itu. Mereka bertiga hampir setiap hari maka di kantin gedung Fakultas Ekonomi, yang dimana itu menjadi keuntungan tersendiri bagi para pedagang di kantin. Karena kantin selalu ramai dengan kehadiran mereka.
Seorang gadis memegang buket bunga mawar kecil di tangan, dengan langkah ragu ia mendekati meja tiga arjuna Nolite. Semua mata mulai menatapnya dengan bibir berbisik saling melemparkan dugaan siapa yang jadi incaran adik tingkat yang nekat bulan ini. Sebenarnya bukan hanya adik tingkatkan, teman setingkat dan kakak tingkat juga sering menyatakan perasaan pada tiga arjuna itu, dan hampir itu terjadi setiap bulan. Dan sampai sekarang belum ada satupun cinta yang di terima.
Gadis itu berjalan pelan ke arah Evan, ya kali ini kapten basket ganteng itu yang menjadi target. Seolah tak terganggu dengan hadirnya gadis itu, Evan masih saja sibuk menunduk, menikmati soto hangat miliknya, entah karena terlalu lapar atau memang doyan sampai dia tidak sadar dengan sekitar. Gadis itu menghentikan langkah di samping Evan.
"Ehm, Kak Evan ..." lirih Gadis itu dengan gugup.
Evan tidak menyahut, pria itu masih sibuk dengan soto miliknya.
"Kak Evan," ulang gadis itu dengan lebih keras, dia mengira Evan tidak mendengar suaranya tadi padahal Evan sengaja cosplay budek, dia tahu dan mulai sedikit muak dengan tingkah gadis- gadis yang mengejarnya dan parahnya lagi boti juga ikut andil didalamnya. Hah, susahnya jadi cowok cakep.
"Van, di panggil tuh," ujar Rian sambil menyikut lengan Evan, Evan memejamkan mata sejenak sambil mengumpat keras dalam hati.
Evan menoleh menatap Rian dengan senyum menahan emosi, Bobby yang melihat raut wajah Evan hanya bisa menahan tawanya.
"Ada perlu apa?" Tanya Evan tanpa basa-basi, jujur saja dia sangat tidak suka waktu makannya diganggu, tapi dia berusaha tidak menunjukkannya pada gadis itu. Evan msih berusaha ramah walau tanpa senyuman.
Gadis itu sedikit menunduk merasa salah tingkah saat Evan menatapnya. Ia mengambil nafas dalam mengumpulkan keberanian untuk menyatakan keinginannya.
"Aku suka sama Kak Evan, aku boleh jadi pacar Kakak nggak?" Ungkapnya dengan penuh percaya diri, dia menatap Evan dengan mata berbinar penuh harap.
Evan menghela nafas berat, baru saja pria itu hendak membuka mulut untuk menjawab tapi urung saat seorang wanita duduk di sampingnya.
"Udah nunggu lama ya Sayang, maaf ya tadi aku masih ada kelas," ucap wanita dengan jepitan panda itu dengan senyum manis.
Evan melotot menatap wanita itu, Rian dan Bobby juga terkejut dengan panggilan sayang wanita itu untuk Evan. Sementara gadis yang tadinya nembak Evan pun hanya berdiri mematung di tempatnya.
"Ini kakak ada apa? Kenapa di sini? Lagi ada perlu apa sama Epanku?" Cerca wanita itu pada gadis yang tadi confess ke Evan.
"Emh .. nggak itu anu," sahutnya terbata.
"O, aku tau. Kakak pasti konfes ke pacar aku ini ya. Maaf ya kak, Epan sudah sold out," tutur gadis bermayang panjang itu dengan jumawa dan senyum manis.
Evan hanya diam mematung dan bingung dengan situasinya saat ini.
"Dia beneran pacar Kak Evan?" Tanya gadis itu pada Evan.
"Lha kurang jelas gimana sih Kak, emang kamu pernah liat dia mau duduk sama cewek, mau di deketin sama cewek kayak gini," ujar wanita itu sambil merapatkan duduknya pada Evan.
Ingin rasanya Evan mendorong wanita yang sudah membuat separuh harinya sial, tapi wanita ini berguna juga untuk tameng ternyata, jadi kenapa Evan tidak memanfaatkannya sebentar.
Gadis itu membuang muka, dia memang tidak bisa mengelak fakta itu. Evan yang masih terkejut dengan kehadiran wanita itu pun tidak bisa berbuat banyak.
"Kan tadi kamu yang tiba-tiba duduk di sana dekat Kak Evan, kamu pasti juga cuma ngaku-ngaku kan, hapal banget sama tipe cewek gatel kayak kamu," tukas gadis itu yang merasa tidak terima, karena wanita itu tiba-tiba datang dan menganggu momen pentingnya.
Wanita itu bangkit dari duduknya, menatap nyalang pada gadis itu.
"Eh, kalau ngomong di jaga ya. Epan aja fine-fine aja kan deket sama aku, bukannya itu udah jadi bukti jelas kalau aku pacarnya. Dan kamu-"
Belum sempat wanita itu menyelesaikan kalimatnya dia sudah ditarik pergi oleh Evan. Bobby dan Rian pun menyusul langkah Evan meninggalkan Gaby yang mematung malu begitu saja. Seluruh mata di kantin menyaksikan kejadian itu, hari ini akan menjadi salah satu hari yang tercatat dalam sejarah.
Evan Galenio mengandeng seorang perempuan.
"Pelan-pelan Epan," ujar wanita yang sedang kewalahan mengimbangi langkah besar Evan menaiki tangga.
Akhirnya mereka sampai di rooftop, Evan menutup pintu yang menghubungkan mereka ke tangga lalu menguncinya.
"Apa maksud Lu ngaku-ngaku pacar gue?" Evan dengan tatapan tajam.
"Kalau Epan nggak mau aku ngaku-ngaku ya udah kita pacaran beneran aja," sahut gadis itu dengan santai sambil mengusap pergelangan tangannya yang memerah karena cengkraman tangan besar Evan.
"Lu sebenarnya ada masalah apa sih sama gue, sejak tadi pagi hari gue berantakan gara-gara Lu," ucap Evan sambil mengusap wajahnya frustasi.
Sejak dari pagi wanita itu datang ke tempat langganan bubur ayamnya, menganggu waktunya sarapan dengan alasan tidak jelas. Tiba-tiba minta pertanggung jawaban yang sampaikan ini belum jelas tanggung jawab apa. Dan sekarang dia harus bertemu lagi dengan super nyebelin ini.
"Lagian gue juga nggak kenal sama lo!" Sentak Evan kesal.
kan jadinya kehilangan jejaknya Caca
fix sih Evan sama Calista gaakan cuma hubungan sementara 2bulan tapi lanjooot terus wkwk
cukup dengan memberi makan kucing saja Caca udah bahagia banget