Dibuang Setelah Melahirkan

Di suatu hari, Tamara mengadakan pertemuan ibu sosialita di rumahnya. Ia mengenalkan cucunya yang baru beberapa bulan itu ke teman-temannya.

"Wajahnya David banget ini mah jeng. Pasti senang banget ya jeng akhirnya punya cucu."

"Pasti dong. Aku kan sudah lama nunggu juga hampir 2 tahun kalau nggak salah. Alhamdulillah, di tahun ketiganya sudah punya cucu. Rumah jadi rame, meski kadang pusing juga karena tangisannya. Tapi, kan namanya juga bayi jadinya wajar kalau menangis."

"Bener jug jeng. Walau kadang cape ngurus cucu. Tapi rasanya senang banget kalau dia senyum, apalagi kita bisa lihat pertumbuhan dan perkembangannya tiap harinya."

Tamara mengangguk membenarkan ucapan teman-temannya.

Beberapa jam setelahnya ibu-ibu sosialita itu sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Tamara mengendong cucunya dengan gembira. Ia mengajak-ajak cucunya berbicara. Meski belum bisa diajak berinteraksi, Tamara tetap membiasakan itu, agar Alwin terbiasa.

Tamara dibuat keheranan dengan Selena yang sudah berdandan dengan mengenakan dress cantik berwarna peach. Bahkan Selena mengunakan riasan wajah yang sedikit berlebihan menurut Tamara.

"Mau kemana Sel?" tanya Tamara.

"Aku ada pertemuan dengan agensiku ma. Aku pamit ya ma. Titip Alwin sebentar. "

Tamara pun mengangguk tanpa banyak bertanya lagi. Ia percaya saja apa yang diucapkan oleh Selena. Karena ia sudah tahu kalau Selena adalah seorang model. Ia juga tidak merasakan keberatan dititipkan cucu oleh Selena.

Selena pergi dari rumah itu menggunakan mobil yang difasilitasi oleh mertuanya. Izinnya mau ada meeting dengan agensi, padahal kenyataannya, Selena bertemu dengan teman-teman artis sosialitanya di restoran mewah.

"Nah, itu dia model kita yang menghilang dua tahun dari peradaban," ucap salah seorang dari mereka.

"Kamu kemana aja selama ini Sel? Kita hanya bisa tahu dari media sosialmu saja. Kamu udah jarang catwalk, jarang semuanya pokoknya."

"Hehe, aku fokus program hamil selama dua tahun itu," jawab Selena dengan cengiran khas nya.

"Ah, benar juga. Aku sudah mendengar simpang siur berita itu. Tapi, kamu hebat juga Sel. Setelah melahirkan tubuhmu bisa langsung singset begini. Pakai cara apa? Tante ku saja, malah jadi gemuk dan berat badannya susah turun."

"Olahraga sama ngurangin yang berlemak-lemak."

"Tapi kan kalau makannya sedikit. Emangnya kamu nggak kekurangan energi? Apalagi posisinya kamu kan ibu menyusui. Pasti butuh nutrisi yang banyak."

"ASI ku tidak keluar. Entah karena apa aku tidak tahu. Aku sudah konsultasi juga ke dokter, tapi mungkin memang ASI ku tidak lancar."

"Wah, kasihan sekali bayi mu. Jadi selama ini kamu kasih dia susu formula?"

Selena mengangguk.

"Untungnya bayiku bukan tipe yang rewel dan alergi. Jadi aku tidak harus pusing-pusing berlebihan. Sudah ah bahas bayinya, aku kan bertemu kalian karena rindu."

"Hehe, benar juga."

Selena pun menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya sampai lupa waktu. Selena pulang ke rumahnya pukul 9 malam.

Ibu mertuanya sudah menunggunya sejak tadi. Bagaimana bisa seorang istri pergi dan pulang semalam ini, apalagi dia sudah punya anak dan harus mengurus suaminya juga?

"Selena, apa kamu tidak bisa meminta izin pada agensimu untuk pulang lebih dulu? Kasihan kan kalau Alwin kamu tinggal begitu. Meski kamu memang tidak bisa memberinya ASI, tapi Alwin perlu kasih sayangmu."

"Tidak bisa ma. Lagipula hal seperti ini tidak akan setiap hari ma. Aku juga paham sama posisiku. Aku ke kamar dulu ya ma. Rasanya cape sekali."

"Ya, pergilah ke kamar, David pasti menunggumu juga."

Ceklek!

Selena membuka pintu kamarnya dan melihat David yang duduk di ranjang dengan menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia merasa kesal dan marah, karena Selena pergi tanpa meminta izin darinya lebih dulu. Mamanya malah lebih tahu Selena pergi kemana dibandingkan dirinya.

"Kenapa kamu pergi tidak beri tahu aku sih sayang? Apa sesusah itu cuma kirim pesan dan bilang kalau ada meeting? Aku tadi hampir saja mau mencari mu, tapi mama bilang kamu sedang meeting dengan agensimu. Aku merasa jadi suami yang tidak tahu apapun."

"Maaf mas. Aku lupa. Lain kali aku tidak akan begitu lagi."

David menghela napasnya pelan. Ia meminta Selena untuk menghampirinya dan duduk di pangkuannya.

"Aku tuh maunya, ketika aku pulang kerja, kamu ada di rumah dan menyambut kepulangan ku bekerja bersama anak kita," ucap David sambil mengelus pipi Selena.

"Besok-besok kalau mau kemana-mana harus kabari aku," tambah David.

Selena mengangguk.

"Mas aku mau mandi dulu ya, badanku rasanya lengket semua."

"Cium dulu," pinta David.

"Ih, banyak maunya mas ini."

"Cium dulu sayang."

Selena pun mencium bibir David sekilas lalu pergi ke kamar mandi.

Ketika sendirian, David merasa seperti ada yang berbeda di hidupnya. Entah apa, ia tidak tahu. Hanya merasa, ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang sudah ada di hatinya tanpa ia duga sebelumnya.

*

*

Gaza menerima laporan dari anak buahnya yang mencari keberadaan Gea di Malang. Ia sangat senang ketika mendapatkan kabar kalau Gea tidak terlihat terpuruk, dan malah terlihat baik-baik saja. Bahkan Gea terlihat sibuk dengan usaha kecil-kecilan nya.

Itu yang bisa ia dapatkan informasinya dari anak buahnya. Tapi Gaza juga yakin, meski terlihat kuat di luar, Gea pasti sangat bersedih karena dicerai suaminya lalu anaknya dibawa pergi. Hanya membayangkannya saja, sudah membuat hati Gaza sesak. Rasanya ia ingin sekali terbang ke Malang dan melihat langsung bagaimana keadaan Gea. Namun, ia urungkan karena Gea pasti akan curiga kalau dia mencari tahu tentang Gea.

Mungkin memang lebih baik sekarang seperti ini dulu. Berjarak tapi tetap komunikasi. Gaza juga sudah bertekad untuk mencari tahu keberadaan David sampai ketemu. Ia tidak bisa membiarkan laki-laki itu hidup bahagia, sementara Gea menderita karena harus berpisah dengan anaknya.

"Kumohon bersabarlah Ge, aku akan mencarinya mati-matian. Supaya kamu bisa berkumpul dengan anakmu."

*

*

TBC