Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSMSC Chapter 7
" Apa, jangan gitu dong. Kalau lo keluar siapa yang bakalan ngelanjutin. Buset deh spesialis bedah toraks dan kardiovaskular tuh nggak banyak di rumah sakit ini. Bahkan kita bisa dibilang yang punya satu-satunya."
Neel menutup kedua telinganya saat Fattah berteriak. Bagimana tidak, pengajuan resign Neel yang tiba-tiba itu jelas membuat Fattah syok. Bahkan dia sampai mengacak rambutnya sehingga menjadi berantakan.
" Gue naikin gaji lo dah ya, please."
" Sorry, duit bokap gue banyak juga. Masih aman buat gue hidup meskipun nganggur."
" Kampret lo, sialan, brengsek!"
Neel hanya diam mendengar makian dari temannya itu. Saat ini Fattah memang belum sepenuhnya jadi direktur rumah sakit, karena masih ada sang paman yang ada di posisi itu. Sepupunya tidak ada yang mau jadi pemimpin sehingga dia yang harus maju meskipun sedikit di paksa. Dan jadilah saat ini dia sebagai wakil direktur.
Neel yang berencana akan resign memilih untuk bicara lebih dulu kepada Fattah. Mereka jelas punya hubungan yang baik, karena keluarga mereka berteman. Neel pikir Fattah akan mengerti tapi saat ini dilihat dari sikapnya agaknya tidak akan mudah mendapat persetujuan.
" Heh sialan, lo mau ngapain sih?" geram Fattah.
" Gue, mau melihat dunia luas. Sumpek gue tiap hari ketemu lo lagi lo lagi."
Buk!
Fattah menyambar salah satu map di atas meja nya dan langsung memukulkannya ke kepala Neel dengan itu.
Jika bicara soal uang, perkataan Neel memang benar. Orang tua Neel bukan lah orang biasa. Dan jika hanya menghidupi satu anak pengangguran pun tidak akan jadi masalah. Tapi bukan itu poinnya. Fattah hanya penasaran mengapa Neel tiba-tiba melakukan itu.
" Please, bagian yang lo ada saat ini tuh bagian langka. Lo tau itu kan, ya kali gue harus ngambil dokter luar buat ngisi bagian itu."
" Ya kalau harus kenapa nggak. Gue juga very very lelah tahu nggak. Kurang orang tempat gue. Dokter Utama tempat gue kan Dokter Sai, buset kasian doi sibuk bener. Dan kadang gue udah berasa kek dokter utama, ditambah residen yang masuk bagian toraks jumlahnya cuma 4, wagelaseeeh."
Fattah tahu betul soal itu. Makanya dia tidak mungkin bisa melepaskan Neel begitu saja. Adanya Neel memang dipersiapkan untuk menjadi wakil pimpinan, dan yang akan jadi pimpinan adalah Dokter Sai, meskipun hingga kini belum ditunjuk secara resmi. Jika Neel pergi, maka akan bingung lagi mencari pengganti.
" Gue pergi bukannya dolan atau main. Gue mau nyari ilmu lagi. Mau ngambil gelar profesor gue. Ntar gue balik lagi kok 2 atau 3 tahun lah."
" No!!! Big no, please jangan tinggalin gue."
" Haaah, lo pikirin dulu deh Fat. Ya udah gue balik, capek banget gue."
Neel melenggang pergi meninggalkan Fattah yang masih penuh dengan kebingungan. Sembari berjalan keluar, Neel melihat ponselnya. Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. Dan sebuah pesan masuk ke ponsel miliknya.
< Sayang, pagi ini pulang kan?>
< Iya Bu, bentar lagi.>
Rupanya Airin yang mengirim pesan. Sudah lama ibunya itu menjadi ibu rumah tangga biasa. Dalam artian Airin sudah tidak lagi bekerja. Kalau tidak salah sejak punya Neel dan Nero.
Konon katanya untuk mendapatkan Neel, banyak sekali perjuangan Airin dan Akhza. Jadi ketika Airin diketahui hamil, Akhza meminta Airin untuk berhenti bekerja.
Cekleek
Bruuum
Neel segera melajukan mobilnya untuk kembali ke rumah. Rasanya dia sangat ingin segera sampai karena tubuhnya yang begitu lelah.
Tapi ketika sampai di depan rumah, Neel terkejut mendapati rumahnya yang sedikit ramai. Beberapa mobil terparkir rapi di sana. Dan semuanya itu ia kenal dengan sangat baik.
" Happy birthday Neeel!"
" Selamat ulang tahun Neel!"
Rupanya hari ini adalah hari ulangtahunnya. Neel sungguh lupa. Dari kemarin pagi dia berada di rumah sakit dan sangat sibuk, sehingga dia sama sekali tidak ingat kalau hari ini adalah hari dimana dia dilahirkan.
Entah bagaimana semua keluarga mereka berkumpul. Klan Abinawa berada di sana semua.
" Thanks semua, tapi betewe emang pada nggak kerja ini."
" Nggak masuk sehari nggak bikin perusahan bangkrut Neel."
Semua orang tertawa, mereka kemudian menikmati makan pagi bersama. Rasa lelah Neel seketika lenyap dan berganti dengan rasa bahagia.
Saat tubuh pikiran dan hati lelah, keluarga adalah sandaran terbaik.
Drtzzzz
" Neel, Abang mu mau bicara nih."
" Ah iya Bi, mana?"
Abi Kai, paman tertua Neel memberikan ponselnya. Rupanya yang ada di sebrang sana adalah Kaivan yang merupakan kakak sepupu tertuanya. Kaivan tinggal di Surabaya, dan dia tidak bisa pulang untuk ikut merayakan ulang tahun Neel.
Pembicaraan melalui panggilan video tetap terasa menyenangkan. Mereka tampak sangat bahagia.
" Selamat ulang tahun sayang, semoga kamu sehat dan bahagia," ucap Airin dan Akhza bersamaan. Kedua orang tua itu kemudian memeluk putra sulung mereka dengan hangat.
" Makasih Bu, Yah, semoga Ayah dan Ibu juga selalu sehat dan bahagia. Ah iya mumpung semua kumpul, aku ada hal yang mau disampaikan. Ehmm, aku berencana buat menempuh pendidikan lagi."
Semua mata langsung tertuju kepada Neel. Mereka terlihat terkejut, tapi kemudian Abi Kai mengucapkan sesuatu yang menenangkan mereka.
" Bagus, teruslah belajar Neel dan pergunakan ilmu mu nanti itu untuk kepentingan orang banyak."
Neel mengangguk. Mungkin dia memang naif, menggunakan alasan belajar untuk melarikan hatinya. Namun jika itu nantinya bermanfaat maka akan bagus bukan?
Acara ulang tahun Neel berjalan sekitar satu jam lamanya. Setelah itu satu persatu keluarga pun mulai berpamitan untuk pulang.
Neel dan Nero membantu kedua orangtua mereka membereskan rumah. Meskipun sebelum pulang, keluarganya yang lain juga sudah membantu melakukan itu. Kakak beradik itu hanya melakukan sisanya saja.
" Bang, abang serius?
" He em, kenapa emang?"
" Abang lagi nggak lagi kabur dari perasaan Abang kan?'
Degh!
Neel menghentikan kegiatannya. Ia lalu menoleh ke arah sang adik. Adik yang hanya terpaut usia satu tahun itu tampak tenang, namun tidak dengan Neel. Ia pun membawa Nero menepi.
" Apa maksud mu Ner?'
" Bang, Abang bisa nyembunyiin itu dari Ayah dan Ibu, tapi nggak sama aku. Aku tau dari kecil Abang udah suka sama Mbak Neha. Rasa suka Abang ke Mbak Neha nggak kayak rasa suka Abang kek Mbak Ran atau ke Anin. Cara mandang Bang Neel tuh selalu beda ke Mbak Neha. Abang suka kan sama Mbak Neha, dan Abang masih belum bisa ngelupain makanya Abang mau pergi kan?"
Ucapan nero seperti belati yang menusuk tepat di jantung Neel. Semua yang dikatakan Nero itu benar adanya. Dan dia harus mengakui semua itu.
Usia yang hanya terpaut satu tahun membuat Neel dan Nero kadang seperti anak kembar. Dan ikatan mereka memang kuat, jadi Neel tidak bisa menipu Nero.
" Kurang lebih begitu lah, mungkin dengan menjaga jarak sama Neha aku bisa benar-benar ngelupain dia."
" Yakin?"
" Entah."
TBC