WHO'S THE NEXT

“Udah Aelin. Kalian cari waktu sendiri aja buat ngebahas masa lalu,” Evan melarang Aelin untuk memperpanjang masalah diri nya, Reza, dan Mona.

Aelin hanya tersenyum lebar ke arah Evan, dia juga tak berbicara apa-apa lagi.

“Nah, gini aja. Kita pesan makanan dulu aja ga sih? Pasti pada lapar kan? Aku panggillin pelayan ya?” Shavinna berusaha mengalihkan permasalahan, karena ia hampir tak pernah melihat Aelin dan Reza bertengkar.

“Glori mana? Kok dia lama banget?” tanya Jackson tiba-tiba.

“Eh, kok iya ya. Coba aku samperin dulu,” Mona terlalu terburu-buru hingga menyenggol minuman Glori.

“Itu Stroberi smothies?” sahut Jackson yang terkejut melihat minuman Glori yang tumpah.

“Hah? Iya, kok kamu tahu?” tanya Mona balik.

Muka Jackson langsung terlihat panik dan berkali-kali bergumam hal aneh.

“GLORI, DIA PASTI DALAM BAHAYA!” teriak Jackson.

Mendengar hal itu, Jovan dan Evan langsung berlari ke arah toilet. Aelin menyuruh anak-anak lain untuk tetap menunggu di situ. Mona, Reza, dan juga Aelin ikut menyusul sambil menyiapkan senjata mereka masing-masing. Saat tiba di depan toilet, Jovan langsung meminta Mona dan Aelin mengecek ke dalam. Tapi saat Mona dan Aelin mencari Glori, dia tidak ada di dalam toilet itu.

“Glori hilang!” teriak Mona dengan muka panik nya.

Mereka semua langsung berpikiran kemana-mana. Yang jelas mereka sangat khawatir dengan Glori.

“Teledor, kenapa kita semua yang punya senjata malah ngumpul di sini? Aelin ikut aku ke depan lagi,” ajak Reza yang baru bisa membaca situasi.

Dan benar saja, saat Reza dan Aelin baru sampai di sana, keadaan nya sudah sangat kacau. Ada enam orang yang memakai baju hitam dan topeng sambil membawa senjata mendekat ke arah Shavinna dan teman-teman nya. Tampak nya Jackson sudah tahu semua ini akan terjadi. Ia mengeluarkan pistol dari saku jaket nya. Untung saja Aelin dan Reza datang tepat waktu. Mereka menyuruh Shavinna dan teman-teman nya untuk berlindung. Meski tampak nya sudah ada yang terluka di antara mereka, yaitu Ezra. Aelin dan Reza berusaha melawan enam orang bertopeng itu. Mau sekuat apa pun Reza dan Aelin, dua banding enam itu sangat tidak adil. Orang-orang di cafe berlarian keluar. Tapi tampak nya enam orang itu memang menargetkan Shavinna dan anak-anak lain nya.

“Shavinna, gimana ini?” tanya Seanna yang ketakutan sambil berusaha melindungi Ezra dengan kondisi kaki nya sudah tertembak.

“Aku juga ga tahu, aku coba hubungi orang rumah,” Shavinna berusaha menenangkan Seanna.

Aelin dan Reza mulai melawan ke enam orang itu. Sesuai dengan dugaan Reza, mereka bukan lah lawan yang setara untuk Shavinna dan teman-teman nya. Untung saja Aelin dan Reza ikut berkumpul di sana. Meski membawa senjata, nyatanya Jackson tidak terlalu ahli dalam menggunakan senjata nya. Ia bahkan gemetaran sambil memegang pistol nya.

Aelin dan Reza tak akan kuat menahan enam orang bertopeng itu jika hanya berdua. Yang mengherankan nya lagi, mengapa para penjaga yang di bawa oleh Glori tidak ada yang membantu sama sekali? Tidak mungkin mereka menghilang begitu saja kan? Atau, bisa jadi mereka semua sudah di urus oleh ke enam orang bertopeng ini? Ini sangat tak masuk akal, bagaimana bisa bawahan keluarga Brithari selemah itu. Jika bukan mereka yang lemah, berarti para penyusup ini yang terlalu kuat.

“Kita ga akan bisa kalau cuma ngelawan berdua!” teriak Aelin yang mulai kelelahan.

“Utamakan keselamatan anak-anak dulu!” balas Reza yang masih berusaha melawan dengan sekuat tenaga.

Akhir nya Evan dan Mona kembali untuk membantu mereka berdua. Aelin dan Reza cukup tenang saat melihat bantuan telah datang. Terlebih lagi Evan sudah sangat terlatih, jadi sekarang mereka sudah seimbang. Shavinna, Seanna, Sebastian, dan Jackson terkejut saat melihat Evan ikut melawan bersama Aelin dan Reza. Selama ini mereka kira Evan hanya seorang yang introvert, ternyata ada banyak hal yang dia sembunyikan selama ini.

“Glori mana?” tanya Aelin yang khawatir.

“Dia aman,” jawab Mona yang tampak serius.

Terlihat jelas bahwa ke enam orang itu hanya mengincar Shavinna dan teman-teman nya. Tapi entah mengapa mereka semua tidak pernah membalas serangan Evan. Seperti nya mereka sengaja menghindari Evan.

Entah Aelin dan Reza yang sudah merasa kelelahan atau memang ada yang aneh dari ke enam orang itu? Mereka tampak samar di mata Aelin dan Reza. Terkadang pergerakan ke enam orang itu melambat dan tiba-tiba saja sudah berdiri di dekat Aelin atau pun Reza. Seakan-akan ada sihir yang membuat mereka berpindah tempat dengan cepat. Hal itu tentu nya membuat Aelin dan Reza cukup linglung. Tapi seperti nya tidak hanya Aelin dan Reza yang merasakan hal itu. Bahkan Mona juga terlihat kebingungan saat melawan. Tembakan nya selalu salah sasaran. Padahal menembak adalah keahlian Mona, dan itu sudah di akui oleh banyak orang.

“Mereka sebenar nya ada berapa sih? Kok pergerakan nya cepet banget?” tanya Seanna yang merasa bahwa dia telah berhalusinasi.

“Gue pernah lihat yang kaya gini,” sahut Sebastian dengan tatapan yang penuh makna tersembunyi.

“Ini ga masuk akal. Apa kita aja yang berhalusinasi?” timpal Shavinna yang tak percaya.

“Kemarin aku juga lihat Ayah Bunda kaya kita lihat mereka sekarang,” tiba-tiba saja ucapan Ezra terdengar tidak masuk akal.

“Hah? Maksud nya apa?”balas Seanna.

“Waktu kita di rumah sakit, tiba-tiba aja Ayah sama Bunda jadi kelihatan samar gitu. Muka nya juga kaya ke sensor. Persis kaya sekarang,” jelas Ezra yang tampak ketakutan.

“Ngga mungkin. Ini aneh banget.” Seanna berusaha menyangkal ucapan adik nya itu.