Original, bukan terjemahan.
Dia, perempuan mafia yang terkenal di dunia modern, di kematian pertamanya dia masuk kedalam janda perawan dan menjadi seorang ibu tiri yang di cintai anak tirinya.
Dia membasmi klan mafia dan kematianya juga membawa ikut kepunahan klan mafia.
Tapi, jiwanya malah kembali kemasa zaman kuno, dia masuk keraga seorang wanita muda sebagai teman belajar sang Putri Mahkota.
Dia anak perempuan kepala koki istana, yang suka di bully oleh teman- teman Putri Mahkota.
Dia baru saja tenggelam, dan seorang mafia memasuki raganya. yang membuat dia hidup kembali.
Seorang pemegang senjata ingin di lecehkan, mimpi..!
Ini petualangan reinkarnasi keduanya. jadi dia sangat faham watak anak- anak manja ini.
Mari kita bermain-main tuan... Gumamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18
Siang itu Su Alin bersama ayahnya pergi ke rumah kepala desa. Desa yang terdekat dari lokasi mereka.
"Kalian datang dari ibu kota?" Tanya kepala desa sambil memperhatikan ayah dan anak itu.
"Iya benar, ini putri ku." Jawab Su Yuan dengan tersenyum seraya memperkenalkan Su Alin.
"Kalau kalian hendak membeli tanah dekat dengan hutan di sana. Bukankah itu sangat jauh dari pemukiman warga? Jika ada masalah bagaimana kalian akan mengatasinya?" Kepala desa berkata seperti itu, bukan tanpa alasan.
Karena kehidupan di desa yang biasa bergotong royong. Dan jika ada masalah bisa saling bantu.
"Tidak ada masalah untuk itu kepala desa. Kami berencana untuk bertani, jadi kami hendak membeli tanah yang cukup luas." Su Yuan berkata sesuai dengan apa yang di pesankan Su Alin.
Dia tidak ingin melangkahi ayahnya untuk berbicara. Karena kepala desa yang sebagai seorang pria, akan lebih nyaman berbicara sesama pria.
"Kalau memang kalian telah memutuskan seperti itu, saya selaku kepala desa tidak bisa menghalangi. Karena tanah tersebut tidak di butuhkan warga pada saat ini. Rencananya berapa hektar hendak di beli?" Kepala desa merasa bersyukur, ada yang membeli lahan di tepian hutan itu.
Dari hasil penjualan nanti bisa di gunakan untuk membangun perkembangan desa. Karena tanah itu bukan milik pribadi kepala desa. Melainkan tanah kekaisaran. Hanya saja bisa di gunakan oleh rakyat.
"Kalau boleh kami tahu, satu hektar berapa harganya?" Ayahnya bertanya dengan sedikit membungkuk.
Dia tidak tahu pasti, sebenarnya berapa banyak uang yang di miliki putrinya ini.
"Ah, tidak mahal... Karena itu tanah dekat hutan dan juga dekat dengan sungai. Jadi harganya lebih murah dari tanah di pemukiman warga desa." Kepala desa sedikit tidak enak hati. Dia hanya senyum malu-malu.
"Iya tidak apa-apa. Kepala desa bisa sebutkan harganya."
"Satu hektar, saya berikan satu tael emas saja." Dengan sedikit canggung kepala desa berkata.
Satu tael emas, setara dengan seribu tael perak. Bagi orang desa itu cukup mahal. Karena penghasilan mereka sebulan terkadang hanya bisa dua tael perak.
Dan mereka hanya bisa membeli tanah pemukiman dengan ukuran sepuluh kali sepuluh meter. Dan itu akan di hargai lima tael perak.
Sedangkan harga ladang atau sawah lebih besar ukurannya dengan harga seperti itu.
Dengan harga lima tael perak bisa membeli ladang seratus kali seratus meter. Semakin bagus lokasinya, maka semakin mahal harganya.
Dengan harga satu tael emas untuk satu hektar. Bagi Su Alin itu tidak masalah, karena dia memiliki tael emas beberapa peti di dalam ruang dimensi.
Untuk mengeluarkan lima tael emas juga dia tidak masalah.
"Alin, apakah itu kemahalan?" Ayahnya berbisik dengan sebelah telinganya.
"Tidak apa-apa ayah. Berapa banyak hendak kita beli?" Dia kembali bertanya kepada ayahnya. Karena dia belum memiliki rencana, apa saja yang akan dia tanam di sana.
"Ayah tidak tahu, berapa kamu punya tael?" Ayahnya merasa khawatir.
"Tenang saja ayah, aku punya banyak. Hanya saja, jika kita membeli tanah yang luas. Kita membutuhkan tenaga kerja untuk mengolahnya." Su Alin memberikan gambaran kepada ayahnya.
Karena dia tidak ingin ayahnya berfikir. Bahwa dia yang akan melakukan semuanya.
Selain dia bertani, dia juga harus beternak. Karena kedua hal itu bisa membantu kehidupan mereka tanpa harus menunggu panen.
"Katakan saja, berapa luas yang kamu inginkan." Pinta ayahnya.
"Baiklah, saat ini kami beli lima hektar saja dulu. Kedepannya, jika masih di butuhkan kami akan menambahnya." Ucap Su Alin.
"Kalau begitu, besok saya akan mengurus semua dokumen bukti pembayaran." Kepala desa dengan senang hati mengurus surat-surat kepemilikan tanah itu.
Karena pembayaran yang Su Alin lakukan itu adalah di atas rata-rata. Karena biasanya, jika dia membuat harga. Maka orang-orang biasanya akan menawar terlebih dahulu. Baru di lakukan pembayaran.
semangat terus thorr
semangat thor /Determined/
double update thorr