NovelToon NovelToon
A Fractured Family'S Hope

A Fractured Family'S Hope

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Cerai / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:399
Nilai: 5
Nama Author: Echaalov

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.

"Aku capek di kekang terus."

"Lebih capek gak di urus."

"Masih mending kamu punya keluarga."

"Jangan bilang kata itu aku gak suka."

"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."

"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."

"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."

"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Seorang gadis kecil berjalan dengan riang dan bersenandung, ia sedang berjalan menuju ke rumahnya. Hari ini ia sangat bahagia karena ia berhasil menjadi juara. Ia memegang dengan erat piala, sertifikat dan hadiah yang ia bawa.

Memasuki halaman rumahnya, langkahnya yang riang terhenti melihat seorang pria yang menyenderkan tubuhnya ke dinding lalu menatap dengan raut wajah datar. Gadis kecil itu meneguk ludahnya dengan susah payah melihat tatapan pria itu.

"A-Ayah," ucap gadis kecil itu.

"Jam berapa sekarang? " tanya nya dengan nada yang dingin.

Gadis kecil itu melihat ke arah lengan kanannya yang terdapat jam tangan. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Jam lima," ucap gadis kecil itu.

"Kenapa baru pulang kamu kemana aja? " ucap pria itu masih dengan wajahnya yang datar.

"Aku kan udah izin sama Ayah ikut lomba. Ayah juga ngizinin kan! " ucapnya.

"Itu memang benar. Tapi apakah perlombaannya sampai sore? " tanya pria itu lagi.

"Enggak," lirih gadis kecil itu. Meski begitu masih bisa terdengar oleh pria itu.

"Kamu kemana dulu? "

"Sesel tadi di traktir makan ice cream sama kak Arga. Jadi pulangnya telat Yah."

"Ice cream? "

Mengerti pembicaraan ini mengarah kemana. Candy segera berucap."satu kok gak banyak, Yah."

"Ini udah sore terus kamu makan ice cream, Sesel gimana kalau penyakit kamu kambuh," ucap Arya meski mengucapkan itu dengan nada dingin tapi terselip juga nada khawatir.

"Enggak kok Sesel gak kena-"

uhuk uhuk

Candy segera menutup mulutnya begitu ia terbatuk. Arya menatap putrinya cemas.

"Lihat sudah Ayah bilang, imun kamu itu lemah Sesel, makan ice cream aja bisa bikin kamu batuk gimana kalau batuknya makin parah terus penyakit kamu kambuh," ucapnya menatap Candy khawatir.

"Iya Ayah Sesel gak akan ngulangi ini lagi," ucap Candy menundukkan kepalanya.

Arya menghembuskan nafasnya kasar. Sebenarnya ia ingin memarahi Candy agar ia jera dan tidak mau melakukan lagi. Namun saat ini keadaan Candy tidak baik-baik saja.

"Ayo masuk udara di luar dingin nanti batuk kamu makin parah," ucap Arya.

Mereka pun masuk ke dalam rumah.

"Ganti baju, makan terus minum obat," ucap Arya.

"Iya Ayah," setelah mengucapkan itu Candy berjalan menuju kamarnya.

Tapi panggilan dari Arya menghentikan langkahnya.

"Sesel," panggil Arya.

"Iya Ayah? " tanya Candy menatap Arya.

"Selamat," ucapnya singkat dengan mata yang menatap arah lain. Arya sepertinya malu mengatakan itu.

"Selamat apa? " Candy bingung dengan ucapan Arya. Maklum ia tidak mengerti kalau Ayahnya sudah berbicara singkat.

"Selamat juara," ucap Arya sambil menatap piala yang di pegang Candy. Candy menatap arah tatapan Arya kemudian ia mengerti apa yang di bicarakan oleh Ayahnya.

"Makasih Ayah," ucap Candy riang. Ia tersenyum manis, setelah itu ia pergi menuju kamarnya.

Melihat tingkah Candy, Arya tanpa sadar tersenyum tipis.

Sesampainya di kamar Candy merebahkan tubuhnya di kasur karena lelah.

"Tumben banget Ayah muji aku," ucapnya tersenyum manis.

Arya sangat jarang menunjukkan sikap seperti ini. Candy merasa tersentuh karena biasanya Arya selalu memarahinya.

"Ayah marah sih tapi karena Ayah muji aku, aku jadi gak terlalu diambil hati ucapan Ayah," ucapnya.

Candy pun berganti pakaian lalu pergi menuju meja makan.

******

Seorang anak laki-laki baru saja sampai di rumahnya. Tidak ada siapapun di rumahnya, sepertinya ibunya masih belum pulang. Ia meletakkan piala, sertifikat, dan hadiah di meja. Agar begitu ibunya datang ia bisa melihat piala itu.

Anak laki-laki itu mandi lalu berganti pakaian saat ia berjalan ke ruang tamu ibunya sudah berdiri di sana sambil memegang piala.

"Bunda," panggilnya.

Wanita itu menoleh begitu mendengar ucapan putranya.

"Anak Bunda hebat banget juara 1 lomba adzan, pasti suara kamu merdu banget ya sampai juri ngasih nilai kamu bagus," puji Firda.

"Jelas aku hebat aku kan anak Bunda," ucap Anka tersenyum menatap sang Bunda.

Sikap Anka emang jika bersama ibunya akan menunjukkan sikap manjanya. Namun jika kepada orang lain bahkan kepada teman-temannya Anka selalu bersikap dewasa.

"Anka mau hadiah apa dari Bunda? " tanya Firda menatap putranya.

Anka memegang dagunya terlihat berfikir. Di mata Firda sikap Anka terlihat menggemaskan.

"Anka pengen makan seafood sama Bunda," ucapnya.

"Yaudah let's go kita berangkat," ucap Firda.

"Yey," ucap Anka senang.

Mereka pun pergi ke tempat seafood yang biasa mereka makan.

******

Di tempat yang berbeda di waktu yang sama seorang anak laki-laki memasuki rumah yang cukup besar.

Suasana rumah itu terasa dingin dan sepi. Bagi anak laki-laki itu, ini sudah menjadi hal yang biasa bagi anak laki-laki itu.

"Den Azel baru sampai? " tanya seorang wanita paruh baya.

"Iya Bi," ucap Azel.

Bi Sumi menatap benda yang di bawa oleh Azel. Terlihat ada piala, sertifikat, dan hadiah. Menyadari tatapan Bi Sumi, Azel pun berkata."Azel menang lomba Bi."

"Wah den Azel hebat bisa menang lomba," ucap Bi Sumi dengan tersenyum bangga.

"Makasih Bi, kalau gitu Azel ke kamar dulu," ucapnya. Namun sebelum itu Bi Sumi memanggilnya.

"Den Azel," panggil Bi Sumi.

"Kenapa Bi? " tanya Azel.

Bi Sumi terlihat ragu untuk berbicara. Melihat gerak-gerik Bi sumi yang seperti ini, Azel menatap Bi Sumi.

"Bi ngomong aja jangan ragu kayak gitu," ucapnya.

"Den Azel udah bilang ini sama nyonya dan tuan? " tanya Bi Sumi.

"Buat apa Bi lagian mereka gak akan peduli," ucap Azel.

"Mereka pasti bangga kok sama Den Azel."

"Gak usah buat aku berharap Bi. Bi Sumi kan tahu Mamah dan Papah gak pernah peduli sama aku semenjak mereka menikah lagi. Bahkan mereka gak pernah datang pas aku ulang tahun, selama ini Bibi kan tahu mau aku mendapatkan banyak prestasi, mendapat peringkat di sekolah, aku yang sedang sakit, aku yang terluka atau melakukan kenakalan dan melanggar peraturan sekolah. Mamah dan Papah gak pernah peduli Bi. Mungkin mereka akan datang nemuin aku pas aku mati," ucap Azel dengan emosi yang sedikit meluap.

"Den Azel jangan bicara soal kematian," ucap Bi Sumi. Ia tidak tega melihat Azel yang seperti ini.

"Jangan bahas mereka lagi di depan aku," setelah mengucapkan itu Azel berjalan menuju ke kamarnya.

Bi Sumi menatap kepergian Azel dengan hati yang merasa kasihan. Diusia sekecil ini Azel harus merasakan ini semua. Janji yang orang tuanya ucapkan tentang mereka yang akan datang saat ulang tahunnya pun tidak pernah mereka kabulkan. Sedari dulu Azel selalu menunggu orang tuanya setiap ulang tahunnya, namun sampai saat ini mereka tidak pernah menunjukkan batang hidungnya.

"Apa yang harus Bibi katakan pada den Azel ketika Bibi akan pergi," ucap Bi Sumi murung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!