Pertemuan tanpa sengaja, membawa keduanya dalam sebuah misi rahasia.
Penyelidikan panjang, menyingkap tabir rahasia komplotan pengedar obat terlarang, bukan itu saja, karena mereka pun dijebak menggunakan barang haram tersebut.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Akankah, Kapten Danesh benar-benar menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#26. Maju Salah, Mundur Pun Salah•
#26
Dhera menyingkir sejenak, ketika ponsel di saku jaketnya berdering. “Selamat malam, Komandan,” jawabnya.
“Bagaimana kelanjutannya, kenapa beberapa hari ini tak ada laporan masuk padaku?” tanya Komandan Adipati.
Dhera menghembuskan nafas sesaat, “Maaf, Komandan, ini semua karena beberapa kali Saya menghadapi jalan buntu.”
“Buntu? Maksud Kamu?” tanya komandan Adipati.
Dhera pun mulai menceritakan, semua yang ia alami, baik ketika penyelidikan dilakukan seorang diri, hingga akhirnya ia memutuskan bekerja sama dengan kepolisian yang kebetulan juga sedang menyelidiki kasus chery pil ini.
“Apa kamu yakin?”
“Saya yakin sekali, Komandan. Dan Saya harap, Anda juga mendukung langkah yang Saya ambil.”
“Bukankah, kamu bilang tak suka bekerja sama dengan orang lain?”
“Pada awalnya, tapi kini Saya mulai merasa bahwa kasus ini, tak bisa Saya selesaikan sendiri. Garis besarnya adalah, musuh kami orang yang sama, tujuan kami pun sama, maka jika kami bekerja sama, kami yakin bahwa kami akan menyelesaikan kasus ini lebih cepat.”
Sejalan dengan itu, Danesh pun menerima panggilan dari Bu Asri. Tak jauh beda dengan Dhera, Bu Asri pun menanyakan kelanjutan penyelidikan kasus yang sedang ia tangani.
“Kami minta maaf, Bu,” ujar Danesh setelah menjelaskan situasinya.
“Bukan salah kalian, jaringan mereka memang sudah mengakar sangat kuat, hanya orang-orang bermental baja yang bisa membongkar kejahatan mereka.”
“Lanjutkan saja, tapi juga tetap utamakan keselamatan kalian.”
“Baik, Bu.”
Mau bagaimana lagi, Danesh hanya bisa mengatakan yang sebenarnya, bahwa barang bukti yang baru saja mereka dapatkan, kini kembali hilang, karena anak buah Mr. X keburu memergoki aksi mereka.
Sementara menjalani proses penyembuhan, Bastian dan Rara dipersilahkan tinggal di apartemen Danesh. Karena tempat itu kini menjadi markas mereka, tempat diskusi dan memikirkan solusi langkah selanjutnya.
•••
Setelah pengintaian Rara dan Bastian gagal, kini Danesh dan Dhera sendiri yang datang untuk mengintai toko barang antik milik madame Vivi.
Selain menyatroni Black Shadow Night Club setiap malam, di siang harinya Danesh dan mobilnya berkeliaran di depan toko barang antik. Karena di kampus tak lagi terlihat aktivitas mencurigakan, maka selain Dhera, Danesh pun jarang ke kampus, karena ia rasa ke kampus hanya membuang-buang waktunya.
Tujuan mereka mengintai di depan toko barang antik, bukan untuk menangkap madame Vivi, melainkan membuntuti orang-orang misterius yang kebetulan keluar masuk di toko tersebut.
Dan ini sudah hari ke-lima, namun orang-orang yang mereka harap kedatangannya tak kunjung muncul. Sementara menemukan para pecandu cherry pil juga cukup sulit, karena mereka tak seperti para pemakai obat terlarang pada umumnya.
Dan sedikit mengecewakan, karena toko barang antik yang Danesh awasi, seperti sengaja diliburkan selama beberapa hari.
Danesh kembali melihat toko barang antik menggunakan teropong kecil yang kini jadi alat bantunya melihat dari jarak jauh. Setelah peristiwa yang menimpa Rara dan Bastian kemarin, Danesh yakin bahwa madame Vivi dan anak buahnya akan semakin waspada terhadap situasi.
Karena itulah, Danesh mengubah posisi pengintaiannya, agar madame Vivi tak curiga. Bahkan dari tempatnya saat ini, tak mungkin terjangkau kamera CCTV dari toko barang antik.
Danesh berdiri di salah satu sudut ruko, sementara Dhera bersiaga di belakang kemudi. Mereka terhubung melalui earphone, jadi sewaktu-waktu ada yang urgent, ia bisa segera memerintahkan Dhera bergerak.
“Apa hari ini para baj^ingan itu tak melakukan transaksi lagi?” Danesh menggumam seorang diri.
.
“Atau mungkin mereka mengubah metodenya, Kapt,” timpal Dhera. “Setahuku, mengubah sistem yang sudah sekian lama berjalan dengan aman, tidaklah mudah, mereka pasti memerlukan sosialisasi serta koordinasi lanjutan, dan proses itu memakan waktu yang tidak sebentar.”
“Bisa jadi juga begitu, mari kita berharap saja untuk hari ini, semoga mereka kembali bertransaksi. Karena para pec^andu tak bisa menunggu.”
Dan seperti mendapatkan berkah dari langit, tiba-tiba dari pintu ruko keluar dua pria misterius, entah dari mana dan kapan mereka masuk ke sana, yang jelas Danesh bersyukur karena Tuhan menjawab doanya kali ini.
“Bergerak ke arahku, dua pria baru saja meninggalkan Ruko,” perintah Danesh pada Dhera.
Karena kedua pria tersebut berjalan kaki, maka Danesh pun mengikutinya dengan berjalan kaki, tentunya dari jarak yang di rasa aman.
Mungkin karena sudah terlalu lama menekuni profesi tak biasa, maka kedua pria itu mulai waspada. Walau keberadaan Danesh di jarak aman, namun kedua pria itu mulai curiga, karena Danesh terus mengikuti langkah kaki mereka.
“Oh, shii^iittt!! Sia^lan berhenti kalian!!” teriak Danesh ketika dua orang yang sedang ia buntuti tiba-tiba lari melalui lorong-lorong sempit sebuah perkampungan. Dan mau tak mau Danesh ikut berlari mengejar mereka, karena ia memerlukan keterangan dari kedua orang itu, tentang bagaimana cara mereka bertransaksi serta mendapatkan cherry pil.
Aksi kejar-kejaran pun tak terelakkan, jalanan sempit perkampungan padat penduduk tersebut, menjadi arena yang cukup menyulitkan sekaligus memudahkan para penjahat melarikan diri dari kejaran polisi.
Dua pria itu sudah sangat mengenal medan, hingga memudahkan mereka berlari, melompat, bahkan menerjang apapun rintangan yang menghadang pelarian mereka.
Walau terengah, hingga nyaris kehabisan nafas, namun Danesh tak menyerah. Sepak terjangnya dalam mengejar penjahat, sudah teruji selama bertahun-tahun, bahkan sejak kecil opa Alex sudah melatih dirinya beserta ketiga kakaknya dengan latihan fisik bersama pelatih khusus. Jadi jika kini ia menghadapi hal-hal semacam ini, tubuhnya bisa segera beradaptasi dengan baik.
“Berhenti mengejar kami!!” pekik salah seorang pria yang tengah Danesh kejar.
“Kalau begitu berhentilah, Breng^sek!” jawab Danesh, sementara nafasnya sendiri mulai tersengal-sengal.
Mereka kini berada di tepi anak sungai, jangan ditanya seperti apa warna sungai di tengah padatnya perkampungan Ibu kota Jakarta.
Tak ada pilihan bagi kedua pria itu, jika maju mereka akan masuk ke kubangan sungai yang airnya berwarna gelap dengan berbagai macam pernak-pernik sampah yang ada di dalamnya. Tapi jika mundur, mereka harus rela diborgol serta diinterogasi polisi.
Senada dengan Danesh, Dhera pun terengah-engah karena ia mengikuti Danesh mengejar dua pria yang mereka incar sejak dari toko barang antik.
•••
Di tempat berbeda.
Rara keluar dari minimarket, mulutnya mengulum permen lolipop, ia tengah asyik berselancar di media sosial melalui ponsel di tangannya. Hingga tak menyadari bahwa gerak geriknya sedang diawasi.
Sudah beberapa hari orang itu mengawasi pergerakan Rara, bahkan melalui ponsel pribadinya, ia tahu dengan jelas dimana posisi Rara saat ini, serta apa saja yang sedang ia lakukan dengan benda ajaib di tangannya tersebut.
Pria itu berpakaian santai namun sebagian wajahnya tertutup masker, ia juga mengenakan topi baseball dan sneakers hingga penampilannya sama sekali tak mencurigakan.
Ia terus berjalan mengikuti langkah kaki Rara, pergerakannya jadi mudah, karena Rara terlalu asyik dengan ponselnya, hingga ia abai dengan suasana sekitar.
Rara memasuki gedung apartemen yang beberapa hari ini ia tinggali bersama para pria, jika tak ada Dhera mungkin Rara lebih memilih pulang ke rumah, tapi Danesh juga meminta kesediaan Dhera untuk tinggal sementara di apartemen, agar Rara tak sendirian.
Ketika menunggu pintu lift terbuka, pria itu segera membekap Rara, kemudian membawa gadis itu masuk ke pintu darurat.
Klak!
Blam!
Rara terperangah, kedua matanya terbuka sempurna menatap pria yang kiri membungkam mulut, serta mengunci kedua tangannya.