NovelToon NovelToon
Lahirnya Sang Kaisar Api

Lahirnya Sang Kaisar Api

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Perperangan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah perjalanan mc kita bernama shim wol untuk menjadi orang terkuat di murim dan mendapatkan julukan kaisar api

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan menuju Shanxi

Setelah berpamitan dengan orang tuanya, Shim Wol memulai perjalanan ke Shanxi.

Ibunya memberi pesan penuh kasih, "Hati-hati di jalan, dan jaga diri baik-baik." Shim Wol membalas dengan tenang, "Baik, Bu." Sang ibu memeluknya erat, memberikan bekal makanan berupa dendeng sapi yang cukup untuk beberapa hari dan sejumlah uang yang memadai untuk kebutuhan selama perjalanan. Shim Wol memutuskan untuk berjalan kaki, menikmati pemandangan dan kebebasan yang baru ia rasakan.

Namun, saat memasuki daerah terpencil yang jauh dari keramaian, ia mendengar suara pertempuran dari depan. Shim Wol segera bergegas menuju sumber suara.

Ia menemukan adegan mengerikan di hadapannya.

Sekelompok bandit, lebih dari 20 orang, menyerang sebuah kereta kuda mewah. Delapan pengawal yang bertugas melindungi kereta telah gugur, kecuali satu yang tersisa. Namun, pengawal terakhir itu sudah lemah tak berdaya, memohon belas kasihan sebelum dibunuh dengan kejam oleh para bandit. Saat salah satu bandit hendak membuka pintu kereta, Shim Wol meneriakkan amarahnya.

"Oyy, bajingan! Apa yang sedang kalian lakukan?" serunya lantang.

Ketua bandit berbalik, menatap Shim Wol dengan tatapan dingin. "Siapa kau, bocah? Berani sekali ikut campur urusan kami!" katanya, lalu memerintahkan lima anak buahnya untuk membunuh Shim Wol.

Shim Wol, dengan tenang, menghadapi mereka. Dalam beberapa gerakan cepat, ia menebas leher kelima bandit itu dengan Sword Qi yang tajam dan presisi.

Melihat hal itu, ketua bandit segera menyuruh anak buahnya mundur. "Mundur! Dia bukan orang yang bisa kalian tangani."

Ketua bandit maju, menghunus pedangnya yang diselimuti Sword Qi. Ia memandang Shim Wol dengan penuh kebencian. "Bocah, jika kau tidak ingin mati, bersujudlah di hadapanku sekarang. Aku mungkin akan memaafkan kesalahanmu."

Shim Wol menatapnya dengan dingin. "Dasar binatang. Aku tidak sudi bersujud pada bajingan sepertimu."

Pertempuran pun dimulai.

Ketua bandit menyerang membabi buta, tapi setiap ayunan pedangnya ditangkis dengan mudah oleh Shim Wol. Merasa terpojok, ketua bandit menggunakan Plum Blossom Sword Technique, serangan khas yang menyerang dari berbagai sudut dan membentuk pola bunga plum. Shim Wol segera mengenali teknik itu.

"Teknik ini milik Sekte Mount Hua. Apakah kau bagian dari mereka?" tanyanya dengan nada tajam.

Ketua bandit tidak menjawab, malah semakin gencar menyerang. Namun, teknik terkuatnya tetap tidak mampu menembus pertahanan Shim Wol.

"Bajingan! Bagaimana bisa kau menahan teknik terkuatku? Siapa sebenarnya kau?" teriak sang ketua, marah dan frustrasi.

Shim Wol, yang kini benar-benar marah, menggunakan Soundless Step untuk muncul di belakang ketua bandit. Dalam satu gerakan cepat, ia menebas tangan kanan bandit itu hingga terputus. Darah mengucur deras, dan bandit itu menjerit kesakitan.

"Jawab pertanyaanku jika kau masih ingin hidup," kata Shim Wol dingin sambil menodongkan pedang ke lehernya.

Ketua bandit, ketakutan dan gemetar, akhirnya mengakui. "Aku... Aku sudah bukan bagian dari mereka. Aku dulu anggota Sekte Mount Hua, tapi sekarang aku hanya seorang bandit. Aku tidak ada hubungan lagi dengan mereka!"

Setelah mengaku, bandit itu memohon ampun. "Aku sudah menjawabnya! Tolong ampuni nyawaku!"

Shim Wol menatapnya tanpa belas kasihan. "Aku akan mengampunimu... setelah menebas lehermu."

Ketua bandit mencoba kabur, tapi tak ada harapan baginya. Shim Wol menebasnya tanpa ragu, mengakhiri hidupnya dengan satu serangan tajam.

Para bandit lainnya, yang melihat kejadian itu, segera bersujud dan memohon ampun. Namun, Shim Wol hanya memandang mereka dengan penuh kebencian.

"Sesalilah semua perbuatan kalian di neraka," katanya, sebelum menghabisi mereka satu per satu tanpa ampun.

Setelah semua bandit tewas, Shim Wol mendekati kereta kuda yang sudah sunyi, memastikan tidak ada korban yang masih hidup. Meski hatinya dipenuhi rasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan para pengawal, ia tahu bahwa ia telah melakukan apa yang harus ia lakukan.

Langit mulai memerah saat ia melanjutkan perjalanan. Beban di pundaknya terasa semakin berat, tapi langkahnya tetap teguh. Shim Wol bersumpah untuk menjadi lebih kuat, agar dapat melindungi yang lemah dari ketidakadilan seperti ini.

Setelah pertempuran dengan bandit berakhir, seorang wanita berusia sekitar 20 tahun muncul dari dalam kereta. Dengan penuh rasa hormat, ia menundukkan kepalanya kepada Shim Wol. "Terima kasih banyak atas bantuannya, Tuan. Aku berhutang nyawa padamu," ucapnya dengan tulus.

Shim Wol, yang kini lebih tenang, menatap wanita itu dengan rasa penasaran. "Siapa sebenarnya kamu, dan bagaimana bisa terjebak dalam situasi seperti ini?" tanyanya.

Wanita itu mengangkat kepalanya dan menjawab, "Namaku Baek Lina, putri satu-satunya dari keluarga pedagang Baek. Mungkin karena mereka mengetahui identitasku, para bandit memutuskan untuk menculikku."

Shim Wol berpikir sejenak, lalu berbisik dalam hati, Keluarga pedagang Baek? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu di suatu tempat. Tanpa membuang waktu, ia melanjutkan pertanyaannya. "Seberapa pentingkah dirimu sampai para bandit berani mengincarmu?"

Lina menundukkan kepalanya sejenak, lalu menjawab dengan suara yang lebih serius, "Keluarga Baek adalah salah satu dari lima keluarga pedagang terbesar di Murim. Itu sebabnya mereka berani menculikku. Mereka tahu bahwa aku adalah satu-satunya warisan keluarga, dan aku sangat penting bagi bisnis keluarga."

Shim Wol mengangguk, akhirnya mengerti alasan mengapa para bandit itu nekat menyerang kereta dan membunuh para pengawal tanpa ragu.

Lina kemudian mengangkat wajahnya dan dengan suara lembut bertanya, "Tuan, bolehkah aku tahu siapa nama Anda?"

Shim Wol tersenyum kecil, merasa sedikit malu karena belum memperkenalkan diri. "Ah, maafkan aku. Nama saya Shim Wol," jawabnya.

Lina tersenyum, seakan lega mendengar perkenalan itu. "Jika Anda berkenan, Tuan Shim Wol, aku ingin mengundangmu ke kediamanku di kota Suzhou. Aku ingin berterima kasih dengan cara yang pantas atas pertolonganmu."

Shim Wol, yang merasa tawaran itu tidak terlalu buruk, berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Tentu, aku akan pergi bersama Anda."

Namun, sebelum mereka berangkat, Shim Wol menyadari ada sesuatu yang perlu dilakukan terlebih dahulu. "Mari kita kuburkan mayat-mayat para pengawal ini dengan hormat," ujarnya.

Lina menyetujui, dan mereka berdua menguburkan jenazah para pengawal dengan hati-hati, memberikan penghormatan terakhir kepada mereka yang telah gugur demi melindunginya.

Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju kota Suzhou. Shim Wol merasakan perubahan dalam dirinya—mungkin ini adalah awal dari petualangan baru yang tak terduga.

Shim Wol menaiki kereta mewah milik Baek Lina, menikmati perjalanan menuju kediaman keluarga Baek. Dalam beberapa jam, mereka tiba di sebuah mansion megah dengan gerbang besar yang dijaga ketat oleh pelayan dan penjaga. Kediaman itu menunjukkan status keluarga Baek sebagai salah satu pedagang terkaya di Murim.

Setelah Lina turun dari kereta, seorang pelayan berlari memberi tahu kepala keluarga Baek, Baek Hwan. Tidak lama kemudian, pria paruh baya itu keluar dengan wajah penuh kekhawatiran. Melihat putrinya, ia segera memeluk Lina dengan erat.

"Syukurlah, putri ayah sudah pulang dengan selamat," katanya dengan suara bergetar. Setelah melepaskan pelukannya, matanya menyapu sekitar, tetapi ia tidak melihat seorang pun pengawal yang kembali bersama Lina. Fokusnya berpindah pada Shim Wol, yang berdiri dengan tenang di belakang Lina.

"Lina, di mana para pengawal yang berangkat bersamamu?" tanya Baek Hwan dengan nada tegas.

Lina menjelaskan dengan detail bagaimana kereta mereka disergap oleh bandit, dan semua pengawalnya gugur dalam pertempuran. Ia menceritakan bagaimana Shim Wol datang menyelamatkan hidupnya dan membasmi para bandit.

Mendengar penjelasan itu, Baek Hwan mendekati Shim Wol dan meraih tangannya dengan erat. "Anak muda, aku benar-benar berterima kasih padamu. Kau telah menyelamatkan nyawa putriku, satu-satunya yang aku miliki. Aku berhutang budi padamu."

Shim Wol hanya mengangguk sopan. "Aku hanya kebetulan lewat. Siapa pun akan melakukan hal yang sama."

Baek Hwan tersenyum penuh penghormatan. "Tidak semua orang memiliki keberanian seperti dirimu."

Shim Wol diundang masuk ke rumah dan disuguhi hidangan mewah. Meja dipenuhi makanan lezat, dari sup herbal hingga daging panggang yang menggugah selera. Baek Hwan menyuruh Shim Wol tinggal selama yang ia inginkan, tetapi Shim Wol menolak dengan sopan.

"Aku berterima kasih atas tawaranmu, tetapi aku harus segera pergi ke Shanxi. Aku memiliki tujuan yang harus segera kucapai," katanya tegas.

Sebelum Shim Wol pergi, Baek Hwan menyerahkan sebuah amplop kecil kepadanya. "Ini sebagai tanda terima kasih kami. Anggap ini sebagai bentuk penghargaan dari keluarga Baek."

Shim Wol menerimanya dengan sedikit ragu, tetapi menyimpan amplop itu ke dalam sakunya. "Aku hanya menolong karena kebetulan. Tak perlu repot-repot," katanya jujur.

Baek Hwan menggeleng. "Meski begitu, kau tetap menyelamatkan putriku. Jangan merendahkan perbuatanmu, Nak."

Lina yang berdiri di samping ayahnya juga menambahkan, "Tuan Shim Wol, aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu."

Shim Wol hanya mengangguk sebelum berpamitan.

Dalam perjalanan, ia membuka amplop itu dengan penasaran. Matanya terbelalak ketika melihat jumlah cek di dalamnya: 200 nyang emas. Jumlah itu cukup untuk membiayai hidupnya selama lebih dari sepuluh tahun. Shim Wol memandang amplop itu sejenak, lalu menghela napas.

"Sepertinya aku berhutang budi pada keluarga Baek," gumamnya sambil tersenyum kecil, melanjutkan perjalanan menuju Shanxi.

1
Iqbal Bait
ceritanya udah bagus terus kan bg
oh iya tolong bantu karya ku ya bg
terima kasih
Iqbal Bait: oke di tunggu saran dan kekurangan karya ku ya
Dante-kun: Makasih udah mampir bang. Nanti saya mampir bang
total 2 replies
Ignacia belen Gamboa rojas
Kok belum ada update sih thor? Nanti malam aku mau baca pas tidur, pasti bikin tidur nyenyak banget.
awita_llu
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!