Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rangga berulah
"Huh!" Zia menghela nafas panjang, setelah seharian berada dikantor, akhirnya Zia membereskan pekerjaannya.
"Kemalaman, sudah larut malam!" Zia melihat jam sudah menunjukan pukul sembilan malam.
Zia melihat layar ponselnya, ada banyak pesan dari sang kakak.
[Aku akan segera pulang, kalian jangan khawatir] Zia mengirimkan pesan, kepada sang kakak.
Lalu Zia menutup kembali ponselnya, dan bergegas keluar dari ruangannya, kantor sudah terlihat sepi, malam ini hanya ada beberapa orang yang lembur.
Zia keluar dari perusahaannya, membawa tas ditangannya.
"Selamat malam, bu Zia.." sahut satpam, yang berjaga sif malam.
"Malam pak, bapak sendiri berjaga?" tanya Zia.
"Iya bu, soalnya rekan saya, sedang sakit," jawab pak satpam.
"Sakit, sakit apa kalo boleh tau?" tanya Zia.
"Demam biasa bu, tapi saya kasihan dengan dia, jadi saya menyuruhnya untuk istirahat," jawab pak satpam.
Zia tersenyum senang mendengarnya.
"Ini uang untuk bapak, dan juga teman bapak, sampaikan maaf dari saya, tidak bisa menjenguknya," ucap Zia, memberikan uang, sepuluh lembar.
"T-tapi bu, ini kebanyakan," ujar pak satpam.
"Tidak apa-apa, rezeki buat kalian, kalo gitu, saya pamit pulang, sudah larut malam," pamit Zia.
"Terima kasih bu, semoga kebahagiaan selalu bersana bu Zia, selamat sampai rumah," ucap pak satpam.
Zia tersenyum mengangguk, lalu Zia masuk kedalam mobilnya, karena sudah larut malam, Zia harus buru-buru pulang.
"Perasaanku, sedikit tidak enak, mungkin karena ini pertama kali aku membawa mobil sendiri saat malam," gumam Zia, dengan pandangan fokus kedepan.
Kala Zia sedang menyetir mobilnya, Zia dikagetkan dengan suara benturan mobilnya.
"Apa aku menabrak sesuatu." Zia merasa cemas, dengan sedikit keberanian, Zia keluar dari mobilnya.
Setelah Zia keluar, Zia tidak melihat apapun.
"Tidak ada, mungkin tadi cuman batu," ucap Zia, lalu Zia akan masuk kedalam mobilnya.
Tiba-tiba, ada seseorang yang menyentuh pundaknya.
Zia melototkan matanya, seluruh badannya tegang, tapi dengan sedikit keberanian Zia, Zia membalikan badanya.
Saat Zia membalikan badannya, betapa kagetnya, saat melihat siapa yang berdiri dibelakangnya.
"Rangga.." ucap Zia terlihat kaget.
"Selamat malam, sayang," sapa Rangga, dengan wajah tersenyum jahat.
Sontak saja Zia menjauh dari hadapan Rangga, namun Zia bingung, ia harus lari kemana.
"Jangan mendekat, atau kamu akan aku hajar!" teriak Zia.
"Tenang sayang, aku tidak akan membuat dirimu terluka, aku akan membuatmu merasakan kenikmatan, untuk malam ini," bisik Rangga, tersenyum.
Sontak saja membuat Zia merinding ketakutan.
"Bajingan, menjauh dariku," bentak Zia.
Bugh..
Bugh..
Zia berhasil menendang perut Rangga dengan kuat, sampai Rangga tersungkur kebawah.
"Keras kepala, aku tidak akan melepaskanmu," pekik Rangga, dengan amarahnya yang sudah memuncak.
"Jangan berfikir kalo aku takut dengan ancamanmu, aku tidak selemah yang kamu kira." Zia tersenyum menyeringai, melihat Rangga yang sedang merintih kesakitan.
"Ternyata kamu sudah pintar melawan, sejak kapan?" ucap Rangga.
"Sedari kecil, aku sudah diajarkan bela diri, tapi karena kamu tidak mencintaiku, kamu tidak tahu bagaimana aku," jawab Zia.
"Sejak kapan, kau tahu kalo aku tidak pernah mencintaimu," tanya Rangga.
"Saat aku kerumah ibumu, tadinya aku mau memberikan kejutan untuk ibumu, tapi kenyataannya, aku yang terkejut mendengar pembicaraan kalian," jawab Zia dengan tenang.
"Tapi sekarang, aku mencintaimu," ungkap Rangga.
"Bahkan kalo kenyataannya begitu, aku tidak percaya, dan tidak mau menerimamu kembali," jawab Zia.
"Kamu bisa apa, hidup tanpa aku, selama ini kamu cinta mati denganku," ujar Rangga, dengan percaya dirinya.
"Aku tanpa kamu, bisa kembali keperusahaan, kembali kepada keluargaku yang sangat mencintai aku, dan aku senang telah berpisah dari kamu, dari keluarga benalu," jawab Zia.
"Rasa penyesalan memang adanya diakhir, dan aku sangat menyesal telah menyia-nyiakan waktuku selama dua tahun, untuk menemanimu berproses, dan aku membuang tenaga selama dua tahun, untuk menghidupi kalian semua, yang akhirnya tidak tahu diri," lanjut Zia.
"Sebagai istri, kamu memang berkewajiban membantu ekonomi keluarga," jawab Rangga, tidak tahu malu.
"Tidak hanya membantu, tapi aku menanggung semuanya, dari biaya kuliah adikmu, kehidupan mewah ibumu, aku yang memberikan mereka uang, sedangkan uang hasil kerja kamu, entah dikemanakan, mungkin kau habiskan dengan jalang," ujar Zia.
"Jaga mulutmu! Lena ibu dari anak-ku," hardik Rangga.
"Kau yakin, itu anakmu?" ucap Zia, tersenyum sinis.
"Apa maksudmu!" bentak Rangga.
"Tidak bermaksud apapun, tapi aku melihat wajah anakmu, tidak ada sedikitpun kemiripan denganmu," jawab Zia.
"Yang kau nikahi itu, wanita jalang!" jelas Zia.
"Kau..!" tunjuk Rangga, tidak terima dengan ucapan Zia.
"Apa? Tidak terima dengan ucapanku?" ucap Zia.
"Wanita yang merebut suami orang, sebutannya jalang murahan, tidak ada wanita baik yang berhubungan dengan suami orang," lanjut Zia.
"Kami saling mencintai, dan disini kau yang menjadi penghalang kami," bentak Rangga.
"Oh ya!" jawab Zia.
"Aku pernah meminta dinikahi olehmu? Tidak. Kau yang mengejarku selama kuliah, jadi kenapa aku yang disalahkan," lanjut Zia.
"Yasudah, itu sudah berlalu, yang penting sekarang kita kembali rujuk," ujar Rangga.
"Benar-benar tidak tahu diri, tidak sudi aku kembali denganmu!" hardik Zia.
Rangga mencekal tangan Zia.
"Jangan keras kepala, malam ini, aku akan membuat dirimu kembali padaku," ancam Rangga.
"Lepaskan aku!" teriak Zia.
"Jangan harap, aku akan melakukan segala cara, agar bisa kembali denganmu," ucap Rangga dengan senyuman jahatnya.
Zia berusaha lepas dari cengkraman Rangga, namum tenaga Rangga terlalu kuat.
"Lepaskan aku, bajingan!" pekik Zia.
Rangga tersenyum penuh kemenangan, saat melihat Zia tidak bisa melawannya.
"Lepaskan Zia!" teriak laki-laki, yang suaranya Zia kenal.
"Kak Arka, tolong.." teriak Zia.
Arka mendekati Rangga, dan menarik Zia dari cengkraman Rangga.
"Kamu masuk kedalam mobil aku, aku yang akan menghajar dia," ucap Arka.
Zia mengangguk, lalu masuk kedalam mobil Arka, sesuai dengan ucapan Arka.
"Pahlawan kesiangan lagi," sahut Rangga, kesal dengan kedatangan Arka.
"Kau memang pantas dihajar," hardik Arka.
Lalu tidak menunggu waktu lama, Arka langsung menyerang Rangga.
Arka terus mencecar Rangga, dengan tonjokan yang luar biasa.
"Jangan pernah mengganggu Zia lagi, atau kau akan menyesal seumur hidup," ancam Arka, lalu meninggalkan Rangga dengan keadaan yang mengenaskan.
Arka kembali kedalam mobilnya, terlihat Zia sedang mengontrol rasa cemasnya.
"Lihat aku, kamu tenang, tarik nafas dalam-dalam, dan jangan berfikir aneh-aneh, kamu baik-baik saja," ucap Arka.
Zia menatap Arka, tidak bisa bicara apapun, karena Zia sedang berada dalam kecemasan.
Lalu Arka memeluk Zia, guna untuk menenangkan Zia, karena setahu Arka, orang yang memiliki gangguan kecemasan berlebihan, hanya membutuhkan ketenangan, dan juga pelukan, makanya Arka lakukan kepada Zia.
"Semua akan baik-baik saja, tenanglah," bisik Arka, memeluk Zia sangat erat.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia