Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kondisi Rangga
"Bertemu lagi disini.." sapa Resti.
"Ya'ampun, suka banget ya ngikutin aku," sindir Zia.
"Ogah, yang ada kamu tuh, ngikutin aku," ujar Resti.
"Hei, aku yang duluan sampai sini," kata Zia.
Resti tersenyum sinis, karena ia tidak suka dengan kehadiran Zia, karena akan mempersulit dirinya mendekati Arka.
"Jangan ganggu Arka, dia kekasih aku!" ucap Resti.
"Tapi kata Arka, kalian tidak memiliki hubungan apapun," ujar Zia.
"Karena dia kasihan denganmu, aslinya dia sangat bucin denganku!" kata Resti.
"Oh ya!" sahut Zia.
"Tapi sayangnya aku tidak peduli dengan itu," lanjut Zia.
"Denger-denger, kamu janda ya," kata Resti.
"Iya, aku janda berkelas, tidak seperti dirimu, status masih perawan tapi lobang sudah banyak dimasukin banyak pria," sindir Zia.
"Kau!" Resti menunjuk wajah Zia.
"Kenapa? Tersindir?" ucap Zia tertawa.
"Dengarkan aku baik-baik, jalang rendahan!! Suamiku saja aku buang, dan aku relakan bahagia dengan jalang pilihannya, apalagi cuman Arka, dia hanya orang asing bagiku," tekan Zia.
"Jaga ucapanmu!! Aku bukan jalang," ucap Resti, tidak suka dengan panggilan Zia.
"Oh ya! Lalu yang tadi aku lihat apa? Kamu memaksa seorang laki-laki agar bisa tidur denganmu," kata Zia.
Zia tersenyum sinis, ia merasa kesal, karena hidupnya selalu bertemu dengan wanita rendahan!!
"Aku pastikan, kamu akan menangis, saat nanti Arka akan memilih aku," ucap Resti.
"Silahkan coba! Asal kau tahu, aku tidak peduli dengan semua itu," jawab Zia.
Resti mendorong Zia, untung saja ada seseorang yang menolong Zia.
"Are u oke?" tanya seorang laki-laki itu.
"Terima kasih sudah menolongku," ucap Zia.
Zia langsung meninggalkan butik itu, karena ia tidak mau berlama-lama bicara dengan Resti.
"Huh!!" Zia menghela nafas panjang, ia mengontrol emosinya, karena ia sadar, kalo ia tidak bisa mengontrol semuanya, semua akan berantakan.
Zia memutuskan pulang, karena ia mau istirahat, rasanya hari ini sangat melelahkan.
Setelah menempuh satu jam lamanya, Zia sampai dirumahnya.
"Dia ada disini, ah sangat menyebalkan sekali," ucap Zia kesal, karena melihat Arka yang sudah menunggu dirinya.
Zia keluar dari mobilnya, lalu berpura-pura berjalan kebelakang mobil..
"Aaaaaa..." Zia berteriak, sontak saja Arka langsung mendekati Zia..
"Loh, kemana Zia.." ucap Arka bingung.
Zia berlari kedalam, ia tertawa melihat raut wajah Arka yang kebingungan.
"Kia..." teriak Arka, saat ia sadar, ia sudah tertipu oleh Zia.
Arka berlari mengejar Zia sampai kedalam rumah.
"Ayah, tolong..." teriak Zia, ia bersembunyi dibelakang sang ayah.
"Kalian kenapa lari-lari didalam rumah," kata ayah Dimas.
"Ayah, usir kak Arka dari sini, aku tidak mau melihatnya," ucap Zia
Ayah Dimas mengerutkan keningnya.
"Ada masalah apa kalian? Biasanya juga suka nempel setiap hari," kata ayah Dimas.
"Om, itu Zia salah paham," sahut Arka.
"Salah paham apa, jelas-jelas dia sedang berduaan dengan seorang wanita, didalam ruangannya," ujar Zia.
"Kamu salah paham , Kia," ucap Arka.
"Makanya kasih aku kesempatan buat menjelaskannya," lanjut Arka.
"Aku tidak butuh penjelasan, aku sudah melihatnya," kekeh Zia.
"Bereskan masalah kalian, ayah pusing," ujar ayah Dimas, memijat keningnya.
"Ayah, suruh dia pulang! Aku tidak mau melihat dia," kata Zia.
"Aku tidak akan pulang, sebelum kamu mendengarkan penjelasan aku," ujar Arka.
"Bodo, aku tidak mau mendengarkannya," kata Zia.
Lalu Zia berlari ke kamarnya.
"Kak Arka benar-benar membuat aku kesal," ucap Zia.
•
•
Sedangkan disisi lain, Rangga sedang menunggu kabar dari keluarganya, prihal kapan ia bebas.
"Ada yang mau bertemu denganmu..."
Lalu Rangga keluar dari dalam penjara.
"Ibu..." ucap Rangga.
"Rangga, bagaimana kabar kamu, nak?" tanya bu Minah, mencemaskan sang anak.
"Seperti yang ibu lihat, aku tidak baik," jawab Rangga.
"Jangan lebay, kak," sahut Lisa, yang kesal melihat tingkah kakaknya.
"Coba kamu rasakan, apa yang kakak rasakan, tinggal didalam penjara gini," ucap Rangga.
"Karena itu kesalahan kakak sendiri, jadi nikmati hasil kesalahan kakak," jawab Lisa.
"Lisa, jangan mengatakan seperti itu, dia kakakmu," ucap bu Minah, membela Rangga.
"Ibu selalu membela anak laki-laki ibu, padahal gara-gara kak Rangga, hidup kita jadi susah seperti ini," ujar Lisa kesal.
"Kalo saja kak Rangga tahu diri, tidak menduakan kak Zia, mungkin hidup kita akan sejahtera terus, berlimpah harta kekayaan, dan aku tidak harus mencari kerja kesana kemari," lanjut Lisa.
"Sudah sudah, yang harus kita pikirkan, bagaimana caranya kakak kamu keluar dari sini," sahut bu Minah.
"Ibu sudah menemui Zia, meminta dia untuk melepaskan aku?" tanya Rangga.
"Sudah, tapi Zia menolak mentah-mentah," jawab Minah.
"Kurang ajar, sombong sekali dia!" kata Rangga.
"Ibu sudah sering menemui dia di perusahaan nya, tapi ibu malah di usir," ucap Minah, mengadukan sikap Zia kepada Rangga.
"Kurang ajar, berani sekali dia memperlakukan ibu seperti itu," ucap Rangga.
"Dia sudah sangat berubah, apalagi sekarang dia sudah memiliki calon suami," kata Minah.
"Apa bu!!" teriak Rangga.
"Pelankan suaramu," ucap Minah.
"Aku kaget bu, apa benar yang ibu katakan?" tanya Rangga.
"Benar, Zia mengenalkan nya kepada ibu, waktu itu," jawab Minah.
"Benar-benar wanita murahan, belum setahun berpisah, tapi dia sudah memiliki calon suami," geram Rangga, panas hati Rangga mendengarnya.
"Bahkan kakak memiliki istri lain, saat masih dengan kak Zia," sahut Lisa.
Rangga terduduk lesu, ia menundukan kepalanya.
"Bu, kenapa tidak ibu jual saja barang barang mewah yang ibu punya, buat menebus aku dari sini," kata Rangga.
"Semuanya sudah dijual, untuk biaya makan ibu dengan Lisa selama ini," jawab Minah.
Rangga mengela nafas berat, hancur sudah keinginan Rangga untuk keluar dari penjara.
"Sabar Rangga, beberapa bulan lagi, kamu akan keluar dari sini," kata Minah.
"Masih lama bu," jawab Rangga.
"Cuman enam bulan lagi, bersabarlah," ujar Minah.
"Tapi, bu.." ucap Rangga terpotong.
"Tidak lama, cuman enam bulan," kata Minah.
"Jangan menyusahkan kami, dengan drama kakak, salah kakak sendiri, melakukan hal ceroboh," sahut Lisa.
"Harusnya kakak bersikap baik sama kak Zia, supaya kak Zia luluh dengan kakak," lanjut Lisa, ia masih kesal dengan sikap kakanya, yang bersikap ceroboh.
"Kunjungan sudah selesai.."
Rangga dibawa lagi kedalam sel.
"Bu, lain kali jangan mengajak aku kesini, aku masih kesal dengan sikap kak Rangga!" geram Lisa.
"Lisa, dia itu kakakmu, kamu jangan bersikap seperti itu," ujar Minah.
"Ibu selalu membela kak Rangga!!" geram Lisa, ia meninggalkan ibunya sendiri, karena Lisa sudah muak dengan tingkah sang ibu.
"Apa apa kak Rangga, dia salah pun masih di belain, ibu selalu pilih kasih, huh! " gerutu Lisa.
***