Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21
"Itu tulisan ibuku, ketika ayah di perbatasan, ibu turut ikut ke sana. Ketika ada prajurit yang terluka, dia akan membantu mengobati mereka. Di waktu senggang, dia mulai menulis bahan-bahan obat. Dan terkadang beliau juga pergi ke hutan untuk penelitian herbal dan membawa pulang untuk membuat obat." Yenrou menjelaskan sambil sesekali mencari buku-buku lain yang suatu waktu akan berguna untuknya.
Sedangkan Sengthai merasa senang ketika membuka buku itu. Dia membacanya dengan antusias, karena dia yang nantinya akan membantu nona-nya. Maka sebaiknya dia terlebih dahulu menghafal bahan-bahan obat ini. Karena dia hanya memiliki magic penyembuh.
Ada baiknya memakai bahan obat, agar orang-orang tidak merasa aneh nantinya ketika orang-orang itu mengetahui bahwa nona-nya bisa menyembuhkan. Walau sebenarnya itu melalui Sengthai, bisa saja mereka akan berkata bahwa Yenrou sebagai penyihir.
Ketika Yenrou selesai memasukkan buku-buku yang dia anggap bermanfaat. Kemudian dia pergi ke lokasi pintu rahasia lainnya.
Hanya dia dan kedua orang tuanya yang tau tempat ini, dan cara membukanya.
Ketika Yenrou melihat benda kecil di dinding di penuhi dengan debu dan sarang laba-laba. Dia memastikan bahwa pamannya belum memasuki ruangan ini.
Dengan cepat dia membuka pintu rahasia tersebut. Dia menghidupkan obor yang tergantung di pintu masuk bagian dalam. Dan dia membawa obor tersebut bersamanya sampai ke bagian paling dalam ruangan itu.
Ruangan tersembunyi itu menjorok kebawah. Tangga-tangga yang di laluinya terasa licin karena lumut yang tubuh.
Akhirnya dia memutuskan untuk melompat saja, tidak berjalan di tangga itu.
Ketika dia sampai di dasar. Peti harta yang di tinggalkan ayah dan ibunya masih ada di sana.
Dengan sigap dia membuat kosong ruangan tersebut.
Sedikit merasa sesak nafas, karena udara di dalam ruangan itu sangat minim. Dia cepat-cepat terbang dan keluar dari situ.
Pintu kembali tertutup seperti sedia kala, dan dia tidak menggangu sarang laba-laba tadi. Karena dia menyentuh tombol itu dengan merayap dari bawah sarang tersebut.
Karena dia tidak ingin pamannya akan menyelidiki ruangan itu jika ada tanda-tanda bahwa orang pernah membersihkan dinding itu.
Setelah dia keluar dari ruang belajar pamannya. Dia pergi ke ruang penyimpanan pamannya.
Pamannya memiliki ruang penyimpanan sendiri di sebelah kamar pribadinya. Masuk ke sana melalui kamar tidur pamannya itu.
Ketika dia berada di atas atap kamar pamannya, dia menyemprotkan asap ke dalam, agar pamannya tidur dengan lelap.
Dengan lancar Yenrou masuk ke ruang penyimpanan pamannya. Sama seperti sebelumnya. Dia mengosongkan ruangan tersebut tanpa ada sisa.
Dan tidak luput juga dengan ruang penyimpanan nenek tercantik nya dan juga istri pamannya.
Semua di kosong kan Gu Yenrou dengan bersih.
"Sangat melelahkan malam ini." Gumamnya ketika dia sudah berada di luar kediaman Jendral Gu.
"Sengthai, bagaimana hasil malam ini? Cukup untuk biaya pensiun kita nantinya?" Yenrou bertanya dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya.
Dia berjalan dengan gagahnya di tengah malam. Seakan-akan dia tidak perduli jika orang akan melihatnya.
Tapi tiba-tiba Sengthai yang saat ini berada di sebelah Yenrou langsung membawanya terbang bersembunyi.
"Hei, ada apa?" Tanyanya dengan berbisik.
"Aku melihat ada seseorang yang mencurigakan, kita hampir bertemu dengannya." Jawab Sengthai sambil menunjuk sesosok pria yang saat ini sedang berjalan di tempat mereka tadinya berdiri, sebelum Sengthai membawa Yenrou bersembunyi.
"Siapa dia?"
"Auranya seperti seorang pembunuh, saat ini jangan berhadapan dengan siapapun dulu nona. Anda harus belajar terlebih dahulu."
"Wah, kau meremehkan ku?"
"Ck, bukan begitu, tapi saat ini kekuatan anda jauh di bawah orang itu. Aku akan membantu anda menaikkan ilmu bela diri anda kembali."
"Ck, baiklah.. Baiklah.. Aku mengantuk, sebaiknya kita kembali dan tidur."
"Um, baik"
Sengthai langsung membawa Yenrou menuju kamar tidurnya, karena dia melihat wajah nona-nya yang sayu menahan kantuk.
lagi dong kak,tambah penasaran karena samasekali tidak ada gambaran dipikirin daku /Sneer/