Suatu kesalahan besar telah membuat Kara terusir dari keluarga. Bersama bayi yang ia kandung, Kara dan kekasih menjalani hidup sulit menjadi sepasang suami istri baru di umur muda. Hidup sederhana, bahkan sulit dengan jiwa muda mereka membuat rumah tangga Kara goyah. Tidak ada yang bisa dilakukan, sebagai istri, Kara ingin kehidupan mereka naik derajat. Selama sepuluh tahun merantau di negeri tetangga, hidup yang diimpikan terwujud, tetapi pulangnya malah mendapat sebuah kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Elno
Besoknya, Elno membawa pulang Kara meski dokter menyarankan untuk menginap satu malam lagi. Elno maunya begitu, tetapi keadaan uangnya yang tidak memungkinkan. Ia menyewa taksi online untuk menjemput istri tercinta dan bayi mungil mereka.
Tiada hentinya Kara mengecup pipi Finola. Bayi berkulit putih yang menggemaskan. Ingin sekali Kara memeluknya erat-erat, seperti boneka yang dijual di toko.
"Nanti bangun kalau kamu ganggu terus," ucap Elno.
Kara menyengir. "Habisnya dia lucu. Wangi, kulitnya lembut lagi."
Elno memandang wajah putrinya yang terlelap. Menurut artikel yang Elno baca, bayi baru lahir memang tidur terus. Ia akan bangun jika haus atau popoknya basah.
"Malam ini aku kerja. Kamu enggak apa-apa aku tinggal sendiri, kan?" ucap Elno.
"Sudah ada Finola yang menemani Mamanya."
Elno tersenyum. "Iya. Kamu jaga dia baik-baik."
"Pasti," jawab Kara.
Perasaan Elno tidak karuan. Ia senang telah dikaruniai seorang putri, tetapi ia khawatir akan hidup mereka ke depannya. Uang yang dihasilkan tidak seberapa. Malah pengeluaran sangatlah besar.
Mobil berhenti tidak jauh dari rumah sewa. Elno turun lebih dulu disusul oleh Kara bersama bayinya. Para tetangga yang melihat Kara, lekas menghampiri.
Elno mundur selangkah ketika ibu-ibu itu mengerubungi istrinya. Mobil taksi lekas pergi setelah Elno membayar ongkosnya.
"Kita masuk dulu ke rumah," kata Elno.
"Iya. Ayo Kara masuk. Kami sudah enggak sabar mau lihat anak kalian," ucap salah satu tetangga.
Elno mempersilakan tetangganya masuk. Ia meletakkan kasur bayi ke lantai agar Kara bisa menempatkan Finola di atasnya. Tetangga dekat rumah tidak datang dengan tangan kosong. Mereka membawa buah tangan untuk sang bayi. Ada perlengkapan tubuh bayi, tempat makan, baju dan sepatu.
"Jangan lupa untuk minum jamu, Kara. Itu penting buat ibu habis melahirkan," kata ibu Warni.
"Makan juga harus dijaga. Kamu menyusui," sahut ibu yang lain.
"Jangan kerja berat-berat dulu. Duduknya juga dijaga. Elno, kamu sebagai suami harus perhatiin istrimu."
Elno mengangguk cepat. "Iya, Bu."
"Lucu sekali Finola. Ibunya cantik. Bapaknya manis. Anaknya cakep."
Kara tersenyum. "Terima kasih, Bu. Finola senang sama hadiahnya."
"Anak pertama harus disambut meriah," kata Bu Warni.
Finola merengek karena suara-suara yang menganggu tidurnya. Dengan perlahan, Kara meraih putri kecilnya itu. Awalnya ia takut untuk menggendong bayi yang masih lembut. Suster mengajarkannya dan ia belajar dengan cepat.
"Bayinya menangis. Sebaiknya kita pulang. Ayo, Ibu-ibu. Kita kembali ke rumah masing-masing," ucap Bu Warni.
Satu per satu tetangga Elno undur diri dari rumah. Elno menutup pintu setelah mereka tidak tampak lagi dari pandangan mata.
Kara langsung menyusui Finola. Elno merasa lucu sebab Kara tidak malu-malu untuk mengeluarkan miliknya. Memang sudah menjadi orang tua, semuanya akan berubah. Termasuk Kara.
"Enak mana sama bibirku?" kata Elno.
"Apa?" tanya Kara.
"Sedotan Finola," ucap Elno.
Kara tersipu malu. "Apa, sih."
"Duduknya jangan sembarangan."
"Aku duduk miring, nih. Pakai kain jadi sulit buat bergerak," kata Kara.
"Kata suster tadi, apa yang harus diikat?" tanya Elno.
"Perut sama kaki."
"Bagaimana kamu mau bergerak kalau diikat. Bisa-bisa kamu enggak bisa napas, loh?" kata Elno.
Kara tertawa. "Pokoknya begitu. Tadi suster sudah bilang, kok. Katanya supaya perutku kembali langsing dan bawahnya jadi rapet."
Elno mengangguk meski ia tidak paham. Ia ingat perkataan tetangga mengenai jamu sehabis melahirkan.
"Jamu apa untuk ibu melahirkan?" tanya Elno.
Kara mengangkat bahu. "Enggak tau."
"Coba kita cari di internet."
Elno mulai mencari cara-cara merawat wanita pasca melahirkan. Ia menemukan beberapa merek jamu, tetapi Elno memilih yang sudah terkenal, yaitu Jamu Nyonya Murni.
"Aku ke pasar dulu buat beliin kamu jamu," kata Elno.
"Memang ada duit?" tanya Kara.
"Untuk beliin kamu jamu, aku ada, kok."
Pintu dibuka, Elno melangkah pergi bersama sepeda motor miliknya. Uang yang diberikan Tedy masih ada. Setidaknya cukup untuk beberapa hari ke depannya selagi menunggu gaji bulanannya turun.
...****************...
"Kara!" panggil Elno.
"Sudah pulang?" sahut Kara dari arah dapur.
Elno berjalan menghampiri istrinya. "Kamu ngapain?"
"Aku masak nasi. Sudah matang, kok. Aku lapar," kata Kara.
"Ibu menyusui katanya akan lapar terus," ucap Elno.
"Kamu jadi rajin cari informasi mengenai wanita yang selesai melahirkan."
"Iya, dong. Aku mau jadi suami yang perhatian. Ini kubawakan jamu untukmu dan buah. Kamu makan biar Finola ada gizinya."
Kara tertawa. "ASI lebih banyak gizinya."
"Iya, tapi kamu harus makan banyak. Jangan sampai kelelahan juga. Biar aku saja yang beresin rumah. Kamu istirahat saja sama jagain Finola."
Kara mengangguk. "Iya. Sekarang kita makan. Aku sudah goreng telur dadar."
Seperti biasa, makanan sederhana tetap sedap jika nikmati bersama pasangan yang dicintai. Kara lahap hanya dengan telur goreng dan nasi putih. Mata Elno tidak sengaja memandang toples beras. Tidak tersisa satu butir pun beras di sana.
"Besok pagi-pagi, aku akan belanja," kata Elno.
"Jangan lupa beli tahu," kata Sara.
"Beres."
Selesai makan, Elno bersiap untuk pergi bekerja. Ia menyelipkan uang dua ratus ribu di bawah pakaian Kara untuk berjaga-jaga.
"Aku pergi dulu," pamit Elno.
"Kamu hati-hati."
Elno memberi kecupan di kening Kara. Ia juga mengecup kedua pipi Finola sebelum pergi. Melihat sang putri, Elno berkeinginan untuk menemui orang tuanya. Siapa tahu dengan kehadiran cucu, mereka akan akan luluh hatinya.
"Ada apa?" tanya Kara.
Elno tersentak. "Tidak apa-apa. Aku pergi."
Elno keluar rumah dengan mengunci pintu. Kara mendengar suara motor menyala, lalu menjauh.
...****************...
Elno sengaja mengendarai motor menuju rumahnya. Ia memperlambat laju kendaraan roda duanya untuk sekadar memantau. Mobil milik orang tuanya berada di garasi yang artinya sang ayah pasti berada di rumah.
Elno ingat terakhir kali ia dan Kara ke sana. Mereka diusir. Kekecewaan hati ayahnya terlalu dalam. Elno bahkan sudah mengatakan kalau ia telah menempuh pendidikan, tetapi hal itu tidak menggoyahkan hati kedua orang tuanya.
"Sudahlah kalau mereka memang tidak ingin mengenalku lagi. Aku bisa menghidupi keluargaku, kok," gumam Elno.
Ia mengurungkan niat untuk kembali. Elno kembali melajukan kendaraan roda dua miliknya menuju tempat kerja.
Bersambung
penuh makna
banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari cerita ini.
sampai termehek-mehek bacanya
😭😭😭😭🥰🥰🥰
ya Tuhan.
sakitnya