Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Kiriman Santet
"AAAAAAAAAAA!" Jihan kembali berteriak.
Jihan mengintip dari sela jarinya, singa itu berbalik menjauh darinya. Jihan terduduk sambil memegang dadanya.
"Kak, to ... long, ambil oksi ... gen," susah payah Jihan menata kata-kata sambil menunjuk ke arah dapur.
Erwin mengerti apa yang di maksud Jihan. Erwin kembali dengan oksigen kecil. Jihan langsung menghirupnya.
Arsen berlari meninggalkan Jihan. Arsen bersembunyi. Arsen mengintip dari balik tembok. Erwin berhasil menenangkan Jihan. Ternyata Erwin benar, Jihan takut saat melihat dirinya.
Arsen masuk ke dalam kamar mandi membersihkan diri. Arsen dengan cepat berlari ke lantai dua masuk ke dalam kamarnya mengambil baju ganti. Arsen dengan hati-hati menuruni anak tangga takut Jihan melihatnya.
Arsen memutuskan kembali ke rumah sakit. Tidak ada gunanya Arsen tinggal di rumah, yang ada Jihan akan semakin ketakutan melihatnya. Arsen mengirim pesan kepada Jihan dan juga Erwin bahwa dia pergi ke rumah sakit.
Di sepanjang perjalanan Arsen bingung dengan tingkah Jihan. Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa Jihan sangat Ketakutan melihatnya.
Telepon Arsen berdering.
"Yank, kamu ke mana?" terdengar suara Jihan.
"Aku menuju rumah sakit," Arsen menepikan mobilnya.
"Yank, tadi ada singa masuk ke dalam rumah. Dia mengejarku sampai kolam renang. Untung ada Kak Erwin. Aku gak tau lagi, ke mana singanya pergi," suara Jihan gemetar.
"Jangan khawatir Yank. Singanya sudah aku tangkap. Sekarang akan kukirim ke kebun binatang," sahut Arsen.
"Hati-hati Yank. Singanya galak. Jaga diri baik-baik," kata Jihan.
Jihan menutup panggilan.
"Ternyata oh ternyata, di mata Jihan, gue adalah seekor singa!" Arsen memukul keras setirnya.
Jarak antara rumah Arsen ke rumah sakit tidak begitu jauh. Arsen memarkirkan mobilnya. Arsen bertemu Alan di depan pintu masuk. Alan baru saja membeli sarapan.
"Untung gue beli lebih, ayo kita sarapan," Alan mengajak Arsen ke ruangan Ervan.
Sesampainya di ruangan Ervan, Alan, Arsen, Ilham, Amina dan Arkan sarapan. Ervan sebelumnya sudah selesai sarapan. Ervan sangat nyaman berada di antara mereka. Ervan berharap mereka adalah keluarganya.
Arsen dari tadi diam. Selesai sarapan Amina dengan penuh kasih sayang bertanya apa yang membuat Arsen diam. Apa Arsen sakit. Seketika tangis Arsen pecah, Arsen curhat kepada Amina tentang Jihan.
"Apa? Jihan Ketakutan melihat kamu?" tanya Amina.
"Di mata Jihan, Arsen adalah seekor singa," jawab Arsen.
"Lho kok bisa?" Alan mengernyitkan keningnya.
"Semua bisa saja terjadi," jawab Ervan.
"Maksudnya?" Arsen menatap Ervan.
"Nanti aku ajak Bapak ke rumah kalian. Biar Bapak yang jelasin," jawab Ervan.
Dokter Rizky masuk memeriksa kondisi Ervan. Ervan mulai membaik. Besok Ervan bisa meninggalkan rumah sakit. Dan Dokter Rizky juga memberikan hasil DNA kepada Arkan. Arkan dan Ilham tidak sabar melihat kecocokan DNA antara Arsen dan Ervan. Dan ternyata mereka berdua bisa dipastikan bersaudara.
"Apa? Ervan anak kami?" Amina membulatkan matanya.
"Iya," jawab Dokter Rizky.
Arsen menghampiri Ervan. Mereka saling berpelukan. Amina dan Ilham penuh haru juga memeluk Ervan. Saat ini Ervan merasakan kebahagiaan. Ervan menemukan keluarganya.
Ilham mendapatkan telepon dari pengawalnya yang berada di negeri jiran. Semua masalah Ervan di sana sudah mereka bereskan. Orang-orang yang telah meneror rumah Ervan dan yang memukul istri Ervan telah dimasukkan ke kantor polisi.
"Terima kasih Pa, Ma. Berkat kalian Ola dan Rio aman di sana," ucap Ervan.
🌑 Di rumah Jihan.
Arsen tidak pulang ke rumah. Erwin dengan setia menemani Jihan di rumah. Jihan terus menghubungi Arsen untuk segera pulang. Arsen masih takut pulang ke rumah.
"Kak Erwin, Arsen kenapa? Kok malas pulang? Apa dia selingkuh?"
PLAK!
"Sakit tau!" Jihan mengusap lengannya yang habis kena pukul Erwin.
"Sembarangan kalo ngomong! Mau Arsen selingkuh?"
"Gak mau lah!" jawab Jihan.
"Dek, Arsen takut pulang. Karena di mata kamu sebelumnya, Arsen adalah seekor singa," jawab Erwin.
"Sumpah Kak, aku lihat singa. Singa itu mengejarku."
"Itu Arsen suamimu Jihan."
"Kok bisa? Bagaimana bisa itu Arsen?" Jihan terduduk.
"Kaka juga tidak mengerti."
Jihan masuk ke dalam kamar berganti pakaian. Jihan minta Erwin mengantarkannya menemui Arsen. Mereka akhirnya pergi ke rumah sakit. Erwin mengingatkan Jihan agar nanti di rumah sakit Jihan selalu ada di dekatnya. Biar Erwin bisa menjaga Jihan.
Mereka tiba di rumah sakit dan menuju ruangan Ervan. Erwin menggandeng tangan Jihan. Kedatangan mereka mengejutkan semua orang. Arsen sembunyi di belakang mamanya. Dia takut Jihan akan lari melihatnya.
"Sen, Jihan mau ketemu," kata Erwin.
Arsen penuh keragu-raguan. Alan mendekati Jihan.
"Dek, kamu cari Arsen?" tanya Alan.
Jihan mengangguk pelan. Arsen perlahan mendekati Jihan. Dan lagi-lagi Jihan Ketakutan. Jihan kembali melihat seekor singa di hadapannya. Arsen dengan cepat kembali bersembunyi di belakang mamanya. Jihan ingin berlari tapi Erwin menahannya.
"Jihan kamu kenapa? Itu suamimu Arsen," Arkan juga berusaha menenangkan Jihan.
Kebetulan pada saat itu, Pak Musi orang tua angkat Ervan berkunjung. Beliau melihat Jihan yang mengamuk. Beliau diam sejenak. Beliau merasakan hawa aneh yang ada di sekitar Jihan. Beliau menyuruh Ervan memanggil nama Jihan. Arsen dan Ervan saling berpandangan.
"Ervan, Bapak hanya ingin membuktikan sesuatu," kata Pak Musi.
Ervan memandangi Arsen. Arsen mengangguk.
Ervan dari atas tempat tidurnya memanggil Jihan, "Ji ... Jihan."
Jihan mendengar suara Arsen. Jihan sedikit lebih tenang. Jihan mencari Arsen. Dan akhirnya Jihan berlari memeluk Ervan yang ada di atas tempat tidur. Ervan merasa tidak nyaman. Ervan dengan sopan menahan Jihan.
"Sayang, aku di sini," kata Arsen.
Jihan semakin memeluk erat Ervan. Jihan takut singa itu kembali datang menyerang.
Pak Musi menuangkan segelas air putih dan membacakan sesuatu ke dalamnya. Pak Musi meminta Arsen untuk mencuci wajahnya sedikit menggunakan air itu dan Pak Musi juga meminta Arsen mengusapkan air itu ke wajah Jihan.
Arsen melakukan sesuai perintah Pak Musi.
"Bismillah," Arsen kemudian menuangkan sedikit air ke telapak tangannya dan mengusapkannya ke wajah Jihan.
Perlahan penglihatan Jihan berangsur-angsur kembali normal. Jihan segera melepaskan pelukannya dan menjauh dari Ervan.
"Ka Ervan, maaf, maaf," Jihan malu dan berbalik ke belakang.
Jihan melihat Arsen di depannya. Jihan menangis memeluk Arsen. Arsen memeluk Jihan dan mengusap lembut kepalanya.
"Apa yang terjadi Pak?" tanya Amina.
"Ada orang yang ingin menghancurkan rumah tangga mereka. Awalnya Jihan dibuat takut melihat Arsen. Lama-lama Arsen marah dan menjauh. Akhirnya Arsen menceraikan Jihan. Dan tujuan utamanya, Jihan akan dibuat gila."
"Siapa pelakunya Pak?" kali ini Arkan penasaran.
"Orang yang sangat dekat dengan Arsen. Dia sakit hati karena pernikahan Arsen," jawab Pak Musi.
"Apa Novita?" bisik Jihan ke Arsen.
"Pasti dia," Arsen mengepalkan kedua tangannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...