Seorang wanita yang hilang secara misterius, meninggalkan jejak berupa dokumen-dokumen penting dan sebuah jurnal yang penuh rahasia, Kinanti merasa terikat untuk mengungkap kebenaran di balik hilangnya wanita itu.
Namun, pencariannya tidak semudah yang dibayangkan. Setiap halaman jurnal yang ia baca membawanya lebih dalam ke dalam labirin sejarah yang kelam, sampai hubungan antara keluarganya dengan keluarga Reza yang tak terduga. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Di mana setiap jawaban justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.
Setiap langkah membawanya lebih dekat pada rahasia yang telah lama terpendam, dan di mana masa lalu tak pernah benar-benar hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gudang Tua
"Kamu yakin ini tempatnya?" Dimas berbisik sambil menyorotkan senter ke arah bangunan tua di hadapan mereka. Gudang bekas pabrik tekstil itu berdiri menyeramkan di pinggiran kota, dikelilingi semak belukar yang sudah tinggi.
Kinanti mengangguk, mengecek lagi pesan di ponselnya. Bu Ratna telah mengirimkan koordinat lokasi ini setelah mereka berhasil memecahkan kode dalam Pupuh Megatruh kemarin. "Menurut Bu Ratna, ini adalah salah satu tempat pertemuan rahasia yang sering disebut dalam telegram-telegram itu."
Reza, yang biasanya selalu percaya diri sebagai ketua OSIS, kini tampak ragu.
"Apa tidak sebaiknya kita menunggu Bu Ratna?"
"Beliau ada rapat guru sampai sore," Nadia mengingatkan sambil mengeluarkan notes kecil dari tasnya. "Lagipula, kita sudah dapat kuncinya dari telegram terakhir."
Mereka berempat berdiri di depan pintu gudang yang digembok. Kunci tua yang mereka temukan tersembunyi dalam rongga jam antik pas sekali dengan gembok itu. Dengan bunyi berderit, pintu gudang terbuka.
Udara pengap dan debu menyambut mereka. Dimas bersin beberapa kali, membuat Nadia tertawa kecil. "Hati-hati, nanti ketahuan."
"Ketahuan siapa?" Reza bergurau, "Hantu penunggu gudang?"
"Ssst!" Kinanti menunjuk ke sudut ruangan. Di sana, di balik tumpukan karung-karung tua, terlihat sesuatu yang berkilau tertimpa cahaya senter.
Mereka mendekati benda itu dengan hati-hati. Ternyata sebuah radio tua, masih lengkap dengan mikrofonnya. Di sebelahnya ada mesin ketik antik dan beberapa alat yang tidak mereka kenali.
"Ini..." Nadia memotret setiap benda dengan ponselnya, "...seperti pusat komunikasi."
"Tepat sekali," sebuah suara mengejutkan mereka. Bu Ratna berdiri di ambang pintu dengan senyum misteriusnya yang khas. "Maaf rapat guru selesai lebih cepat. Saya tahu kalian pasti tidak akan sabar menunggu."
Bu Ratna masuk dan menyalakan lampu gudang. Ternyata ada panel surya sederhana yang masih berfungsi. Cahaya temaram menerangi ruangan, memperlihatkan lebih banyak peralatan komunikasi kuno yang tersimpan rapi dalam lemari-lemari kayu.
"Gudang ini," Bu Ratna menjelaskan sambil membersihkan debu dari sebuah meja, "adalah salah satu pusat koordinasi gerakan bawah tanah pada masa perjuangan. Kartika menggunakannya sebagai tempat untuk mengirim dan menerima pesan-pesan rahasia."
"Tapi kenapa menggunakan tembang macapat?" tanya Reza penasaran.
"Cerdik, bukan?" Bu Ratna tersenyum. "Penjajah tidak akan mencurigai pesan-pesan yang dikemas dalam bentuk puisi tradisional. Mereka mengira ini hanya komunikasi biasa antara pecinta sastra Jawa."
Kinanti mengamati sebuah peta tua yang terpasang di dinding. Ada beberapa titik yang ditandai dengan simbol-simbol aneh. "Ini... lokasi gudang-gudang lain?"
"Ya, ada tujuh gudang seperti ini tersebar di seluruh pulau Jawa," Bu Ratna menjelaskan. "Semuanya terhubung dalam satu jaringan komunikasi rahasia. Telegram yang kalian temukan adalah bukti komunikasi antar gudang ini."
Dimas, yang sedang memeriksa sudut ruangan, tiba-tiba berseru. "Guys! Lihat ini!" Dia menunjuk sebuah pintu tersembunyi di balik rak buku.
Mereka bergegas menghampiri. Pintu itu setengah terbuka, menampakkan tangga yang menuju ke bawah tanah. Bu Ratna mengangguk, memberi izin untuk menelusuri.
"Hati-hati," pesan Bu Ratna. "Ruang bawah tanah ini dulu digunakan untuk menyembunyikan para pejuang yang sedang dalam pelarian."
Satu per satu mereka menuruni tangga. Ruang bawah tanah itu ternyata cukup luas, dengan beberapa kamar sederhana dan dapur kecil. Di salah satu kamar, mereka menemukan tumpukan dokumen tua.
"Ini..." Nadia membaca salah satu dokumen dengan seksama, "...daftar nama para pejuang yang pernah bersembunyi di sini!"
"Dan yang lebih menarik," Bu Ratna menunjuk sebuah nama yang dilingkari, "di sinilah Kartika terakhir kali terlihat, sebelum menghilang pada tahun 1949."
Kinanti merasakan getaran di ponselnya. Pesan baru dari nomor misterius
"Rahasia terbesar masih tersembunyi. Temukan diary-ku di tempat yang hanya diketahui oleh mereka yang memahami Pupuh Durma. -K"
"Pupuh Durma?" Reza mengerutkan kening.
"Bukankah itu tembang yang berisi tentang peperangan dan semangat juang?"
Bu Ratna mengangguk. "Dan besok kebetulan kita akan membahas Pupuh Durma di kelas. Sepertinya petualangan kalian masih panjang."
Mereka menghabiskan sore itu mencatat dan mendokumentasikan semua temuan di gudang. Nadia bahkan membuat sketsa denah gudang dan ruang bawah tanahnya. Reza, dengan pengalamannya di OSIS, m4engusulkan untuk membuat database digital dari dokumen-dokumen yang mereka temukan.
"Tapi ini harus dirahasiakan dulu," Bu Ratna mengingatkan. "Tidak semua orang siap mengetahui sejarah yang tersembunyi ini."
Saat matahari mulai terbenam, mereka mengunci kembali gudang itu. Kinanti memandang bangunan tua itu sekali lagi sebelum pulang. Di balik tampak tuanya yang menyeramkan, gudang ini menyimpan begitu banyak kisah heroik yang hampir terlupakan.
"Besok sepulang sekolah kita ke sini lagi?" tanya Dimas penuh harap.
"Tentu," jawab Bu Ratna. "Tapi jangan lupa kerjakan PR kalian dulu. Misteri ini tidak akan ke mana-mana."
Mereka pulang dengan kepala dipenuhi pertanyaan baru. Apa yang terjadi pada Kartika di tahun 1946? Dan apa rahasia yang tersembunyi dalam Pupuh Durma?
Di tas Kinanti, telegram-telegram tua itu seolah berbisik, menanti untuk mengungkap lebih banyak misteri yang tersimpan dalam bait-bait tembang macapat.