NovelToon NovelToon
Aku Anakmu

Aku Anakmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jordi Vandanu

tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jeni ditinggal.

Putra menatap wajah Dian yang begitu tegang ketika mau naik pesawat. Dia tahu ini yang pertama buat Dian, kedua telapak tangan Dian tampak saling meremas dan berkeringat.

"mau digenggam, bukan muhrim. " gumam Putra dalam hati.

"aman Yan, aman, baca doa saja. " kata Putra, melihat wajah Dian mulai berkeringat juga.

Diandra hanya tersenyum kaku.

Mata Dian terpejam sambil bibir komat kamit, ketika pesawat mulai take off. Putra hanya menahan geli saja. Mereka duduk berdampingan.

Setelah pesawat berasa stabil, baru mata Dian terbuka.

"sampai mana kita pak? " tanya Dian polos. Putra langsung terbahak.

"bentar lagi kita sampai rumah makan Yan, dan berhenti makan siang. " goda Putra. Dian ikut tertawa mendengar itu.

"tak terlihat juga ya pak, sampai dimananya. " Dian ikut ikutan absurd.

Mereka tertawa lepas.

Seorang pramugari datang, memberi sebuah kotak, berisi nasi dan lauk. Karena emang udah jam makan siang.

"lauk bapak apa? "

"ayam goreng, kamu? "

"dendeng pak, mau ganti gak pak? Aku gak suka daging merah soalnya. "

Dengan cepat Putra mengambil kotak nasi Dian.

"niih, kita tukeran, ayo makan, udah jamnya ini. " kata Putra. Dian tersenyum manis.

"terimakasih ya pak. "

Putra mengangguk saja.

Jeni dan Dika sudah ada di bandara.

"kok karyawan kamu memesan tempat duduk kita terpisah gini sih Ka, masa kamu di depan, aku jauh ke belakang? " tanya Jeni misuh misuh sendiri

Dika hanya angkat bahu.

"mbak Jel memesan tiket sudah beberapa hari yang lalu, sementara kamu kan baru kemaren di pesenin, udah ah yuk masuk. " Dika menyelonong menuju pintu pesawat, Jeni yang kepayahan dengan heelsnya, mengikuti langkah panjang Dika. Dika sudah duduk nyaman, sementara Jeni dengan kesal menuju bagian belakang pesawat.

"jadi progres kita seperti yang saya sampaikan ya pak, bu, semoga bisa dipahami dan di jalankan sesuai aturan. " jelas Dian, dia berdiri di depan para staff yang lebih tua dan berpengalaman, sambil menunjuk ke layar proyektor.

Tepuk tangan tiba tiba bergema. Mereka baru tahu kalau pembicara kali ini adalah anak baru, yang tampil begitu fresh dan menyegarkan mata, hehe.

"semoga pekerjaan kita kali ini, sukses ya pak, bu, terimakasih. " tutup Dian, lalu kembali duduk disamping Putra.

"Insya Allah bu Dian, dan terimakasih sudah menjelaskan begitu detail kepada kami, doa terbaik untuk kita semua, maafkan kami yang lalai kemaren, dan kami berjanji akan memperbaikinya. 'ucap seorang staff. Putra mengangguk.

" maju dan mundurnya pekerjaan ini, berdampak pada kita, keluarga kita, bahkan kalau perusahaan close, yang rugi juga kita. Jadi marilah sama sama kita jaga untuk beberapa hari ke depan kami akan berkantor disini, tolong kerjasamanya ya. "pinta Putra.

Semua mengangguk. Meeting untuk hari ini selesai. Dian dan Putra menuju ke kamar hotel, mereka belum sempat istirahat, untungnya Dian tak apa apa setelah turun dari pesawat, dia terlihat sudah baik baik saja.

" kamu mau jalan jalan dulu Yan? " tanya Putra.

Diandra melongok jam tangan murahnya.

"saya mau salat Asar dulu pak. " jawab Dian. Putra mengangguk, dia tentu akan melakukan hal yang sama. Mereka kembali ke kamar masing masing.

Dalam kamar. Dian segera melaksanakan kewajibannya.

Dibukanya bagian koper yang lain, koper sangat murah menurut orang lain, tapi Diandra perlu menabung untuk membelinya.

"ibu, Dian sekarang sudah seperti yang ibu mau, kerja bagus, memulai perjalanan dinas di Bali, hehehe, perjalanan dinas apaan ya bu? " ucap Dian, sambil mengusap foto sang ibu.

"nanti Dian mau jalan jalan ibu, Dian boleh ya beli koper baru, beli jam tangan dan tas baru? Nanti pas lebaran, Dian akan ke rumah ibu Dian akan bagusin rumah ibu. Dian janji. " Diandra terus berdialog dengan foto mereka berdua.

Ting

Tong

Bel berbunyi. Diandra berlari membuka pintu.

"ya, eh pak Putra. " sapa Dian, Putra berdiri di pintu dalam keadaan melongo menatap Diandra.

"pak, kenapa? " tanya Dian polos.

"itu, jilbab kamu? " tunjuk Putra.

Blam! Spontan Dian menghempaskan pintu kaget.

"ya Allah, ya Allah, ampuni hamba. " Dian sadar dia tidak mengenakan hijab, hingga rambut hitam legam sepunggungnya tergerai indah. Dan Putra melihat itu, untungnya Dian masih pakai rok dari mukenanya, kalau tidak tentu Putra juga melihat penampakan kaki jenjangnya, Dian pakai celana pendek selutut saja. Setelah memakai jilbab instannya, Dian kembali membuka pintu. Putra yang kaget, masih berdiri melongo.

"pak maafkan saya. " ucap Dian. Putra tersadar.

"lain kali, lihat dari sini dulu, baru buka pintu. " tunjuk Putra pada kaca kecil di pintu. Putra berusaha mengalihkan pembicaraan, menyembunyikan debaran aneh di dada, melihat kecantikan alami Diandra, rambutnya yang terurai indah, melekat erat di benak Putra.

"oh, iya pak, saya tidak tahu, maaf.. Ada apa ya pak? "

"temani saya shopping yuk, di dekat dekat sini aja. "

Diandra bersemangat.

"saya boleh beli koper dan jam tangan juga ya pak, pasti bapak malu melihat koper butut saya. " cerocos Dian. Putra melongo, dia sungguh tak memperhatikan koper atau jam tangan Dian sama sekali.

"ayo! Kamu boleh beli apa yang kamu suka saya tunggu di lobbi. " ucap Putra.

"pak! " panggil Dian.

Putra balik badan kembali.

"kenapee?? "

"bareng atuh pak, saya nanti kesasar lagi. " pinta Dian. Putra tertawa renyah.

"cepetan salin pakaian, saya tunggu disini, tutup pintu nooh, ntar ada yang intip lagi. "

Dian mengacungkan jempolnya.

Brakk!! pintu tertutup kencang. Putra melongo lagi.

Astgaaa Diaaan!!

Tak lama sosok tinggi ramping itu keluar, dengan kulot dan kemeja gombrong senada dengan hijabnya. Putra terpana sejenak. Tapi segera menguasai diri.

"ayo Dian kita jalan. " ajaknya. Diandra mengikuti.

Sementara itu di bandara, Dika turun duluan, dia sepertinya lupa sama Jeni, yang sedang menunggu untuk turun. Tentu saja lama, karena Jeni duduk sangat dibelakang. Dan ketika Jeni berhasil keluar, Dika sudah dalam taksi menuju ke hotel. Jeni celingak celinguk mencari Dika, dicobanya menghubungi berkali kali, tapi hp Dika masih mode pesawat deh kayaknya. Dengan kesal Jeni menghubungi Putra.

"lah, bukannya kalian berangkat bareng? gue belum dihubungi oleh Dika, sudah ah Jen, langsung ke hotel saja, ribet amat hidup lo, kayak baru kali ini ke Bali aja. " Jeni malah dapat omelan dari Putra.

"tapi Put halo, haloo Putra! Put! " seru Jeni, tapi sambungan sudah mati. Jeni merentakkan kali kesal. Lalu menelpon Jelita, menanyakan bookingan kamarnya. Setelah di dapat, baru Jeni mencari taksi.

Putra membawa Dian ke sebuah pusat perbelanjaan.

"kita cari tempat salat Maghrib dulu ya Dian. " ajak Putra, begitu melihat jam tangannya.

"naah itu mau saya pak bos. " sergah Dian cepat, tadinya Dian takut untuk mengatakan itu.

Putra tertawa.

"besok besok dimanapun kita berada, jangan sungkan meingatkan waktu salat pada kami ya Yan. " pinta Putra.

"dan satu lagi, saya bukan bos kamu, bos kamu itu Yudika. " sambung Putra lagi.

"okeee pak Putra. " canda Dian.

Putra terkekeh, ada rasa nyaman dan tenang ada di dekat cewek sederhana ini.

Setelah salat, mereka melanjutkan acara shopingnya.

Dian diajak memasuki toko yang jual koper, dan tentu saja matanya terbelalak melihat harga harga koper disana.

"kamu mau yang mana? " tanya Putra santai, seolah tak peduli dengan harga.

Hening!

Putra membalikkan badannya. Dian nampak berdiri ragu.

"hei, sini, kamu mau yang mana? " ragu Dian mendekat.

"pak jangan disini belinya. " bisik Dian. Putra mengernyit dahi.

"kenapa? " tanpa sadar Putra ikut berbisik.

"mahal mahal pak, yang termurah saja itu 3 jutaan. "

Dan entah mengapa, mereka sudah saling berbisik saja. Seorang petugas toko nan cantik menghampiri.

"silahkan pak Putra, mau yang mana. " tanyanya sopan, dia sudah mengenal Putra dan rekan rekannya.

"mmm, kamu suka yang itu Yan? " bisik Putra, tapi langsung tersadar.

"ini kenapa kita bicara bisik bisik ya? "

Mereka tertawa.

"suka yang navy itu Yan? " tanya Putra. Ragu Dian mengangguk, sambil memikirkan berapa sisa gajinya, haha.

"bungkus mbak, kasih nama DIANDRA. " pinta Putra.

"baik, ada lagi? "

"saya mau cari jam tangan dulu, ini. " Putra menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam, Dian gak ngeh.

"ayo kita cari jam tangan dulu, terus sepatu kerja, kamu perlu ganti ganti juga. "

Dan Diandra hanya menurut saja.

1
Rhu-dhiee
bagus
Jordi Vandanu: terimakasih sudah mamoir..
🙏🙏
total 1 replies
Mochika mochika
sebanyak apapun harta yang kau berikan,tidak akan mampu memutar kembali waktu ke puluhan taun yang lalu!!nyawa yg hilang pun tidak bisa kembali bangkit🙄🙄
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂
Mochika mochika
Luar biasa
Jordi Vandanu: terimakasih kaka.. 😘
total 1 replies
Dewi Georgeous
lanjut
Jordi Vandanu: iya kakak.
total 1 replies
yukio_gchs
Aku sudah berulang kali membaca dan ceritanya masih belum bosan untuk dinikmati. Terus bertahan thor! ❤️
Jordi Vandanu: terimakasih kakak.
total 1 replies
Setsuna F. Seiei
Terinspirasi banget sama karaktermu, thor! 👍
Jordi Vandanu: terimakasih yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!